13. Layaknya Cenayang

Hanya bisa memandangi perempuan dan lelaki yang kini berjalan berdampingan sambil berbincang. Sesekali mereka tertawa dan membuat hati Devan begitu sakit melihatnya.

"Teman," gumam Devan.

"Lea udah bilang kan kalau dia sama dokter Dewa cuma temen doang."

Menghembuskan napas cukup kasar untuk meredakan rasa cemburu. Berjalan menuju kelas dan jelas terdengar percakapan para mahasiswa jikalau di FK sedang diadakan seminar.

"Pantesan Lea datang."

Masih berpositif thinking. Dia percaya akan apa yang dikatakan oleh Lea. Jika, dia dan dokter Dewa hanya rekan sejawat.

Langkah Devan terhenti ketika dia melihat Lala yang sedang seperti orang kesakitan. Dia segera berlari. Tapi, ada yang lebih dulu membantu Lala. Bahkan, pria itu merangkul pundak Lala dan membawa Lala jauh dari pandangannya.

"Pasti baru kedatangan tamu kan, La," gumam Devan.

Rasa perihnya berlipat kali dibandingkan melihat Lea dengan dokter Dewa.

.

Lala sudah berada di ruangan Brian. Duduk di sofa sambil menahan sakit di perut.

"Saya ambilkan hotpack dulu."

Brian seperti cenayang. Padahal, Lala tak berkata apapun, Brian mampu mengerti. Dan tahu apa yang harus dia lakukan.

"Saya singkap kaosnya, ya."

Pria itu juga begitu sopan. Meminta ijin terlebih dahulu sebelum meletakkan hotpack di atas perut Lala. Pandangannya tak terlepas dari wajah Lala yang masih meringis kesakitan.

"Saya belikan kiran--"

Lengan Brian Lala cekal karena lelaki itu sudah hendak pergi. Dia menggeleng pelan.

"Temani saya saja di sini."

Lelaki itu duduk tepat di samping Lala. Tanpa Lala duga, pundaknya ditarik ke belakang dan kini kepalanya berada di atas paha Brian.

"P-pak--"

"Di sini tidak ada bantal. Istirahatlah."

Lelaki sedingin itu ternyata memiliki act service yang luar biasa. Tanpa bicara, tapi dia lakukan dengan tindakan nyata.

Ponsel Brian bergetar. Segera dia raih dan nama sang sahabat tertera di sana.

"Sorry. Kayaknya gua gak bisa hadir. Ada hal yang lebih penting dari seminar lu."

Lala tercengang mendengar ucapan Brian. Ditambah, telapak tangan Brian kini sudah mengusap ujung kepalanya. Jantung Lala sudah tak bisa kalem. Belum lagi perutnya yang malah ikut-ikutan tak anteng.

Ringisan Lala membuat Brian segera menyudahi panggilan sahabatnya. Dia kembali fokus pada Lala.

"Masih sakit?" Lala mengangguk.

"Sakit banget?" Kembali Lala mengangguk.

"Kita ke rumah sakit." Lala menolak.

"Udah biasa kayak gini. Nanti juga sembuh."

Hembusan napas kasar keluar dari bibir Brian. Tangannya kembali mengusap rambut Lala.

"Kalau dalam waktu tiga puluh menit sakitnya enggak hilang, saya akan paksa kamu ke rumah sakit."

"Pak--"

"Tak ada bantahan, Kaila Mahya Kharisma."

Lala merengutkan wajahnya. Menatap tajam wajah Brian yang ada di atas kepalanya.

"Saya khawatir."

Nada bicara Brian mulai melembut. Tatapannya tak berdusta. Lala terdiam untuk sesaat. Lalu, dia mulai mendudukkan tubuhnya. Kembali menatap wajah Brian yang begitu tulus.

"Saya enggak apa-apa, Pak. Ini hal wajar bagi kaum perempuan. Bapak jangan khawatir."

Tubuh Lala tiba-tiba menegang ketika dia sudah masuk ke dalam dekapan hangat sang dosen. Pada saat itu juga dia bisa merasakan detak jantung Brian yang membuat hatinya tenang.

Tak ada kata apapun yang keluar dari bibir mereka berdua. Mata mereka kompak terpejam seakan merasakan kehangatan satu sama lain. Pelukan yang awalnya tak mendapat balasan, sekarang kedua tangan Lala sudah melingkar di pinggang Brian.

"Tuhan, haruskah aku kegeeran lagi?"

Sebutan wanita murahan seperti membangunkan Lala. Membuka matanya dan mendongak ke arah Brian yang juga tengah menatapnya.

"Jika, ini membuatmu nyaman. Jangan pernah melawan."

Manik mata cantik itu tak berkedip menatap Brian. Hingga sebuah kecupan mendarat di kening. Refleks Lala menutup mata ketika bibir tipis sang dosen menyentuh keningnya.

"Tuhan, apa ini hanya mimpi?"

Brian tersenyum ketika melihat Lala sudah terlelap. Diraih jas hitam yang ada tak jauh dari tempat duduknya. Menutup bagian atas tubuh Lala agar tak terlalu menonjol.

Ponselnya bergetar dan mampu mengalihkan atensi Brian. Diraihnya dan nama sang sahabat yang tertera di sana. Jari jemarinya menari-nari di sana. Brian meletakkan kembali ponsel miliknya. Dia tak mau mengganggu kenyamanan Lala.

Sedangkan di kelas, Devan masih khawatir akan kondisi Lala. Biasanya dia yang akan berada di samping Lala, tapi kali ini malah Brian yang ada di saat Lala kesakitan.

"Kenapa gua mikirin Lala sih?"

Setelah kelas selesai, Devan segera menuju ruang kesehatan kampus. Biasanya Lala akan ada di sana sampai sakitnya membaik. Namun, kali ini tak ada Lala di sana. Rasa kecewa pun tak bisa dipungkiri.

"Pak Brian."

Devan menuju ruangan Brian, tapi tertempel kertas di depan pintu.

SEDANG MENGIKUTI SEMINAR

Devan menghela napas kasar. Memutar arah menjauhi ruangan Brian. Jalan terakhir yakni menghubungi Lala.

Getaran yang berasal dari tas Lala yang teronggok di lantai begitu mengganggu. Brian meraih tas perempuan yang masih tertidur di pangkuannya. Decihan keluar dari mulut Brian.

Digesernya ke arah kanan di mana ada gagang telepon berwarna merah. Lalu, ibu jarinya menekan tombol power yang cukup lama. Daya ponsel Brian matikan.

.

Lala mulai membuka mata setelah satu jam lebih terlelap. Dia terkejut ketika orang yang pertama kali dia lihat adalah Brian. Mencoba untuk duduk, tapi ternyata perutnya masih sakit.

"Jangan banyak gerak dulu."

Brian memundurkan pundak Lala agar kembali ke posisi awal. Lala hanya bisa pasrah.

"Istirahatlah lagi."

"Mau pulang."

Hembusan napas kasar keluar dari bibir Brian. Dia menatap wajah Lala yang berada tepat di bawahnya.

"Jalannya kuat?"

"Bisa pelan-pelan."

"Ya sudah saya antar."

"Tapi, Pak--"

"Saya tunggu kamu di halte samping kampus." Brian seakan bisa membaca isi pikirannya.

"Enggak kejauhan kan?" Lala pun menggeleng pelan.

Mengikuti rencana Brian di mana Lala yang lebih dulu keluar dari ruangan sang dosen. Ketika dia menutup pintu, tempelan kertas di depan pintu membuat senyuman melengkung.

"Bisa banget bohongnya. Daritadi orangnya ada di dalam."

Tengah berjalan pelan menuju halte, Lala dikejutkan dengan suara klakson motor. Lala tahu motor siapa yang berhenti di sampingnya.

"Ayo naik!"

Ya, itu Devan. Namun, Lala masih membeku. Devan pun menaikkan kaca helm-nya.

"Gua an--"

Tin!!

Mobil hitam mengkilap sudah berhenti di depan motor Devan. Lala melihat plat mobil tersebut. Tanpa kata Lala pergi meninggalkan lelaki yang ingin mengantarnya pulang. Dan masuk ke dalam mobil tersebut.

"Itu bukan mobil keluarga Lala," gumam Devan dengan dahi berkerut.

Di dalam mobil punggungnya sudah disandarkan di jok yang empuk. Rasa sakit masih terasa. Atensinya beralih ketika tangan Brian berada di atas perutnya.

"Siapa tahu sakitnya mulai berkurang."

Ternyata benar, rasa sakit di perut Lala mulai mereda. Dia benar-benar tak menyangka. Dan kini, mobil hitam itu sudah berhenti di depan rumah besar.

"Istirahatlah! Kalau besok masih sakit jangan masuk dulu." Lala pun mengangguk.

Kata terimakasih Lala ucapkan dan dijawab sebuah anggukan serta senyuman. Lala segera turun dan masuk ke rumah. Namun, langkahnya terhenti ketika dia sudah membuka pintu.

"Kok Pak Brian tahu rumah gua? Perasaan di mobil dia gak nanya alamat rumah gua."

...*** BERSAMBUNG ***...

Mana nih komennya? Udah rajin up komennya sedikit. Mana pada nimbun bab. Sedih tahu 😭

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

ya kan dia cenayang La....
apalagi yang berhubungan dengan kamu dia tahu semua .
dan bisa dipastikan pak Brian ada rasa sama Lala . jadi pas nih , Lala sama Brian , dan Lea sama Sadewa . dua cowok sahabatan yang bakal jadi saudara . pasti makin seru

2025-01-30

2

Salim S

Salim S

apasih yang ngga tahu kalau soal ayang...makin grecep aja pakdos...kasihan devan hanya bisa memandang dari kejauhan kebahagiaan Lala gimana van masih kuat melihat Lala di perlakukan begitu lembut...effort pakdos nggak main main act of service nya begitu lembut....double date antara Lala sama pakdos Brian dan Lea sama dokter Dewa...seru kayanya...

2025-01-30

0

U_Lee

U_Lee

Astagaa, namanya juga cenayang ya harus tau dong rumah kalo perlu segala kegiatan orang yg disayang 🤭 si Lala perlahan2 mulai move on dari si Devan semoga dg kedekatan Lala dan Brian benar2 bisa membuat luka hati si Lala hilang sepenuhnya.

2025-01-30

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pertemanan Enam Tahun
2 2. Antusias
3 3. Terlalu Percaya Diri
4 4. Cuti Kuliah
5 5. Jalan Berdua
6 6. Menghindar Perlahan
7 7. Kebetulan (Dosen Killer)
8 8. Mengungkapkan Perasaan
9 9. Bahan Gunjingan dan Perbandingan
10 10. Bahagia dan Khawatir
11 11. Sedikit Tersiksa
12 12. Datang Di Waktu Tak Tepat
13 13. Layaknya Cenayang
14 14. Tak Berkata, Tapi Peka
15 15. Hukuman dan Ungkapan
16 16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula
17 17. Menjaga Jarak
18 18. Tidak Nyaman
19 19. Let Me Love You
20 20. Plot Twist
21 21. Di Luar Dugaan
22 22. Hanya Sebagai Pemanis
23 23.Tak Membersamai
24 24. Jujur Yang Melegakan
25 25. Scared
26 26. Khawatir Juga Cemburu
27 27. Jawaban Atas Keraguan serta Ketidakyakinan Hati
28 28. Orang Lama
29 29. Second Choice
30 30. Memang Kalah, Dan Berbahagialah!
31 31. One Month
32 32. Dosen Wanita Pengganti
33 33. Long Distance Relationship
34 34. Trip Singapura
35 35. Orang Lama
36 36. Bukan Membela Teman
37 37. Tak Sadarkan Diri
38 38. Selalu Dirayakan
39 39. Sama-sama Beruntung
40 40. Fakta Yang Dibuka
41 41. Apalagi Ini?
42 42. Lelaki Berani
43 43. Lelaki Sejati
44 44. Sangat Beruntung
45 45. Tuhan Pemilik Kuasa
46 46. Restu Yang Sama Sulitnya
47 47. Hari H
48 48. Meninggalkan Resepsi
49 49. Effort Tak Main-main
50 50. Bibit Premium
51 51. Pengantin Baru
52 52. Sensitifitas Yang Meninggi
53 53. Kebahagiaan Yang Tak Bisa Diungkapkan
54 54. Ibu Hamil
55 55. Berulah
56 56. Tak Ngidam Aneh Lagi
57 Ada Yang Baru!!!
58 57. Bagian Dari Keluarga
59 58. Bahagia
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Pertemanan Enam Tahun
2
2. Antusias
3
3. Terlalu Percaya Diri
4
4. Cuti Kuliah
5
5. Jalan Berdua
6
6. Menghindar Perlahan
7
7. Kebetulan (Dosen Killer)
8
8. Mengungkapkan Perasaan
9
9. Bahan Gunjingan dan Perbandingan
10
10. Bahagia dan Khawatir
11
11. Sedikit Tersiksa
12
12. Datang Di Waktu Tak Tepat
13
13. Layaknya Cenayang
14
14. Tak Berkata, Tapi Peka
15
15. Hukuman dan Ungkapan
16
16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula
17
17. Menjaga Jarak
18
18. Tidak Nyaman
19
19. Let Me Love You
20
20. Plot Twist
21
21. Di Luar Dugaan
22
22. Hanya Sebagai Pemanis
23
23.Tak Membersamai
24
24. Jujur Yang Melegakan
25
25. Scared
26
26. Khawatir Juga Cemburu
27
27. Jawaban Atas Keraguan serta Ketidakyakinan Hati
28
28. Orang Lama
29
29. Second Choice
30
30. Memang Kalah, Dan Berbahagialah!
31
31. One Month
32
32. Dosen Wanita Pengganti
33
33. Long Distance Relationship
34
34. Trip Singapura
35
35. Orang Lama
36
36. Bukan Membela Teman
37
37. Tak Sadarkan Diri
38
38. Selalu Dirayakan
39
39. Sama-sama Beruntung
40
40. Fakta Yang Dibuka
41
41. Apalagi Ini?
42
42. Lelaki Berani
43
43. Lelaki Sejati
44
44. Sangat Beruntung
45
45. Tuhan Pemilik Kuasa
46
46. Restu Yang Sama Sulitnya
47
47. Hari H
48
48. Meninggalkan Resepsi
49
49. Effort Tak Main-main
50
50. Bibit Premium
51
51. Pengantin Baru
52
52. Sensitifitas Yang Meninggi
53
53. Kebahagiaan Yang Tak Bisa Diungkapkan
54
54. Ibu Hamil
55
55. Berulah
56
56. Tak Ngidam Aneh Lagi
57
Ada Yang Baru!!!
58
57. Bagian Dari Keluarga
59
58. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!