16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula

Devan terdiam ketika mendengar kalimat yang Lea katakan. Tatapan Lea begitu dalam.

"Van, coba lu selami rasa yang lu miliki itu. Apa bener rasa itu buat gua? Atau malah buat cewek lain."

"Cewek lain siapa, Le?"

"Lala."

Tubuh Devan membeku. Lea masih dengan tatapan dalam penuh keseriusan.

"Bibir sama hati lu gak sinkron, Van," jelasnya.

"Bibir bilang suka sama gua, tapi hati lu ke Lala. Gua bisa liat itu, Van."

"Lea, lu sal--"

"Perasaan lu ke gua hanya sebatas suka, bukan sayang. Itu dua rasa yang berbeda."

Devan kembali terdiam. Semakin ke sini penjelasan Lea semakin menusuk.

"Coba buka mata hati lu buat nilai perasaan lu yang sebenarnya itu untuk siapa."

"Dan harusnya lu peka sama perasaan Lala. Dari dulu dia suka sama lu. Dia selalu bahagia kalau bersama lu. Makanya, gua milih kuliah di luar kota supaya Lala bisa dekat terus sama lu. Bisa jalan berdua tanpa adanya gua."

Lea mulai menjelaskan. Dia juga mencoba untuk membuka hati Devan.

"Enam tahun Deket sama Lala apa lu gak merasakan sesuatu?" tanya Lala penuh arti.

"Inget, Van. Enggak ada pertemanan murni antara lelaki dan perempuan."

Lea mendekat. Ditutupnya telapak tangan Devan di mana ada cincin di atasnya.

"Berikan cincin ini pada perempuan yang sebenarnya lu sayangi. Dan itu bukan gua orangnya."

Tak ada kata yang terucap dari mulut Devan. Dia bagai patung bernapas.

"Kejar dia sebelum ada pangeran berkuda datang dan membawanya pergi dari rasa cinta yang dia miliki."

Lea tersenyum sebelum meninggalkan Devan yang masih mematung dengan pikiran yang kacau. Sudah ditolak, dinasihati pula.

.

Sedangkan Pak dosen dan mahasiswanya sudah berada di dalam mall. Lala merengut kesal karena Brian menghukumnya untuk menemani ke toko buku. Pria itu bahkan melarang Lala untuk berganti pakaian ataupun memoles wajah.

"Pak, jatuhnya ini saya kayak gembel."

Ya, Lala hanya menggunakan celana pendek, kaos putih polos juga sandal jepit dengan rambut yang digerai.

Bukannya menjawab Brian malah menggenggam tangan perempuan di sampingnya. Pandangan Lala seketika tertuju pada Brian.

"Dilarang overthinking."

Lala pun berdecih. Brian malah tersenyum tipis dan mengusap lembut rambut mahasiswanya hingga membuat tubuh Lala membeku untuk beberapa detik.

Brian mulai sibuk mencari buku tanpa melepaskan genggaman tangannya pada Lala. Perempuan itu hanya menggelengkan kepala ketika melihat buku yang Brian baca begitu berat.

"Enggak pusing bacanya?"

"Justru buku bisa menghilangkan pusing dan stres."

Lala malah tertawa. Dan seketika mata Brian tertuju pada perempuan yang dia genggam.

"Kenapa?"

Brian masih saja melihat Lala dengan tatapan berbeda.

"Saya suka tawa kamu."

Wajah Lala langsung merona dan membuat Brian tersenyum. Gantian kini Lala yang terpana pada senyum indah pria di hadapannya.

"Peletnya kuat banget nih dosen."

Rengkuhan tangan di pinggang membuat Lala tersadar. Dia segera memalingkan pandangannya.

Disentuh oleh Brian tak membuat tubuh Lala menolak. Malah sebaliknya dia merasakan sebuah kenyamanan juga kehangatan. Sentuhan Brian seperti melindungi Lala.

"Kamu enggak beli buku?"

"Buku lama aja belum sempet dibaca karena tugas yang gak ngotak dari dosen killer."

"Siapa?"

Seketika mata Lala menatap Brian dengan kedua alis beradu.

"Masih nanya. Ya, Bapak lah."

Brian malah tertawa. Begitu lucu ketika melihat Lala marah-marah. Selesai mencari buku, Lala sudah nampak gelisah. Pasalnya waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

"Mau ke mana lagi?"

"Pulang aja ya, Pak. Udah malam nanti Mama Papa saya--"

"Saya udah ijin sama orang rumah kamu."

"Hah?"

"Gak usah khawatir."

Lala belum bisa mencerna ucapan Brian. Namun, dia juga tidak bisa menolak ketika Brian mengajaknya ke sebuah tempat makan.

"Saya udah kenyang."

"Temani saya."

"Manja!"

Brian hanya menyunggingkan senyum tipis. Mereka cukup banyak mengobrol dari hal serius hingga candaan ringan. Ternyata dosen killer itu tak sedingin es kutub utara. Malah Lala begitu terpana ketika senyuman lebar Brian berikan. Sungguh manis dan mampu membuat Lala tak bisa berkata.

.

Jam setengah sebelas malam barulah mereka pulang. Brian dengan begitu gentle-nya ikut turun dari mobil ketika tiba di rumah Lala. Sang empunya rumah mulai panik.

"Ngapain sih, Pak."

"Ya balikin kamu lah."

"Emang saya barang!" omel Lala.

Tangan Lala mulai mendorong tubuh Brian agar menjauh dari rumahnya. Lala memaksa Brian untuk masuk ke dalam mobil dan segera pulang.

Brian tertawa ketika mobil sudah meninggalkan kediaman Lala. Mobilnya dia tepikan dan tangannya mulai menari-nari di atas layar ponsel.

"Besok ikut gua ke toko drum. Pilih drum yang lu suka."

.

Baru saja Lala naik ke lantai dua, teriakan terdengar dari kamar Alfa.

"Yeay! Drum baru!"

"Lu kenapa?"

Alfa segera menoleh. Dia tersenyum begitu lebar.

"Thanks a lot."

Dahi Lala mengkerut. Dia tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Alfa. Sedangkan Alfa terus berdendang karena begitu senang.

"Aneh!"

.

Tepat di jam setengah satu malam, pintu kamar Lala terbuka. Lea menatap ke arah Alfa sebelum dia menghampiri sang kakak yang sudah terlelap.

"Enggak tega, Al. Besok gua chat aja."

Lea pamit kepada sang adik. Dipeluknya dengan erat tubuh Alfa.

"Fokus kuliah dan jangan pikirin Lala. Ada gua yang akan jaga Lala." Lea pun mengangguk.

Di lantai bawah kedua orang ng tua Lea sudah menunggu. Lea berpamitan dan memeluk tubuh sang mama dengan begitu erat.

Diantar sampai ke mobil oleh mama Aleeya dan papa Khairan. Pria yang menjemput Lea ikut berpamitan juga. Sedangkan Alfa hanya memantaunya dari balkon kamar. Lambaian tangan dari pria yang menjemput sang kakak dia balas. Hanya kepada orang-orang yang Alfa percaya dia akan bersikap welcome.

.

Kepulan asap rokok sudah memenuhi udara. Akbar menghela napas begitu kasar karena sudah sangat geram pada temannya yang satu itu.

"Gak sekalian aja tuh satu bungkus lu abisin!"

Siapa lagi jika bukan Devan yang sedang melampiaskan kegalauannya kepada barang yang mengandung nikotin. Menasihati Devan sudah, memarahinya sering, tapi anak itu benar-benar batu.

Akbar mengeluarkan ponsel dan mulai berselancar di media sosial. Tengah asyik menscroll cuitan orang, terdengar suara Devan yang begitu frustasi.

"Lea bilang kalau gua itu cuma suka sama dia. Sedangkan rasa sayang gua untuk Lala."

"Emang benar," balas Akbar tanpa menoleh sedikitpun.

"Lu aja yang gak peka dan terlalu nyaman bersembunyi di dalam ikatan persahabatan. Lu yang nolak Lala lu juga yang kelabakan."

Devan mematikan punggung rokok dan menatap ke arah Akbar yang sedari tadi asyik dengan gadgetnya.

"Lea milih cokelat dibandingkan cincin."

"Mampus!"

Begitu sadis balasan dari Akbar. Dan hembusan napas begitu kasar Devan keluarkan. Dari kejauhan dia melihat Lala yang baru datang dengan wajah sumringah.

"Apa ini?"

Mendengar suara Akbar yang penuh keterkejutan membuat Devan menoleh. Matanya kini tertuju pada layar ponsel milik sang teman.

"Sejauh apa hubungan lu sama Pak Brian, La? Kenapa lu sering post foto dia?"

Akbar menoleh ke arah Devan yang terdiam, dan dia pun mulai berucap.

"Gua sih yakin nih cowok di atas lu, Van. Mau mukanya ditutup stiker pun masih keliatan vibes kelas atasnya."

...*** BERSAMBUNG ***...

Mana atuh komennya? Kalau tembus 50 komentar nanti malam up lagi

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

jelas dong.... keluarga singa gak pernah main-main dapat jodohnya , gak ceweknya gak cowoknya pasti selalu luar biasa . ya effort nya , ya bucinnya , ya cintanya , perhatiannya , gak sekedar yang menyek-menyek dan asal-asalan .
pokoke perfect lah .
dan Devan dibandingkan dengan Brian King Atlanta.....ya jelas beda jauuuhh lah . jelas lebih unggul dan lebih tinggi pak Brian nya daripada Devan si pecundang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-02-03

2

Salim S

Salim S

ya iyalah beda pakdos lebih segala gala nya,gentle iya,ganteng iya,kaya raya iya perhatian iya tegas iya,lembut iya,kurang apalagi coba...sedangkan elu van...peng***t....jadinya Lala ngga dapat Lea pun nolak ngga peka sih jadi orang...udah nikmati aja rasa sakitmu biarkan Lala bahagia...tp judulnya let me love you apakah itu untuk devan atau untuk Lala...aduuuh thor udah lah Lala buat pakdos aja yg lebih perfact segala galanya....

2025-02-03

0

sum mia

sum mia

suka aja dengan jawaban si Akbar pada Devan . saat Devan bilang " Lea lebih memilih coklat daripada cincin " dan Akbar menjawab. , " mampus "
rasanya puas banget mendengarnya .

2025-02-03

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pertemanan Enam Tahun
2 2. Antusias
3 3. Terlalu Percaya Diri
4 4. Cuti Kuliah
5 5. Jalan Berdua
6 6. Menghindar Perlahan
7 7. Kebetulan (Dosen Killer)
8 8. Mengungkapkan Perasaan
9 9. Bahan Gunjingan dan Perbandingan
10 10. Bahagia dan Khawatir
11 11. Sedikit Tersiksa
12 12. Datang Di Waktu Tak Tepat
13 13. Layaknya Cenayang
14 14. Tak Berkata, Tapi Peka
15 15. Hukuman dan Ungkapan
16 16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula
17 17. Menjaga Jarak
18 18. Tidak Nyaman
19 19. Let Me Love You
20 20. Plot Twist
21 21. Di Luar Dugaan
22 22. Hanya Sebagai Pemanis
23 23.Tak Membersamai
24 24. Jujur Yang Melegakan
25 25. Scared
26 26. Khawatir Juga Cemburu
27 27. Jawaban Atas Keraguan serta Ketidakyakinan Hati
28 28. Orang Lama
29 29. Second Choice
30 30. Memang Kalah, Dan Berbahagialah!
31 31. One Month
32 32. Dosen Wanita Pengganti
33 33. Long Distance Relationship
34 34. Trip Singapura
35 35. Orang Lama
36 36. Bukan Membela Teman
37 37. Tak Sadarkan Diri
38 38. Selalu Dirayakan
39 39. Sama-sama Beruntung
40 40. Fakta Yang Dibuka
41 41. Apalagi Ini?
42 42. Lelaki Berani
43 43. Lelaki Sejati
44 44. Sangat Beruntung
45 45. Tuhan Pemilik Kuasa
46 46. Restu Yang Sama Sulitnya
47 47. Hari H
48 48. Meninggalkan Resepsi
49 49. Effort Tak Main-main
50 50. Bibit Premium
51 51. Pengantin Baru
52 52. Sensitifitas Yang Meninggi
53 53. Kebahagiaan Yang Tak Bisa Diungkapkan
54 54. Ibu Hamil
55 55. Berulah
56 56. Tak Ngidam Aneh Lagi
57 Ada Yang Baru!!!
58 57. Bagian Dari Keluarga
59 58. Bahagia
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Pertemanan Enam Tahun
2
2. Antusias
3
3. Terlalu Percaya Diri
4
4. Cuti Kuliah
5
5. Jalan Berdua
6
6. Menghindar Perlahan
7
7. Kebetulan (Dosen Killer)
8
8. Mengungkapkan Perasaan
9
9. Bahan Gunjingan dan Perbandingan
10
10. Bahagia dan Khawatir
11
11. Sedikit Tersiksa
12
12. Datang Di Waktu Tak Tepat
13
13. Layaknya Cenayang
14
14. Tak Berkata, Tapi Peka
15
15. Hukuman dan Ungkapan
16
16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula
17
17. Menjaga Jarak
18
18. Tidak Nyaman
19
19. Let Me Love You
20
20. Plot Twist
21
21. Di Luar Dugaan
22
22. Hanya Sebagai Pemanis
23
23.Tak Membersamai
24
24. Jujur Yang Melegakan
25
25. Scared
26
26. Khawatir Juga Cemburu
27
27. Jawaban Atas Keraguan serta Ketidakyakinan Hati
28
28. Orang Lama
29
29. Second Choice
30
30. Memang Kalah, Dan Berbahagialah!
31
31. One Month
32
32. Dosen Wanita Pengganti
33
33. Long Distance Relationship
34
34. Trip Singapura
35
35. Orang Lama
36
36. Bukan Membela Teman
37
37. Tak Sadarkan Diri
38
38. Selalu Dirayakan
39
39. Sama-sama Beruntung
40
40. Fakta Yang Dibuka
41
41. Apalagi Ini?
42
42. Lelaki Berani
43
43. Lelaki Sejati
44
44. Sangat Beruntung
45
45. Tuhan Pemilik Kuasa
46
46. Restu Yang Sama Sulitnya
47
47. Hari H
48
48. Meninggalkan Resepsi
49
49. Effort Tak Main-main
50
50. Bibit Premium
51
51. Pengantin Baru
52
52. Sensitifitas Yang Meninggi
53
53. Kebahagiaan Yang Tak Bisa Diungkapkan
54
54. Ibu Hamil
55
55. Berulah
56
56. Tak Ngidam Aneh Lagi
57
Ada Yang Baru!!!
58
57. Bagian Dari Keluarga
59
58. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!