Heboh Heboh Heboh

Desi turun dari mobil dengan anggun, kacamata hitam besar bertengger di hidungnya. Tubuh mungilnya dibalut outfit kasual—hoodie oversized dan sneakers putih, membuatnya terlihat seperti remaja SMA yang sedang menikmati liburannya. Langkahnya ringan, namun aura percaya diri terpancar jelas dari wajahnya.

Ia melangkah menuju lantai atas sebuah mall megah, tujuannya jelas: toko ponsel terbaru yang menyediakan gadget impian banyak orang. Begitu memasuki toko, suasana langsung berubah. Karyawan toko yang sedang sibuk melayani pelanggan segera menoleh ke arah Desi, takjub dengan kehadirannya yang mencolok meski sederhana.

“Selamat siang, Kak! Ada yang bisa kami bantu?” sapa seorang karyawan perempuan dengan ramah, tersenyum lebar.

Desi hanya melirik sekilas, lalu mengangguk kecil. “Aku mau lihat ponsel terbaru,” ujarnya dengan suara pelan namun tegas.

“Oh, tentu! Mari ke sini, Kak!” ujar karyawan itu, mengarahkannya ke etalase yang penuh dengan ponsel mewah.

Karyawan lain, seorang pria muda, mendekat untuk membantu. “Adik mau lihat tipe yang mana? Ini ada seri terbaru yang lagi hits banget, kameranya canggih, RAM besar, baterai tahan lama...”

Desi hanya mengangguk sambil melihat-lihat. Ia menunjuk salah satu ponsel flagship dengan harga selangit. “Yang ini ada stoknya?” tanyanya singkat.

Karyawan pria itu tampak sedikit ragu. Ia mengamati Desi dari ujung kepala hingga kaki, memperhatikan hoodie oversized dan sneakers putihnya yang terlihat biasa saja. Namun, ia segera tersenyum lagi, mencoba profesional. “Ada, Kak! Tunggu sebentar, ya. Saya ambilkan di gudang.”

Sementara itu, karyawan perempuan tadi melirik Desi dengan penasaran. Ia memandang rekan kerjanya, lalu berbisik pelan. “Eh, dia itu beneran mau beli, nggak, ya? Kok kayak masih anak SMA gitu, ya?”

“Iya, kayaknya anak sekolahan deh. Tapi gayanya pede banget, sih. Siapa tahu emang sultan,” jawab rekannya sambil mengangkat bahu.

Tak lama, ponsel yang diminta Desi pun dibawa keluar dari gudang. Karyawan pria itu tersenyum lebar. “Ini dia, Kak! Unitnya baru banget, masih segel. Mau dicek dulu?”

Desi mengangguk. “Iya, buka aja,” ucapnya singkat.

Karyawan itu dengan cekatan membuka segel ponsel, menunjukkan setiap detail spesifikasinya. Ia menjelaskan fitur-fitur terbaru dengan antusias, sementara Desi hanya mengangguk-angguk tanpa banyak bicara.

“Gimana, Kak? Mau langsung diaktifkan di sini, atau nanti aja?” tanya karyawan itu.

Desi mengeluarkan dompet kecilnya, lalu menarik sebuah kartu kredit berwarna hitam dari dalamnya. Ia meletakkannya di atas meja kasir tanpa berkata apa-apa.

Karyawan perempuan tadi langsung terbelalak. “Wah, kartu hitam?! Serius, Kak?”

Rekan prianya juga tampak kaget. “Waduh, anak SMA sekarang udah pegang kartu hitam, ya? Sultan banget...” bisiknya, setengah bercanda.

Desi yang mendengar percakapan itu hanya tersenyum tipis. “Cepat proses aja, aku buru-buru,” katanya datar.

Dengan sigap, karyawan itu memproses pembayaran. Namun, rasa penasaran mereka semakin menjadi-jadi. Bagaimana mungkin seorang gadis mungil seperti Desi bisa memiliki kartu eksklusif yang hanya dimiliki oleh kalangan atas?

Saat pembayaran selesai, karyawan perempuan tadi tak bisa menahan diri untuk bertanya. “Adik sekolah di mana, ya? Kok keren banget, sih?”

Desi berhenti sejenak, menatap karyawan itu dengan alis terangkat. Kemudian, tanpa diduga, ia tertawa terbahak-bahak. Suaranya yang jernih memenuhi ruangan, membuat semua orang di toko, termasuk para pengunjung, menoleh.

“Hahaha! Sekolah? Serius, mas dan mbk pikir aku masih sekolah?” tanyanya di sela-sela tawanya.

Karyawan itu tampak bingung. “I-iya... maaf, Kak. Tapi... kelihatannya masih SMA, sih. Maaf banget kalau salah sangka...”

Desi mengibaskan tangan. “Sudah, nggak apa-apa. Tapi aku kasih tahu ya, aku ini sudah menikah. Umurku 25 tahun, Mbak.”

Karyawan itu membelalakkan mata. “Hah?! 25 tahun? Serius?!”

Rekan-rekannya juga saling melirik, tak percaya. Salah satu dari mereka bergumam pelan. “Astaga, kelihatan kayak anak SMA. Perawakannya kecil banget, imut lagi...”

Desi mengangkat bahu, tersenyum santai. “Outfitku mendukung, kan? Jadi wajar kalau kalian salah sangka.”

Karyawan perempuan itu segera membungkuk sedikit. “Maaf banget, Kak. Saya beneran nggak nyangka... Umurnya jauh banget dari yang saya kira.”

Desi tertawa lagi. “Santai aja, aku nggak ambil hati kok. Lagian, aku juga sering dikira anak SMA. Sudah biasa.”

Setelah menerima ponsel barunya, Desi melangkah keluar dari toko dengan penuh percaya diri. Namun, di dalam toko, percakapan tentangnya masih berlanjut.

“Gila, sultan banget dia. Kartu hitam, loh!” ujar karyawan pria tadi, masih terkesima.

“Dan dia bilang sudah menikah? Astaga, kalau suaminya kaya raya, nggak heran dia bisa beli ponsel semahal itu kayak beli kacang goreng,” tambah karyawan perempuan.

“Iya, tapi perawakannya benar-benar menipu, ya. Imut banget, kayak anak SMA.”

Sementara itu, Desi melanjutkan langkahnya dengan santai, seolah tak peduli dengan kehebohan yang ia tinggalkan di belakang.

Desi melangkah dengan percaya diri menuju lantai bawah, tepatnya ke sebuah toko skincare dan kosmetik mewah. Langkahnya ringan, namun mata tajamnya fokus mencari produk-produk yang ia butuhkan. Toko tersebut penuh dengan rak-rak berisi produk eksklusif yang harganya bisa membuat dompet menangis.

Begitu Desi masuk, semua mata tertuju padanya. Dengan tubuh mungilnya yang dibalut hoodie oversized dan wajah tanpa makeup, Desi terlihat seperti remaja SMA yang hanya sekadar ingin "lihat-lihat".

“Selamat siang, Kak. Selamat datang! Ada yang bisa kami bantu?” seorang pegawai perempuan menyapanya dengan ramah.

Desi mengangguk kecil. “Aku mau lihat skincare dan kosmetik premium,” ucapnya tanpa basa-basi.

“Oh, tentu, Kak. Silakan ke sini, produk-produk terbaru kami ada di bagian ini,” jawab pegawai itu sambil mengarahkan Desi ke rak khusus.

Saat Desi mulai memilih produk, bisik-bisik mulai terdengar dari pelanggan lain yang ada di toko.

“Eh, itu anak SMA ya? Kok masuk toko mahal begini?” bisik seorang perempuan yang berdiri di dekat pintu.

“Iya, liat tuh, bajunya biasa aja. Mungkin cuma mau lihat-lihat,” jawab temannya, sambil melirik ke arah Desi.

Sementara itu, Desi tetap fokus memilih. Tangannya terampil memeriksa label dan kandungan produk. Dengan tenang, ia memasukkan satu per satu barang ke dalam keranjang belanjaannya. Ada serum, toner, pelembap, foundation, dan berbagai alat makeup lainnya.

Seorang pegawai lain menghampiri Desi. “Adik cari produk untuk apa, ya? Kulit remaja biasanya nggak perlu terlalu berat, lho.”

Desi menoleh, sedikit mengernyit. “Aku tahu apa yang aku butuhkan. Aku mau skincare yang ini dan kosmetik dari seri premium itu,” ujarnya sambil menunjuk ke rak lain.

Pegawai itu tampak ragu sejenak. “Oh, baik, Kak. Tapi... ini harganya lumayan, lho. Mau dicek dulu?” tanyanya hati-hati.

Desi tersenyum tipis. “Aku tahu harganya. Cepat ambilkan, ya.”

Pegawai itu segera bergerak, meskipun dalam hati ia merasa heran. “Anak ini yakin banget belanja di sini. Jangan-jangan dia cuma bercanda,” gumamnya pelan.

Bisik-bisik pelanggan semakin ramai saat melihat keranjang Desi yang kini penuh dengan produk mahal.

“Astaga, lihat itu. Barang-barangnya premium semua!”

“Iya, tapi apa dia benar mau beli? Jangan-jangan cuma gaya.”

Desi tak mempedulikan bisik-bisik itu. Setelah merasa cukup, ia berjalan ke meja kasir. Keranjang belanjaannya yang penuh membuat karyawan kasir menelan ludah.

“Totalnya... Rp98 juta, Kak. Mau bayar pakai apa?” tanya kasir dengan nada sopan namun penuh keraguan.

Desi mengeluarkan kartu kredit hitamnya dan meletakkannya di meja kasir. Seketika, suasana berubah menjadi hening. Semua pegawai dan pelanggan terkejut melihat kartu itu.

“Kartu hitam?! Serius, Kak?” tanya kasir dengan mata membelalak.

Desi hanya mengangguk kecil. “Cepat proses aja. Aku buru-buru,” ucapnya singkat.

Pegawai di belakang kasir berbisik pelan. “Gila, kartu hitam! Anak ini siapa, ya? Sultan banget.”

“Iya, kok bisa anak kecil punya kartu sekelas itu?” tambah rekannya.

Ketika pembayaran selesai, kasir menyerahkan kantong belanjaan Desi dengan penuh hormat. “Terima kasih banyak, Kak. Semoga produknya cocok, ya.”

Desi mengangguk dan mulai melangkah pergi. Namun, seorang pegawai perempuan memberanikan diri bertanya.

“Eh, Kak... maaf, Kakak sekolah di mana, ya? Aku punya banyak keponakan yang masih sekolah juga. Mungkin kakak kenal. Keponakanku ganteng dan terkenal disekolah nya.”

Desi berhenti sejenak. Ia menoleh, menatap pegawai itu dengan alis terangkat. Kemudian, seperti di toko ponsel sebelumnya, ia tertawa terbahak-bahak.

“Hahaha! kenapa kalian suka sekali bertanya aku sekolah dimana.” tanyanya, sambil memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

Pegawai itu tersenyum kikuk. “I-iya, maaf, Kak. Apakah kakak bukan masih pelajar ya?”

Desi tersenyum tipis. “Umurku 25 tahun mbk dan Aku sudah menikah.”

Mata pegawai itu langsung melebar. “Serius, Kak? Astaga, maaf banget! Soalnya Kakak kelihatan kecil dan imut banget, sih. Muda lagi. Hehehehe.”

“Hahaha, aku sering dikira anak SMA. Sudah biasa. Tapi terima kasih, ya. Setidaknya aku kelihatan awet muda,” ucap Desi sambil tersenyum.

Pegawai lainnya ikut nimbrung. “Wah, Kakak ini nggak cuma awet muda, tapi juga tajir banget. Bayar belanjaan puluhan juta pakai kartu hitam? Keren banget!”

Desi hanya mengangkat bahu. “Itu biasa aja, kok. Hidup memang harus dinikmati, kan?” katanya sebelum melangkah keluar dari toko.

Begitu Desi pergi, kehebohan masih berlanjut di dalam toko.

“Gila, 25 tahun tapi kelihatan kayak anak SMA. Imut banget lagi,” ujar salah satu pelanggan.

“Iya, jelas, perawatannya gak kaleng kaleng pasti. Lihat belanja ini aja dah hampir 100 jutaan, apalagi perawatannya. Dan dia bilang uang segitu biasa saja! Gial sih.” tambah yang lain.

Sementara itu, Desi berjalan santai meninggalkan toko dengan kantong belanjaan di tangannya dengan nama merek ternama. Ia tidak peduli dengan bisik-bisik yang terus membicarakannya. Baginya, hari ini adalah waktunya bersenang-senang, memanjakan diri.

Terpopuler

Comments

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

ternyata kredit black card ny...sm aj pay letter kl jmn skrg.kirain cash

2025-02-03

1

akukaya

akukaya

kenapa tk kartu debit?.... Kredit tu wang pinjaman Dr Bank... Debit wang dari akaun peribadi/wang simpanan sendiri. Adehaiiiiii

2025-03-02

0

Ma Em

Ma Em

semangat Desi buat dirimu cantik dan menarik agar si Bima menyesal seumur hidupnya

2025-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2 Operasi Darurat Yang Mencekam
3 Begadang Nonton Drama Korea
4 Harus Menerima dan Terus Berjalan
5 Bukan Sembarang Orang
6 Bukan untuk Nostalgia
7 Niat Menjual Rumah
8 Lupa Dengan Prioritas
9 Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10 Mimpi dan Kenyataan
11 Mencari Keberadaan Desi
12 Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13 Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14 Pikiran yang Berkecamuk
15 Di Cuekin Emang Enak
16 Oh O.. Kamu Ketahuan..
17 Kemarahan dan Penyesalan
18 Trauma Butuh Ditemani Suami
19 Heboh Heboh Heboh
20 Ambil Saja Beserta Ampas nya
21 Bertemu Keluarga Benalu
22 Keluarga yang Menarik
23 Berbohong Demi Reputasi
24 Mau Jadi Anak Durhaka
25 Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26 Sudah Selama Itu Ternyata
27 Cari Yang Lain Aja Sih
28 Jauh Jauh dari Hidupku
29 Hallo Tampan
30 Penyakit Langka
31 Penthouse Hunian Milik Desi
32 Bertemu Lagi...
33 Kekesalan Gabriel
34 Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35 Kedatangan Maya dan Abas
36 Mulai Rileks Bersama Mereka
37 Cerita Dalam Lift
38 Cerita Berlanjut....
39 Aku Punya Kejutan Istimewa
40 Bukan Na Hee Do
41 Kebohongan Terungkap
42 Kejutan Yang Tak Terduga
43 Kekecewaan Yang Besar
44 Senyuman Mahal Gabriel
45 Drama Asyik Di Pagi Hari
46 Kenyataan Pahit
47 Bebas.. Cheers
48 Sebenarnya Kau Siapa
49 Semua Salahmu Sendiri
50 Kenyataan Yang Menyakitkan
51 Tetangga Tampan
52 CEO Gadungan
53 Malas-Malasan Di Kantor
54 Bertemu Pelakor
55 Kedatangan Rendra
56 Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57 Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58 Mulai Perhitungan
59 Ada Pertunjukan Hari Ini
60 Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61 Akhir Dari Karyawan Nakal
62 Akhir Dari Maya Si Pelakor
63 Pacar Pura-Pura
64 Kabar Terbaru Ibu Bima
65 Penyesalan Yang Terlambat
66 Turut Berduka Cita
67 Aku Janda...
68 Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69 Kapan Menikah?
70 Sebuah Panggilan Pagi
71 Keluhan Yang Tiada Henti
72 Curiga dan Mulai Gelisah
73 Siapa Pemilik Perusahaan
74 Saling Menyalahkan
75 Hancur Bersama
76 Keluarga Sat Set
77 Kejutan Untuk Desi
78 Dunia Ini Sempit
79 Mulai Posesif
80 Menikmati Momen Langka
81 Persiapan Menikah
82 Sah
83 Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84 Benar-Benar Hancur
85 Acara Dansa
86 Waktu Berdua di Kamar
87 Gila, Jantungku Hampir Copot
88 Hallo Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2
Operasi Darurat Yang Mencekam
3
Begadang Nonton Drama Korea
4
Harus Menerima dan Terus Berjalan
5
Bukan Sembarang Orang
6
Bukan untuk Nostalgia
7
Niat Menjual Rumah
8
Lupa Dengan Prioritas
9
Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10
Mimpi dan Kenyataan
11
Mencari Keberadaan Desi
12
Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13
Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14
Pikiran yang Berkecamuk
15
Di Cuekin Emang Enak
16
Oh O.. Kamu Ketahuan..
17
Kemarahan dan Penyesalan
18
Trauma Butuh Ditemani Suami
19
Heboh Heboh Heboh
20
Ambil Saja Beserta Ampas nya
21
Bertemu Keluarga Benalu
22
Keluarga yang Menarik
23
Berbohong Demi Reputasi
24
Mau Jadi Anak Durhaka
25
Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26
Sudah Selama Itu Ternyata
27
Cari Yang Lain Aja Sih
28
Jauh Jauh dari Hidupku
29
Hallo Tampan
30
Penyakit Langka
31
Penthouse Hunian Milik Desi
32
Bertemu Lagi...
33
Kekesalan Gabriel
34
Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35
Kedatangan Maya dan Abas
36
Mulai Rileks Bersama Mereka
37
Cerita Dalam Lift
38
Cerita Berlanjut....
39
Aku Punya Kejutan Istimewa
40
Bukan Na Hee Do
41
Kebohongan Terungkap
42
Kejutan Yang Tak Terduga
43
Kekecewaan Yang Besar
44
Senyuman Mahal Gabriel
45
Drama Asyik Di Pagi Hari
46
Kenyataan Pahit
47
Bebas.. Cheers
48
Sebenarnya Kau Siapa
49
Semua Salahmu Sendiri
50
Kenyataan Yang Menyakitkan
51
Tetangga Tampan
52
CEO Gadungan
53
Malas-Malasan Di Kantor
54
Bertemu Pelakor
55
Kedatangan Rendra
56
Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57
Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58
Mulai Perhitungan
59
Ada Pertunjukan Hari Ini
60
Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61
Akhir Dari Karyawan Nakal
62
Akhir Dari Maya Si Pelakor
63
Pacar Pura-Pura
64
Kabar Terbaru Ibu Bima
65
Penyesalan Yang Terlambat
66
Turut Berduka Cita
67
Aku Janda...
68
Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69
Kapan Menikah?
70
Sebuah Panggilan Pagi
71
Keluhan Yang Tiada Henti
72
Curiga dan Mulai Gelisah
73
Siapa Pemilik Perusahaan
74
Saling Menyalahkan
75
Hancur Bersama
76
Keluarga Sat Set
77
Kejutan Untuk Desi
78
Dunia Ini Sempit
79
Mulai Posesif
80
Menikmati Momen Langka
81
Persiapan Menikah
82
Sah
83
Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84
Benar-Benar Hancur
85
Acara Dansa
86
Waktu Berdua di Kamar
87
Gila, Jantungku Hampir Copot
88
Hallo Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!