Bukan Sembarang Orang

Desi kemudian teringat akan sesuatu, itu adalah sebuah janji. "Dok, ngomong-ngomong soal bayi... Bayiku di mana sekarang?" Desi mencoba membuat suaranya terdengar tenang meskipun hatinya dipenuhi tekad untuk menepati janji kepada Desi sebelumnya.

Dokter Andini terdiam sesaat, kemudian menjawab dengan lembut, "Bayi Anda sudah kami bersihkan dan berada di kamar mayat. Ada di ruang pendingin, karena belum ada keluarga yang datang, kami juga menunggu Ibu bangun. Jika Anda ingin mengurusnya, kami siap membantu."

Desi mengangguk pelan lalu menghela napas dan menatap ke arah langit-langit. Dalam hatinya, ia bergumam, "Desi, aku sudah janji padamu. Kalau tubuhmu aku ambil alih, hal pertama yang harus kulakukan adalah menguburkan bayi ini dengan layak. Aku nggak akan melanggar janjiku. Sabar ya, tunggu aku keluar dari Rumah Sakit."

"Terima kasih, Dok. Nanti saya akan urus itu sendiri," jawabnya dengan nada tegas namun sopan.

Desi kemudian melirik ke sekeliling, mencari-cari sesuatu. "Oh ya, Mbak Suster, ponsel saya di mana? Rasanya ada banyak yang harus saya urus."

Perawat itu menjawab dengan ramah, "HP Anda sedang diisi ulang, Bu Desi. Akan kami bawakan setelah selesai."

Desi mengangguk. "Baguslah. Ngomong-ngomong, saya ini sudah berapa lama di rumah sakit?"

Dokter Andini menjawab sambil mencatat sesuatu di clipboard. "Sudah tiga hari sejak kecelakaan itu, dan Anda sempat dinyatakan koma."

"Tiga hari? Lama juga ya..." Desi menghela napas panjang, seakan sedang menghitung waktu yang hilang. Namun, pikirannya segera beralih pada hal lain.

Desi menatap perawat dengan pandangan tajam namun santai. "Kalau suami saya, dia ke mana? Dia nggak datang, ya?"

Perawat tampak ragu menjawab, jelas merasa tidak nyaman. Akhirnya, ia berbicara dengan hati-hati. "Bu Desi... Jangan tanya tentang suami Anda. Dia tidak hanya tidak datang, tapi juga tidak menjawab telepon sama sekali."

Desi mendengus, menahan rasa marah yang mulai menggelegak. "Hem, dasar pria brengsek. Istri koma tiga hari, dia malah ngilang kayak hantu. Laki-laki macam apa itu?!"

Dokter Andini dan perawat tampak syok mendengar umpatan yang blak-blakan itu. Biasanya pasien koma yang baru sadar masih lemah dan bicara lembut, tapi Desi menunjukkan sisi yang berbeda.

Dalam hati Desi berkata, "Pasti lelaki brengsek itu bersama dengan cinta pertama nya dan anak wanita pelakor itu. Kasian banget Desi, mencintai orang yang salah,"

"Bu Desi, mari kita fokus pada pemulihan Anda dulu," ujar Dokter Andini mencoba menenangkan suasana. "Sebentar lagi Anda akan dipindahkan ke ruang rawat inap. Kami juga akan melepaskan beberapa alat medis yang sudah tidak diperlukan.”

“Bagus, Dok,” Desi menjawab sambil tersenyum santai. “Saya nggak sabar buat tidur di tempat yang lebih nyaman.”

Perawat mulai melepaskan alat-alat medis yang tidak diperlukan dari tubuh Desi. Desi merasa lega saat alat-alat tersebut dicopot, meskipun tubuhnya masih terasa lemah. Sesekali ia bercanda. “Wah, akhirnya tubuhku bebas dari kabel-kabel ini. Rasanya kayak robot lepas dari pabrik!” kata Desi sambil mencoba meregangkan tubuhnya sedikit.

Beberapa menit kemudian, perawat lain masuk membawa sebuah tas, dompet, dan barang-barang lain milik Desi yang sebelumnya diamankan oleh petugas ambulans. "Ini barang-barang Anda, Bu Desi. Tas, dompet, dan ponsel Anda yang sudah diisi ulang.”

Desi meraih tasnya dan membukanya. Ia melihat sebuah kartu hitam tersembunyi di salah satu kantong dompetnya. Ia tersenyum licik sambil mengeluarkannya. “Saya ingin pindah ke ruang VIP. Bisa bantu saya urus, Mbak perawat?”

Perawat dan Dokter Andini saling pandang dengan ekspresi kaget. Kartu hitam itu jelas bukan sesuatu yang dimiliki oleh sembarang orang.

"Baik, Bu Desi. Kami akan segera mengatur semuanya," jawab perawat sambil menahan rasa ingin tahu.

Perawat menatap kartu itu dengan terkejut. “Ibu Desi... Ini kartu keanggotaan eksklusif yang hanya dimiliki segelintir orang!”

Desi mengangkat bahu dengan santai. “Ya, saya tahu. Jadi, bisakah kalian urus ruangannya sekarang?”

Dokter Andini dan perawat saling pandang, masih terkejut dengan identitas Desi yang tiba-tiba terungkap. Dalam hati mereka bertanya-tanya, Siapa sebenarnya wanita ini? Mengapa dia terlihat begitu berbeda dari yang kami bayangkan?

Desi menyeringai, menikmati kebingungan mereka. Dalam hati, Desi merasa beruntung. Pemilik tubuh ini ternyata orang kaya yang identitas aslinya tersembunyi dari keluarga suaminya. Kini, ia punya peluang untuk mengendalikan hidup barunya sesuai dengan caranya sendiri. "Terima kasih, Ibu Desi."

Saat dokter dan perawat meninggalkan ruangan untuk memberikan waktu istirahat, Gendis memandangi langit-langit kamar. Dalam hati ia berpikir, "Jadi ini rasanya hidup sebagai orang lain? Desi, kalau kau lihat aku sekarang, aku harap kau dan bayimu tenang dan bahagia di tempatmu. Aku bakal jalani hidup ini dengan caraku sendiri. Jangan khawatir, aku nggak bakal bikin drama yang nggak penting. Lagipula, aku punya misi penting." Lalu ia tertidur, mengistirahatkan tubuhnya yang masih lemah.

Tak berselang lama, Desi telah bangun, mengambil air di nakas. Beberapa perawat datang ke ruangan ICU untuk memindahkan Desi ke ruang VIP. Salah satu perawat, seorang wanita muda dengan senyum ramah, membuka percakapan.

“Bu Desi, kami akan memindahkan Anda ke ruang VIP. Semuanya sudah disiapkan. Gimana, sudah siap?”

Desi tersenyum santai sambil mencoba bercanda. “Siap dong, Mbak. Masa saya tetap di sini terus, nanti bosan lihat alat-alat ini. Pindah ke VIP kayak naik kelas, ya?”

Perawat lain, seorang pria paruh baya, terkekeh pelan. “Betul juga, Bu. Kalau VIP itu bisa santai, nggak terlalu banyak gangguan.”

Desi mengangguk. “Asal jangan ada yang datang buat ngajak debat, deh. Saya butuh istirahat, bukan drama.”

Perawat yang mendorong Bed Transfer ikut nimbrung. “Aduh, Bu Desi kayaknya asik, ya. Jarang-jarang pasien ICU langsung bisa bercanda kayak gini.”

Desi terkekeh ringan. “Lah, daripada nangis terus? Udah cukup drama tiga hari koma. Sekarang waktunya hidup lebih santai.”

Salah satu perawat yang baru bergabung membawa barang-barang Desi menimpali, “Kayaknya kami bakal kangen kalau nanti Ibu sudah keluar dari sini. Seru banget bicaranya.”

Desi tertawa kecil. “Aduh, jangan bikin saya GR dong, Mbak perawat. Lagipula, kalau kangen, tinggal kasih saya diskon kalau nanti masuk lagi ke sini.”

Semua perawat tertawa mendengar candaan Desi, dan suasana jadi jauh lebih santai.

Setelah Desi dipindahkan dan dipastikan nyaman di tempat tidur ruang VIP yang luas, para perawat mulai merapikan alat-alat. Salah satu dari mereka berbicara dengan ramah.

“Kalau ada yang dibutuhkan, Bu Desi tinggal pencet tombol, ya. Kami pasti langsung datang.”

Desi melambaikan tangan santai. “Tenang, Mbak. Saya nggak bakal repot-repot manggil kalau cuma lapar atau haus. Tapi kalau saya butuh teman ngobrol, siap-siap aja, ya.”

Para perawat tertawa kecil lagi. “Wah, kalau soal ngobrol, Ibu pasti menang. Kami yang bakal kalah.”

Saat semua peralatan selesai dirapikan, salah satu perawat kembali memastikan kondisi Desi. “Bu Desi, kami pamit dulu, ya. Istirahat yang cukup. Jangan terlalu banyak mikir.”

Desi tersenyum dan mengangguk. “Siap, Mbak. Thanks banget buat bantuannya, ya. Hati-hati, jangan jatuh cinta sama pasien yang lain. Nanti saya protes!”

Para perawat terbahak lagi sebelum akhirnya meninggalkan ruangan.

Desi menatap jendela besar di ruang VIP itu, memperhatikan taman yang tertata rapi di bawah sana. Angin di luar terlihat tenang, dan suasana rumah sakit terasa sunyi.

Dalam hati, ia bertekad. "Oke, Desi. Hidup ini sekarang punyaku. Aku akan menjalani semuanya dengan gembira. Apa itu suami? Apa itu ibu mertua? Jauh-jauh dulu deh, wanita lajang kok ngurus suami dan mertua tak tau diri."

Ia menyeringai kecil, lalu memejamkan mata sejenak. Babak baru hidup Desi dimulai, dengan Gendis yang penuh semangat mengambil alih segalanya.

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

agak bingung itu tas desi tp kok ada black card nya gendis

2025-03-14

0

Breemer Denox

Breemer Denox

minta cerai aja dari pada hidup dgn suami yg begitu

2025-03-14

0

Try Fildzah

Try Fildzah

Ceritanya sedikit ga mssuk akal sih. Tapi tetap coba dibaca

2025-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2 Operasi Darurat Yang Mencekam
3 Begadang Nonton Drama Korea
4 Harus Menerima dan Terus Berjalan
5 Bukan Sembarang Orang
6 Bukan untuk Nostalgia
7 Niat Menjual Rumah
8 Lupa Dengan Prioritas
9 Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10 Mimpi dan Kenyataan
11 Mencari Keberadaan Desi
12 Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13 Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14 Pikiran yang Berkecamuk
15 Di Cuekin Emang Enak
16 Oh O.. Kamu Ketahuan..
17 Kemarahan dan Penyesalan
18 Trauma Butuh Ditemani Suami
19 Heboh Heboh Heboh
20 Ambil Saja Beserta Ampas nya
21 Bertemu Keluarga Benalu
22 Keluarga yang Menarik
23 Berbohong Demi Reputasi
24 Mau Jadi Anak Durhaka
25 Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26 Sudah Selama Itu Ternyata
27 Cari Yang Lain Aja Sih
28 Jauh Jauh dari Hidupku
29 Hallo Tampan
30 Penyakit Langka
31 Penthouse Hunian Milik Desi
32 Bertemu Lagi...
33 Kekesalan Gabriel
34 Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35 Kedatangan Maya dan Abas
36 Mulai Rileks Bersama Mereka
37 Cerita Dalam Lift
38 Cerita Berlanjut....
39 Aku Punya Kejutan Istimewa
40 Bukan Na Hee Do
41 Kebohongan Terungkap
42 Kejutan Yang Tak Terduga
43 Kekecewaan Yang Besar
44 Senyuman Mahal Gabriel
45 Drama Asyik Di Pagi Hari
46 Kenyataan Pahit
47 Bebas.. Cheers
48 Sebenarnya Kau Siapa
49 Semua Salahmu Sendiri
50 Kenyataan Yang Menyakitkan
51 Tetangga Tampan
52 CEO Gadungan
53 Malas-Malasan Di Kantor
54 Bertemu Pelakor
55 Kedatangan Rendra
56 Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57 Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58 Mulai Perhitungan
59 Ada Pertunjukan Hari Ini
60 Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61 Akhir Dari Karyawan Nakal
62 Akhir Dari Maya Si Pelakor
63 Pacar Pura-Pura
64 Kabar Terbaru Ibu Bima
65 Penyesalan Yang Terlambat
66 Turut Berduka Cita
67 Aku Janda...
68 Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69 Kapan Menikah?
70 Sebuah Panggilan Pagi
71 Keluhan Yang Tiada Henti
72 Curiga dan Mulai Gelisah
73 Siapa Pemilik Perusahaan
74 Saling Menyalahkan
75 Hancur Bersama
76 Keluarga Sat Set
77 Kejutan Untuk Desi
78 Dunia Ini Sempit
79 Mulai Posesif
80 Menikmati Momen Langka
81 Persiapan Menikah
82 Sah
83 Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84 Benar-Benar Hancur
85 Acara Dansa
86 Waktu Berdua di Kamar
87 Gila, Jantungku Hampir Copot
88 Hallo Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2
Operasi Darurat Yang Mencekam
3
Begadang Nonton Drama Korea
4
Harus Menerima dan Terus Berjalan
5
Bukan Sembarang Orang
6
Bukan untuk Nostalgia
7
Niat Menjual Rumah
8
Lupa Dengan Prioritas
9
Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10
Mimpi dan Kenyataan
11
Mencari Keberadaan Desi
12
Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13
Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14
Pikiran yang Berkecamuk
15
Di Cuekin Emang Enak
16
Oh O.. Kamu Ketahuan..
17
Kemarahan dan Penyesalan
18
Trauma Butuh Ditemani Suami
19
Heboh Heboh Heboh
20
Ambil Saja Beserta Ampas nya
21
Bertemu Keluarga Benalu
22
Keluarga yang Menarik
23
Berbohong Demi Reputasi
24
Mau Jadi Anak Durhaka
25
Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26
Sudah Selama Itu Ternyata
27
Cari Yang Lain Aja Sih
28
Jauh Jauh dari Hidupku
29
Hallo Tampan
30
Penyakit Langka
31
Penthouse Hunian Milik Desi
32
Bertemu Lagi...
33
Kekesalan Gabriel
34
Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35
Kedatangan Maya dan Abas
36
Mulai Rileks Bersama Mereka
37
Cerita Dalam Lift
38
Cerita Berlanjut....
39
Aku Punya Kejutan Istimewa
40
Bukan Na Hee Do
41
Kebohongan Terungkap
42
Kejutan Yang Tak Terduga
43
Kekecewaan Yang Besar
44
Senyuman Mahal Gabriel
45
Drama Asyik Di Pagi Hari
46
Kenyataan Pahit
47
Bebas.. Cheers
48
Sebenarnya Kau Siapa
49
Semua Salahmu Sendiri
50
Kenyataan Yang Menyakitkan
51
Tetangga Tampan
52
CEO Gadungan
53
Malas-Malasan Di Kantor
54
Bertemu Pelakor
55
Kedatangan Rendra
56
Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57
Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58
Mulai Perhitungan
59
Ada Pertunjukan Hari Ini
60
Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61
Akhir Dari Karyawan Nakal
62
Akhir Dari Maya Si Pelakor
63
Pacar Pura-Pura
64
Kabar Terbaru Ibu Bima
65
Penyesalan Yang Terlambat
66
Turut Berduka Cita
67
Aku Janda...
68
Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69
Kapan Menikah?
70
Sebuah Panggilan Pagi
71
Keluhan Yang Tiada Henti
72
Curiga dan Mulai Gelisah
73
Siapa Pemilik Perusahaan
74
Saling Menyalahkan
75
Hancur Bersama
76
Keluarga Sat Set
77
Kejutan Untuk Desi
78
Dunia Ini Sempit
79
Mulai Posesif
80
Menikmati Momen Langka
81
Persiapan Menikah
82
Sah
83
Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84
Benar-Benar Hancur
85
Acara Dansa
86
Waktu Berdua di Kamar
87
Gila, Jantungku Hampir Copot
88
Hallo Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!