15. Hukuman dan Ungkapan

Lala terus berpikir perihal semalam. Sang adik nampak biasa saja ketika menjemputnya di apartment Brian. Tak ada pertanyaan apapun darinya.

Alfa memang pernah bertemu dengan Brian ketika sang adik menjemputnya. Namun, tak ada pembicaraan apapun di antara keduanya. Saling sapa pun tidak.

Baru saja hendak masuk ke kamar Alfa, dia melihat Lea yang sudah cantik menuju arah tangga. Dia teringat akan postingan Devan di media sosial.

'Tak akan gua lewatkan kesempatan bagus ini.'

Lala menggeleng. Mencoba untuk sadar jika dia sedang mencoba mengikhlaskan lelaki yang sudah enam tahun dia cintai sendirian.

Baru saja hendak melangkah, nomor tak dikenali menghubunginya. Dahinya mengkerut karena nomor itu sangat asing baginya. Tak Lala hiraukan panggilan yang terus-menerus masuk ke ponselnya dari nomor yang sama. Hingga sebuah pesan masuk ke ponselnya.

"Kenapa panggilan saya gak dijawab?"

Jari jemari lentik itu mulai menari-nari di atas layar ponsel.

"Kamu siapa?"

"Apa kamu tidak melihat profil foto nomor ini?"

Kesabaran Lala mulai diuji. Namun, dia tak ada tenaga untuk meladeni pesan yang nomor tak dia kenal.

"Balas pesan saya!"

Lala mengerang kesal. Diurungkan niatannya ke kamar Alfa dan kembali ke kamar miliknya. Rentetan pesan masuk masih dari nomor yang sama.

"Tuhan!! Sebenarnya siapa sih nih o--"

Ucapan Lala menggantung ketika dia melihat foto profil si pemilik nomor.

"Itu kan foto yang gua ambil diam-diam dan gua jadiin--"

"Mampus!!"

Lala tak mau menjawab panggilan dari Brian. Rasa malunya sudah sampai ubun-ubun. Ketukan pintu kamar terdengar. Sang mbak yang bekerja di rumahnya memberitahukan Lala jika ada yang mencarinya.

"Siapa?"

"Saya kurang tahu, Neng."

Lala pun terpaksa keluar dari kamar. Kata mbak ART tamunya sudah berada di ruang tamu. Tubuhnya menegang ketika dia melihat siapa yang sudah duduk di sofa ruang tamu.

"Kenapa kamu gak jawab telpon dan gak balas chat saya?"

Tatapan serius lelaki itu berikan dan mampu membuat Lala semakin terdiam.

"La! Gua minjem chargeran lu, ya. Punya gua ketinggalan di kafe."

Lala mulai panik ketika mendengar teriakan Alfa dari lantai atas. Sedangkan dosen dingin hanya menunjukkan wajah datarnya. Lala segera mendekat ke arah Brian. Dan berniat untuk mengusirnya.

"Kenapa ke sini?"

Bukannya menjawab, Brian malah menyandarkan tubuhnya di sofa. Itu membuat Lala semakin geram.

"Pak--"

Tubuh Lala terjerambab ke atas sofa karena tarikan tangan Brian. Sengaja dosen itu menarik tangan Lala agar duduk tepat di sampingnya.

"Punishment."

"Emang saya salah apa?"

"Lima kali gak jawab panggilan telepon saya. Lima belas pesan saya gak kamu balas."

Lala pun tercengang. Dia menatap wajah sang dosen yang terlihat masih datar.

"Saya tidak suka diabaikan."

"Bukannya diabaikan, Pak," bela Lala.

"Saya kan gak tahu itu nomor Pak Brian. Dan kalau ada nomor baru yang menghubungi saya gak akan saya jawab."

"Kamu gak liat foto profilnya?"

Tak bisa menjawab-lah Lala. Beradu ucapan dengan Brian tak akan pernah menang.

"Foto yang kamu ambil secara diam-diam kan."

Tatapan penuh selidik membuat Lala mulai menundukkan kepala.

"Maaf."

Tangan Brian meraih dagu Lala. Pandangan mereka pun kini bertemu. Menatap satu sama lain dengan begitu dalam.

"Pundak itu bisa kamu jadikan tempat bersandar ternyaman kapanpun dan di manapun."

Untuk kesekian kalinya Lala dibuat tak bisa berkata. Pasalnya, cuitannya di aplikasi X dibalas oleh Brian malam ini secara langsung.

'Bisakah pundak kekarnya menjadi sandaran ternyaman untuk perempuan penuh beban ini?'

"Bahkan punggungnya mampu menjadi tulang punggung untukmu."

Tubuh Lala semakin membeku. Brian malah menarik tubuh Lala ke dalam dekapannya. Begitu beraninya. Padahal, lelaki sedang berada di rumah Lala. Namun, sebuah kenyamanan membuat Lala hanya bisa terdiam.

"Tuhan, kenapa dia selalu hadir di saat hati ini sedang gundah?"

"Seperti obat di saat aku baik-baik saja "

.

Lea sudah bersama seseorang. Dia tersenyum lebar ketika berada di sebuah tempat yang begitu cantik.

"Suka?"

"Baru pertama sih ke tempat ini."

Mata yang menyiratkan penuh kesukaan terpancar.

"Gua kira di Kota besar kayak gini gak bakal ada tempat seperti ini. Kalau di Bandung banyak."

"Menurut gua sejelek-jeleknya tempat yang kita kunjungi kalau bareng orang yang kita sayang pasti akan selalu indah."

Lea mulai mengalihkan pandangannya. Devan sudah mulai di mode serius. Perlahan, tatapan Devan pun beralih pada Lea. Mereka berdua saling tatap cukup lama.

"Sebenarnya gua ajak lu ke tempat ini karena gua ingin bicara penting sama lu."

Lea belum menyanggah ucapan Devan. Masih membiarkan Devan berbicara.

"Gua pengen jujur--"

Getaran ponsel terdengar. Perhatian Lea teralihkan.

"Bentar, ya."

"Iya, Ma."

...

"Lea lagi keluar dulu sebentar."

...

"Enggak. Lea gak sama Lala."

Mendengar nama Lala disebut membuat atensi Devan tertuju pada sosok yang tengah berdiri membelakanginya.

...

"Jadi. Nanti jam satuan Lea dijemput kok. Lea udah bilang ke Papa."

...

"Oke, Ma."

Panggilan pun berakhir dan Lea kembali fokus pada Devan. Dia tersenyum melihat sorot mata lelaki di sampingnya.

"Lala juga lagi keluar," ujarnya.

"Samasi--"

Devan tak melanjutkan pertanyaannya. Dia harus kembali fokus pada perasaannya kepada Lea. Dahi Lea pun mengkerut ketika Devan terdiam.

"Van!"

"Gua mau jujur sama lu, Le." Kembali dia fokus.

"Jujur?"

Devan mulai meraih kedua tangan Lea. Mereka kembali saling pandangan dengan sorot mata berbeda satu sama lain.

"Selama enam tahun ini gua jadi pecundang ulung. Gua hanya bisa mengagumi tanpa bisa mendekati."

"Gua terus mendem sampai akhirnya gua mencoba memberanikan diri untuk mendekati. Rela bolak-balik Jakarta-Bandung di akhir pekan demi untuk bertemu dengannya."

"Dan sekarang sudah saatnya perasaan ini gua ungkapkan."

"Perasaan ini masih tetap sama seperti enam tahun lalu. Tak berubah sedikit pun."

"Gua sayang lu, Lea."

Lea masih menutup mulutnya. Namun, matanya terus menatap Devan dengan sorot mata yang sulit diartikan. Hingga sesuatu dia rogoh dari saku celana dan sebuah cincin dia tunjukkan.

"Maukah lu jalani hubungan yang lebih dari sekedar sahabat dengan gua?"

Bukan hanya cincin, Devan juga mengeluarkan sebatang cokelat yang amat tidak disukai oleh Lea.

"Tinggal lu pilih."

"Cincin artinya bersedia dan cokelat artinya tidak."

Devan begitu menunggu jawaban dari Lea. Jantungnya berdegup hebat walaupun dia memiliki rasa percaya diri yang tinggi bahwasannya Lea akan menerima cintanya. Lea seperti menerima sinyal yang dia berikan.

"Perlu banget gua jawab sekarang?"

"Gua gak bisa nunggu lagi, Le. Perasaan enam tahun yang gak gua utarain seperti bom waktu yang akan meledak."

Mata Lea sudah tertuju pada cincin cantik dan sama sekali tak melirik cokelat yang ada di tangan kiri Devan. Perlahan, tangan Lea mulai terangkat. Dia sudah menyentuh cincin yang ada di tangan kiri Devan.

"LDR-an juga gua siap, Le."

Kembali mata Lea menatap ke arah Devan. Sebuah senyuman Lea berikan dan membuat hati Devan bahagia. Dia yakin Lea akan mengambil cincin tersebut.

Sayangnya, bahagianya hanya bertahan lima detik karena tangan Lea mengambil apa yang tak Devan duga.

"Gua lebih menyukai cokelat dibanding cincin."

...*** BERSAMBUNG ***...

Aku udah hadir lagi nih! Masih gak mau komen?

Terpopuler

Comments

U_Lee

U_Lee

Bukan bermaksud jahat nih yee, sebenernya si Devan udah nyaman dg kehadiran Lala dan gak bisa mengartikan apa yg sebenernya dia rasakan dan berhubung dia demennya ke Lea jadinya pas waktu Lala nembak dia, disakitin secara ugal2an ya niatnya sih pengen si Lala menghilangkan rasa suka Lala ke Devan tapi si Devan gak tau seberapa sakit hati Lala saat si Devan menegaskan kalo dia gak suka Lala. Lala gak mau maksa cinta dia diterima Devan, gak mau balas dendam juga hingga pada akhirnya si Devan di tolak oleh Lea karena Lea pasti tuh udah suka sama senior dia aka si Dewa 🤭 udah ada si Lala yg tulus malah mencari yg lain sekarang Devan terima resikonya deh!!😅

2025-02-02

0

Salim S

Salim S

Lea nggak akan mengulangi kisah mamanya dan tantenya.kasihan devan jadi ngga dapat dua duanya. jangan bilang setelah Lea menolaknya dia bakal ngejar Lala...oh tidak bisa ...Lala lagi otw bahagia sama pakdos dingin...jadi mending kamu ngga usah ganggu pasangan yg otw bucin itu...

2025-02-02

0

Ddek Aish

Ddek Aish

sukurin nyahok lan lu Van ibarat lagu Padang sikua tabang sikua lapeh. ngarapin Lea eh malah yang bikin nyaman di lepas. sekarang mereka sudah punya pasangan masing-masing lu tinggal dech sendiri gigit jari liat mereka udah bahagia.

2025-02-02

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pertemanan Enam Tahun
2 2. Antusias
3 3. Terlalu Percaya Diri
4 4. Cuti Kuliah
5 5. Jalan Berdua
6 6. Menghindar Perlahan
7 7. Kebetulan (Dosen Killer)
8 8. Mengungkapkan Perasaan
9 9. Bahan Gunjingan dan Perbandingan
10 10. Bahagia dan Khawatir
11 11. Sedikit Tersiksa
12 12. Datang Di Waktu Tak Tepat
13 13. Layaknya Cenayang
14 14. Tak Berkata, Tapi Peka
15 15. Hukuman dan Ungkapan
16 16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula
17 17. Menjaga Jarak
18 18. Tidak Nyaman
19 19. Let Me Love You
20 20. Plot Twist
21 21. Di Luar Dugaan
22 22. Hanya Sebagai Pemanis
23 23.Tak Membersamai
24 24. Jujur Yang Melegakan
25 25. Scared
26 26. Khawatir Juga Cemburu
27 27. Jawaban Atas Keraguan serta Ketidakyakinan Hati
28 28. Orang Lama
29 29. Second Choice
30 30. Memang Kalah, Dan Berbahagialah!
31 31. One Month
32 32. Dosen Wanita Pengganti
33 33. Long Distance Relationship
34 34. Trip Singapura
35 35. Orang Lama
36 36. Bukan Membela Teman
37 37. Tak Sadarkan Diri
38 38. Selalu Dirayakan
39 39. Sama-sama Beruntung
40 40. Fakta Yang Dibuka
41 41. Apalagi Ini?
42 42. Lelaki Berani
43 43. Lelaki Sejati
44 44. Sangat Beruntung
45 45. Tuhan Pemilik Kuasa
46 46. Restu Yang Sama Sulitnya
47 47. Hari H
48 48. Meninggalkan Resepsi
49 49. Effort Tak Main-main
50 50. Bibit Premium
51 51. Pengantin Baru
52 52. Sensitifitas Yang Meninggi
53 53. Kebahagiaan Yang Tak Bisa Diungkapkan
54 54. Ibu Hamil
55 55. Berulah
56 56. Tak Ngidam Aneh Lagi
57 Ada Yang Baru!!!
58 57. Bagian Dari Keluarga
59 58. Bahagia
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Pertemanan Enam Tahun
2
2. Antusias
3
3. Terlalu Percaya Diri
4
4. Cuti Kuliah
5
5. Jalan Berdua
6
6. Menghindar Perlahan
7
7. Kebetulan (Dosen Killer)
8
8. Mengungkapkan Perasaan
9
9. Bahan Gunjingan dan Perbandingan
10
10. Bahagia dan Khawatir
11
11. Sedikit Tersiksa
12
12. Datang Di Waktu Tak Tepat
13
13. Layaknya Cenayang
14
14. Tak Berkata, Tapi Peka
15
15. Hukuman dan Ungkapan
16
16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula
17
17. Menjaga Jarak
18
18. Tidak Nyaman
19
19. Let Me Love You
20
20. Plot Twist
21
21. Di Luar Dugaan
22
22. Hanya Sebagai Pemanis
23
23.Tak Membersamai
24
24. Jujur Yang Melegakan
25
25. Scared
26
26. Khawatir Juga Cemburu
27
27. Jawaban Atas Keraguan serta Ketidakyakinan Hati
28
28. Orang Lama
29
29. Second Choice
30
30. Memang Kalah, Dan Berbahagialah!
31
31. One Month
32
32. Dosen Wanita Pengganti
33
33. Long Distance Relationship
34
34. Trip Singapura
35
35. Orang Lama
36
36. Bukan Membela Teman
37
37. Tak Sadarkan Diri
38
38. Selalu Dirayakan
39
39. Sama-sama Beruntung
40
40. Fakta Yang Dibuka
41
41. Apalagi Ini?
42
42. Lelaki Berani
43
43. Lelaki Sejati
44
44. Sangat Beruntung
45
45. Tuhan Pemilik Kuasa
46
46. Restu Yang Sama Sulitnya
47
47. Hari H
48
48. Meninggalkan Resepsi
49
49. Effort Tak Main-main
50
50. Bibit Premium
51
51. Pengantin Baru
52
52. Sensitifitas Yang Meninggi
53
53. Kebahagiaan Yang Tak Bisa Diungkapkan
54
54. Ibu Hamil
55
55. Berulah
56
56. Tak Ngidam Aneh Lagi
57
Ada Yang Baru!!!
58
57. Bagian Dari Keluarga
59
58. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!