Pikiran yang Berkecamuk

Setelah perjalanan panjang dari rumah Maya, Bima akhirnya sampai di kediamannya. Ia memarkir mobil di garasi dengan perasaan campur aduk. Kediaman itu terasa sepi, meskipun lampu di beberapa ruangan masih menyala.

Langkahnya terasa berat saat ia berjalan menuju pintu utama, seperti ada sesuatu yang menahannya. Sesampainya di dalam rumah, ia langsung menuju kamar utama, tempat di mana Desi biasanya beristirahat. Namun, saat mencoba membuka pintu, ternyata pintu itu terkunci rapat.

“Desi! Ini aku, Bima! Sayang? Kamu di dalam, kan?” teriaknya sambil mengetuk pintu beberapa kali.

Tidak ada jawaban.

Bi Inah, pembantu yang sudah lama bekerja di rumah mereka, mendengar suara Bima dari kamarnya. Ia keluar dengan wajah mengantuk dan penuh tanda tanya.

“Tuan Bima, ada apa? Kenapa mengetuk pintu kamar nyonya malam-malam begini?” tanyanya sambil menghampiri.

“Bi Inah,” ujar Bima dengan nada cemas. “Istriku sudah pulang, kan?”

“Iya, Tuan. Nyonya pulang tadi petang hari,” jawab Bi Inah. “Tapi sebelum masuk kamar, beliau bilang ingin istirahat dan tidak mau diganggu sampai besok pagi.”

Bima mengerutkan kening. “Aku harus tahu keadaannya, Bi. Sudah empat hari aku nggak lihat istriku!”

Bi Inah terlihat ragu. “Tapi Tuan, nyonya benar-benar bilang tidak ingin diganggu...”

“Bi, aku suaminya! Aku berhak tahu bagaimana keadaannya!” potong Bima dengan nada sedikit tinggi. “Mana kunci cadangan kamar itu? Aku harus masuk.”

Bi Inah terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan. Tapi saya mohon, jangan sampai membuat nyonya marah.”

Ia pergi ke dapur untuk mengambil kunci cadangan dan kembali dengan wajah yang masih penuh kekhawatiran.

“Ini, Tuan. Tapi kalau nyonya sampai marah, saya mohon maaf sebelumnya,” katanya sambil menyerahkan kunci itu.

Bima langsung menerima kunci itu dan mencoba membuka pintu. Setelah memasukkan kunci dan memutarnya, ia menarik gagang pintu, tetapi pintu itu tetap tidak terbuka.

“Kenapa ini nggak bisa dibuka?” gumam Bima dengan kesal.

“Mungkin kamarnya digerendel dari dalam, Tuan,” ujar Bi Inah dengan hati-hati. “Sepertinya nyonya benar-benar tidak ingin diganggu.”

Bima mendesah panjang, lalu menyerahkan kembali kunci itu pada Bi Inah. “Baiklah, Bi. Kamu istirahat saja. Aku nggak akan memaksa masuk.”

“Tuan yakin nggak apa-apa?” tanya Bi Inah, masih ragu.

“Iya, Bi. Terima kasih. Kamu tidur saja.”

Bi Inah akhirnya mengangguk dan kembali ke kamarnya, meninggalkan Bima yang masih berdiri di depan pintu kamar Desi.

Bima berdiri diam, menatap pintu yang tertutup rapat di depannya. Hatinya terasa kosong, bercampur penyesalan yang mendalam.

“Desi... kamu benar-benar nggak mau aku ganggu? Kenapa? Aku suamimu, aku harus tahu keadaanmu...” gumamnya pelan.

Ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu—reruntuhan yang melibatkan Desi, Maya, dan Abas. Ia merasa bersalah karena saat itu lebih peduli Maya dan Abas, sementara istrinya sendiri juga terluka dengan perut buncitnya.

Bima memukul kepalanya sendiri pelan, mencoba menyadarkan dirinya.

“Bahkan saat kamu pulang, aku nggak bisa memastikan kamu baik-baik saja.”

Ia mendesah panjang, lalu mengusap wajahnya. “Aku senang kamu pulang. Tapi... kenapa kamu mengunci kamar kita? Apa kamu marah padaku? Apa kamu merasa aku nggak peduli?”

Setelah beberapa saat berdiri di depan pintu, Bima akhirnya menyerah. Ia berjalan perlahan menuju kamar tamu di ujung lorong, membawa semua kegelisahannya.

Bima melangkah menuju kamar tamu dengan tubuh yang terasa berat. Ia membuka pintu dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kamar itu terasa dingin dan sepi, seperti perasaannya saat ini.

Ia menatap langit-langit kamar tamu, menatap kosong. Kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran yang membuatnya semakin gelisah. Tubuhnya terasa berat seperti ditimpa beban yang tak terlihat. Napasnya panjang dan bergetar.

"Empat hari. Empat hari aku membiarkan semuanya berantakan. Empat hari aku tidak menjawab telepon Istriku. Dan apa yang aku lakukan hari ini? Setelah aku lama mencari keberadaan istriku, dan mengetahui jika istriku telah pulang dari rumah sakit. Aku malah pergi ke rumah Maya dan bermain dengan Abas."

Ia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredam rasa bersalah yang menggerogoti hatinya.

"Desi pasti terluka. Dia pasti bertanya-tanya kenapa aku tidak ada saat dia membutuhkan. Dia terluka, dia hamil, dan aku malah sibuk dengan masa lalu. Tuhan, apa yang aku pikirkan? Kenapa aku bisa begitu bodoh? Desi istriku. Dia wanita yang memilihku, yang mempercayakan hidupnya padaku. Tapi aku membalasnya dengan mengabaikan panggilannya. Aku lebih peduli pada Maya... pada Abas yang bahkan bukan anakku. Apa Desi akan memaafkanku setelah semua ini?"

Bima berdiri dan berjalan mondar-mandir di Kamar tamu. Pikirannya terus berkecamuk. Ia menghela napas panjang, lalu berhenti di depan jendela, memandangi langit malam yang gelap.

"Aku harus minta maaf. Aku harus mengakui kesalahanku. Besok, aku akan bicara padanya. Aku akan memohon maaf karena tidak ada di sisinya saat dia paling membutuhkan. Aku tahu ini mungkin tidak akan mudah, tapi aku tidak bisa terus begini. Desi berhak tahu bahwa aku menyesal. Dia berhak tahu bahwa aku masih mencintainya dan aku ingin memperbaiki semuanya."

Bima menunduk, kepalan tangannya mengepal erat.

"Besok... aku akan mengakui semuanya. Aku akan mengatakan padanya bahwa aku salah. Aku akan memastikan dia tahu bahwa aku ada untuknya, untuk anak kami. Aku harus berubah. Aku tidak bisa terus mengecewakannya seperti ini. Aku harus menjadi suami yang dia butuhkan."

Air mata menggenang di sudut matanya. Ia mengusapnya cepat, lalu menatap wallpaper ponsel nya dengan gambar sang istri yang sedang tersenyum memegang perut buncitnya.

Malam itu, Bima akhirnya tertidur di kamar tamu dengan perasaan bersalah yang menghimpit dadanya. Dalam kesunyian malam, pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan Desi—istrinya yang sedang mengandung anak mereka. Ia bertanya-tanya, apakah Desi benar-benar baik-baik saja? Apakah ia telah melukai hati istrinya tanpa disadarinya?

Di sisi lain rumah, Desi yang berada di kamar utama tidur nyenyak. Kelelahan fisik membuatnya terlelap lebih cepat dari biasanya. Ia tidak mendengar ketukan pintu Bima, tidak tahu bahwa suami Desi berdiri di depan pintunya, memanggil namanya dengan suara penuh kerinduan.

Sedangkan Desi sibuk berbincang dengan Desi Asli dan Brian Arfi hingga pagi menyingsing.

Terpopuler

Comments

Helen Nirawan

Helen Nirawan

najis ngaku2 suami , preett , suami sinting ,sono lu jauh2 , makan tuh pacar gelap lu , emosi

2025-02-22

4

Shidqia Rahma

Shidqia Rahma

goblok emg gk ada otak, gk nyadar diri,, seriusan ikutan gregetan aku thor, pikiran nya gmna gtuu

2025-03-20

1

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Sdh tau abas bukan anaknya..tolak atau matikan hp mu..dasar laki" pecundang

2025-03-13

0

lihat semua
Episodes
1 Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2 Operasi Darurat Yang Mencekam
3 Begadang Nonton Drama Korea
4 Harus Menerima dan Terus Berjalan
5 Bukan Sembarang Orang
6 Bukan untuk Nostalgia
7 Niat Menjual Rumah
8 Lupa Dengan Prioritas
9 Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10 Mimpi dan Kenyataan
11 Mencari Keberadaan Desi
12 Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13 Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14 Pikiran yang Berkecamuk
15 Di Cuekin Emang Enak
16 Oh O.. Kamu Ketahuan..
17 Kemarahan dan Penyesalan
18 Trauma Butuh Ditemani Suami
19 Heboh Heboh Heboh
20 Ambil Saja Beserta Ampas nya
21 Bertemu Keluarga Benalu
22 Keluarga yang Menarik
23 Berbohong Demi Reputasi
24 Mau Jadi Anak Durhaka
25 Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26 Sudah Selama Itu Ternyata
27 Cari Yang Lain Aja Sih
28 Jauh Jauh dari Hidupku
29 Hallo Tampan
30 Penyakit Langka
31 Penthouse Hunian Milik Desi
32 Bertemu Lagi...
33 Kekesalan Gabriel
34 Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35 Kedatangan Maya dan Abas
36 Mulai Rileks Bersama Mereka
37 Cerita Dalam Lift
38 Cerita Berlanjut....
39 Aku Punya Kejutan Istimewa
40 Bukan Na Hee Do
41 Kebohongan Terungkap
42 Kejutan Yang Tak Terduga
43 Kekecewaan Yang Besar
44 Senyuman Mahal Gabriel
45 Drama Asyik Di Pagi Hari
46 Kenyataan Pahit
47 Bebas.. Cheers
48 Sebenarnya Kau Siapa
49 Semua Salahmu Sendiri
50 Kenyataan Yang Menyakitkan
51 Tetangga Tampan
52 CEO Gadungan
53 Malas-Malasan Di Kantor
54 Bertemu Pelakor
55 Kedatangan Rendra
56 Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57 Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58 Mulai Perhitungan
59 Ada Pertunjukan Hari Ini
60 Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61 Akhir Dari Karyawan Nakal
62 Akhir Dari Maya Si Pelakor
63 Pacar Pura-Pura
64 Kabar Terbaru Ibu Bima
65 Penyesalan Yang Terlambat
66 Turut Berduka Cita
67 Aku Janda...
68 Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69 Kapan Menikah?
70 Sebuah Panggilan Pagi
71 Keluhan Yang Tiada Henti
72 Curiga dan Mulai Gelisah
73 Siapa Pemilik Perusahaan
74 Saling Menyalahkan
75 Hancur Bersama
76 Keluarga Sat Set
77 Kejutan Untuk Desi
78 Dunia Ini Sempit
79 Mulai Posesif
80 Menikmati Momen Langka
81 Persiapan Menikah
82 Sah
83 Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84 Benar-Benar Hancur
85 Acara Dansa
86 Waktu Berdua di Kamar
87 Gila, Jantungku Hampir Copot
88 Hallo Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2
Operasi Darurat Yang Mencekam
3
Begadang Nonton Drama Korea
4
Harus Menerima dan Terus Berjalan
5
Bukan Sembarang Orang
6
Bukan untuk Nostalgia
7
Niat Menjual Rumah
8
Lupa Dengan Prioritas
9
Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10
Mimpi dan Kenyataan
11
Mencari Keberadaan Desi
12
Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13
Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14
Pikiran yang Berkecamuk
15
Di Cuekin Emang Enak
16
Oh O.. Kamu Ketahuan..
17
Kemarahan dan Penyesalan
18
Trauma Butuh Ditemani Suami
19
Heboh Heboh Heboh
20
Ambil Saja Beserta Ampas nya
21
Bertemu Keluarga Benalu
22
Keluarga yang Menarik
23
Berbohong Demi Reputasi
24
Mau Jadi Anak Durhaka
25
Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26
Sudah Selama Itu Ternyata
27
Cari Yang Lain Aja Sih
28
Jauh Jauh dari Hidupku
29
Hallo Tampan
30
Penyakit Langka
31
Penthouse Hunian Milik Desi
32
Bertemu Lagi...
33
Kekesalan Gabriel
34
Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35
Kedatangan Maya dan Abas
36
Mulai Rileks Bersama Mereka
37
Cerita Dalam Lift
38
Cerita Berlanjut....
39
Aku Punya Kejutan Istimewa
40
Bukan Na Hee Do
41
Kebohongan Terungkap
42
Kejutan Yang Tak Terduga
43
Kekecewaan Yang Besar
44
Senyuman Mahal Gabriel
45
Drama Asyik Di Pagi Hari
46
Kenyataan Pahit
47
Bebas.. Cheers
48
Sebenarnya Kau Siapa
49
Semua Salahmu Sendiri
50
Kenyataan Yang Menyakitkan
51
Tetangga Tampan
52
CEO Gadungan
53
Malas-Malasan Di Kantor
54
Bertemu Pelakor
55
Kedatangan Rendra
56
Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57
Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58
Mulai Perhitungan
59
Ada Pertunjukan Hari Ini
60
Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61
Akhir Dari Karyawan Nakal
62
Akhir Dari Maya Si Pelakor
63
Pacar Pura-Pura
64
Kabar Terbaru Ibu Bima
65
Penyesalan Yang Terlambat
66
Turut Berduka Cita
67
Aku Janda...
68
Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69
Kapan Menikah?
70
Sebuah Panggilan Pagi
71
Keluhan Yang Tiada Henti
72
Curiga dan Mulai Gelisah
73
Siapa Pemilik Perusahaan
74
Saling Menyalahkan
75
Hancur Bersama
76
Keluarga Sat Set
77
Kejutan Untuk Desi
78
Dunia Ini Sempit
79
Mulai Posesif
80
Menikmati Momen Langka
81
Persiapan Menikah
82
Sah
83
Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84
Benar-Benar Hancur
85
Acara Dansa
86
Waktu Berdua di Kamar
87
Gila, Jantungku Hampir Copot
88
Hallo Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!