Brian begitu berhati-hati dalam memilih kata-kata. Dia tahu bagaimana hati Lala yang sesungguhnya. Dia tak ingin salah bicara dah berakhir perempuan itu mengingat kenangan lama.
"Saya tak butuh jawaban itu sekarang."
Masih dengan posisi semula. Kening mereka masih saling menempel dengan mata yang juga masih saling menatap.
"Tapi, saya akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari kamu."
Lala tak bisa berkata. Matanya pun sudah begitu merah manahan tangis. Kalimat yang Brian ungkapkan begitu menusuk hati. Tulus dan serius.
"I love you, Lala."
Kembali Brian memeluk tubuh Lala. Bulir bening pun akhirnya sudah tak sanggup ditahan. Meluncur dengan begitu deras dari pelupuk mata Lala.
"Tuhan, jangan bangunkan aku dari mimpi indah ini."
.
Tak jauh dari ruangan Brian, seseorang masih setia menunggu. Sudah dua puluh menit, tapi Lala tak jua keluar. Ingin rasanya dia mengetuk pintu ruangan itu, tapi dia tak ingin disebut penguntit. Pada nyatanya memang benar, dia terus mengikuti Lala sampai sekarang.
Lima menit kemudian, pintu ruangan terbuka. Hanya Lala yang keluar dari sana dengan mata yang sedikit sembab. Devan segera berlari menghampiri hingga membuat langkah Lala terhenti dengan dahi yang berkerut.
"Lu diapain sama dosen killer itu?" Bak pahlawan kesiangan.
Tangan Devan hendak menyentuh pipi Lala, segera Lala menjauhkan wajahnya.
"Sorry, Van. Gua harap lu enggak melewati batas."
"La--"
"Mau gua dibuat nangis, dipukul sekalipun sama dosen killer itu. Enggak ada urusannya sama lu. Kita beda fakultas."
Devan tak bisa berkata. Hanya sorot mata sendu yang terpancar.
"Gua duluan."
Sayangnya, tangan Lala berhasil Devan cekal sebelum kakinya melangkah. Lala menghela napas begitu kasar.
"Kenapa sekarang kita begitu jauh? Seperti Januari ke Desember?"
Perlahan Lala memutar tubuh. Dia menatap Devan yang masih terlihat sendu. Sebenarnya dia tak ingin meladeni. Namun, dia juga harus bicara agar Devan bisa mengerti.
"Ketika kita sedekat Desember ke Januari pun, kita tetap seperti minyak dan air yang tak bisa bersatu."
Kalimat tamparan yang Lala berikan membuat Devan mati kutu. Lala mulai melepaskan cekalan tangan Devan. Menatapnya dengan begitu dalam.
"Gua bukan pemain cadangan, yang ketika lu enggak bisa dapatkan Lea lu kembali ke gua."
Lagi dan lagi kalimat pedas menusuk ulu hati Devan. Meskipun, apa yang dipikirkan Lala itu salah, Devan memaklumi karena dia memang memperlakukan Lala layaknya second choice (pilihan kedua).
"Sengaja gua confess perasaan supaya gua bisa mendapatkan kelegaan atas rasa yang selama ini gua pendam."
"Perasaan lu masih sama, yakni untuk Lea. Makanya, gua meminta kita untuk saling menjauh supaya bisa mulai meletakkan satu per satu kenangan yang pernah kita buat selama enam tahun ini."
"Gua gak ingin kenangan kita menghambat perjalanan hidup yang baru akan gua hadapi."
Sakit sekali hati Devan kali ini. Apalagi melihat Lala yang begitu tenang mengucapkan kalimat per kalimat tanpa terdengar suara yang mengandung kepedihan.
"Sekarang, kita kembali ke masa di mana kita hanya saling mengenal, tanpa saling menyapa."
"Anggap saja, kedekatan kita hanya sebatas seorang teman tanpa adanya perasaan."
Lala mulai meninggalkan Devan yang masih mematung. Hembusan napas kasar keluar dari bibir Lala. Apa yang dikatakan Brian dia lakukan. Ketika merasa tidak nyaman, lebih baik diungkapkan tanpa menyakiti orang yang bersangkutan. Lala berharap Devan mengerti tanpa salah arti.
Dahi Lala mengkerut ketika di parkiran sudah ada Alfa. Tak biasanya anak itu menjemputnya tanpa memberi kabar.
"King kafe," ucapnya sambil menyerahkan helm.
"Gua banyak tugas, Al."
"Tenang, entar teman gua yang bantuin."
"Maksudnya?"
Alfa tak menjawab dan mulai melajukan motor menuju tempat yang dia sebutkan tadi. Tibanya di king kafe, Lala duduk di tempat favoritnya. Segera mengeluarkan tugas yang Brian berikan. Mata mulai kunang-kunang padahal baru membuka soal.
"Kalau dari semester awal begini terus mah bisa mati muda gua."
Alfa sudah memesan minuman juga makanan kesukaan Lala. Dan sebuah kalimat membuat Lala mengalihkan pandangannya pada Alfa.
"Gua liat masih ada motor si Devan. Dia nungguin lu?" Lala hanya mengangguk.
"Lelaki bego ya begitu. Ngejar di saat yang dikejar udah sadar."
Lala mantap Alfa dengan begitu dalam. Dia tahu sang adik memendam rasa kecewa pada Devan. Namun, tak pernah dia utarakan.
"Gua mulai risih sama dia."
"Itu tandanya rasa lu terhadap dia udah mulai hilang," balas Alfa dengan cepat.
Lala menyandarkan tubuhnya di kursi. Hembusan napas berat dia keluarkan.
"Kalau mencintai itu sakit, lebih baik dicintai."
Kalimat yang keluar dari mulut Alfa membuat Lala terdiam. Adiknya mulai menatap Lala dengan sangat serius.
"Apalagi dicintai dengan begitu besar dan effort luar biasa. Walaupun lu belum ada rasa, pasti lama kelamaan rasa itu akan muncul dengan sendirinya."
Lala mulai mencerna ucapan Alfa. Dia teringat akan perkataan Brian.
"Kamu pernah mencintai seseorang, tapi jatuhnya kamu seperti menyakiti diri sendiri. Jadi, lebih baik kamu dicintai oleh seseorang karena itu akan jauh lebih menyenangkan."
"Jangan pernah samakan diri lu sama Kak Reyn," tambah Alfa.
"Eh?"
Lala baru ingat jika kakak sepupunya itu awalnya mencintai lelaki yang kini menjadi suaminya secara ugal-ugalan. Kisahnya hampir sama, cinta sepihak. Tapi, malah berakhir bahagia.
"Cinta Kak Rega lebih besar dari cinta Kak Reyn. Lelaki yang mampu menunggu dan mencari wanitanya lebih dari tiga tahun. Walaupun banyak kumbang, tapi dia tetap pada perasaannya yang terlambat itu."
"Sedangkan kisah lu? Gajah di pelupuk mata gak keliatan, tapi semut di seberang lautan dia kejar. Akhirnya, dia yang tenggelam. Kan tolol!"
Lala malah tertawa. Adiknya yang satu ini benar-benar begitu menjaga dirinya. Dia tahu selama enam tahun dia berteman dengan Devan, Alfa kurang sreg. Tak jua Alfa melarang. Hanya menyimpan ketidaksregannya sendirian karena dia tak ingin membuat saudaranya sedih.
"Ngomong-ngomong mana temen lu? Katanya mau ke sini dan bisa bantuin gua. Otak gua udah kusut banget ini," tagihnya.
"Sabarlah!"
"Cowok?" tanya Lala.
"Lu pikir?"
"Ya siapa tahu aja cewek."
"Mana ada gua punya temen cewek," balas Alfa yang mulai meminum latte ice yang dia pesan.
"Oh, iya. Temen gua itu ganteng banget loh."
"Lalu?"
"Cuma sekedar memberitahu."
Lala kembali fokus pada tugasnya. Dia malah teringat pada Brian. Lelaki dingin dan datar, tapi mampu membuatnya nyaman. Padahal, dia begitu membenci tipe yang seperti itu karena hampir seluruh saudara lelakinya memiliki sifat layaknya kulkas berjalan.
"My bro!"
Suara Alfa membuat Lala harus mengakhiri lamunannya tentang Brian. Dibuangnya napas dengan cukup kasar.
"Bahagia banget nih romannya," ucap Alfa kepada lelaki yang baru saja datang dengan senyum yang mengembang.
Perlahan Lala menegakkan kepala dan senyum yang begitu manis dia lihat dengan sangat jelas.
"Dosen lu itu teman band gua," bisik Alfa di saat tubuh Lala masih membeku.
"Plot twist kan?"
...*** BERSAMBUNG ***...
Mana ini komennya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
sum mia
visual kak fie emang gak pernah mengecewakan . selalu perfect .
biarlah si Devan kecewa pada Lala , Brian , Alfa , terutama pada dirinya sendiri . karena telah menyia-nyiakan cinta yang didepan mata .
tepat sesuai dengan peribahasa yang diungkapkan oleh Alfa , gajah di pelupuk mata tak nampak , semut di sebrang lautan dikejar , akhirnya dia sendiri yang tenggelam .
sosok seperti Brian bukanlah tioe Lala , tapi nyatanya dialah yang bikin nyaman dan selalu ada buat Lala . ayolah La.... apalagi yang kamu cari . aku sih yes ... dan giliran Lala pun yes juga .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍 😍 😍
2025-02-06
1
U_Lee
Astagaaa...!!🙈 pantesan langkah si Brian untuk deketin si Lala lancar lah wong ada backingan dari si Alfa adiknya Lala sendiri selain dspet support dari Alfa ternyata si Brian teman band Alfa... wkwkkwkw gila emang plot twist bgt, sempet mikir kok bisa si Brian kenal dg Alfa secara umur mereka juga beda jauh, kukira kenal di King kafe sbg owner ternyata selain sbg pemilik kafe juga pemain band juga....😅 wis jalo gini mending si Devan mundur yg jauh sono karena backingan si Brian lebih kuat drpd Devan dan juga si Brian udah dapet lampu hijau dari Alfa...
2025-02-06
0
wardah
duh dr awal juga dh firasat kalo ada campur tangan alfa neeh,apalagi temennya ini naksir adeknya yaitu lala y dh lah atur ,salut ama alfa neeh milihin calon ipar yg klop juga ama dia🤭
2025-02-06
0