Niat Menjual Rumah

Setelah dokter Andini dan perawat keluar, Desi merebahkan diri sejenak. Ia menatap langit-langit, menarik napas dalam, mencoba merenungkan langkah berikutnya. Namun, lamunannya terganggu oleh ketukan pelan di pintu.

Seorang tim gizi makanan masuk, membawa nampan berisi makanan hangat.

“Selamat siang, Ibu Desi,” sapa tim gizi itu, yang bernama Gio, dengan ramah sambil menaruh nampan di meja samping ranjang.

Desi tersenyum kecil, mencoba bersikap tenang. “Selamat siang. Apa ini makanan siang untuk saya?”

“Benar, Bu. Menu hari ini sup ayam hangat, nasi, dan sayur tumis. Semoga cocok dengan selera Ibu,” ujar Gio itu sembari memeriksa apakah semuanya tersaji dengan baik.

“Terima kasih. Sangat perhatian sekali. Saya jadi penasaran bagaimana rasanya,” Desi mencoba mencairkan suasana dengan nada lembut, meski dalam hati ia tidak terlalu berharap banyak pada makanan rumah sakit.

Gio itu tersenyum canggung. “Semoga enak, Bu. Kalau ada yang kurang, silakan hubungi kami.”

Setelah Hio keluar, Desi menatap nampan makanan itu sejenak, lalu mulai makan perlahan. Meskipun rasanya biasa saja, ia tetap menghabiskannya, menyadari bahwa tubuh ini membutuhkan energi untuk pemulihan.

Usai makan, Desi meraih ponselnya. Ia memandang nomor kontak lama yang ada di daftar telepon, merasa sedikit ragu sebelum akhirnya mengetuk nama Mila, salah satu teman Desi yang dalam ingatannya cukup dekat. Mila adalah tipe orang yang penuh antusias, tetapi juga sangat rasional.

Panggilan tersambung, dan suara Mila yang ceria terdengar di ujung sana. “Desi? Astaga, sudah lama sekali! Aku hampir tidak percaya kamu meneleponku!”

Desi menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab dengan nada lembut seperti Desi yang dikenal Mila. “Hai, Mila. Bagaimana kabarmu? Aku harap kamu baik-baik saja.”

Mila terdengar tertawa kecil. “Aku? Baik-baik saja. Tapi yang lebih penting, bagaimana kabarmu, Desi? Aku dengar kabar kecelakaanmu. Sungguh, aku khawatir sekali. Apa kamu baik-baik saja sekarang?”

Desi tersenyum tipis meski Mila tidak bisa melihatnya. “Aku baik-baik saja sekarang. Masih di rumah sakit, tapi kondisiku sudah jauh lebih baik. Terima kasih sudah bertanya.”

“Aku lega mendengarnya. Tapi, serius, kau membuatku kaget. Aku hampir saja terbang ke sana kalau saja aku tahu rumah sakit tempatmu dirawat!” kata Mila dengan nada penuh perhatian.

Desi tertawa pelan, mencoba membuat suasana tetap santai. “Tidak perlu sampai terbang ke sini, Mila. Aku sudah ditangani dengan baik. Lagipula, aku masih bisa meneleponmu seperti ini, kan?”

“Tentu saja! Tapi Desi, aku benar-benar ingin memastikan kamu baik-baik saja. Jangan sungkan kalau butuh apa pun, ya?”

“Terima kasih, Mila. Sebenarnya, aku meneleponmu kali ini bukan hanya untuk berbasa-basi, tapi ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Ada waktu sebentar untuk mendengarkan?” Desi mencoba menyelipkan nada formal tetapi tetap ramah.

“Tentu saja, aku punya waktu. Ada apa, Desi? Apa ini soal pekerjaan atau hal lain?” tanya Mila penasaran.

Desi menggigit bibir bawahnya sejenak, berpikir bagaimana menyampaikan rencananya tanpa terlihat terlalu tergesa-gesa. “Begini, Mila. Aku memikirkan banyak hal selama berada di rumah sakit ini. Salah satunya soal rumahku. Aku ingin menjualnya.”

“Hah? Menjual rumahmu?” Suara Mila terdengar terkejut di ujung sana. “Desi, kau serius? Rumah itu kan… tempat tinggalmu dan keluargamu.”

Desi mengangguk kecil meski Mila tidak bisa melihatnya. “Aku tahu. Tapi, setelah kecelakaan ini, aku merasa perlu memulai hidup baru. Dan itu artinya, aku harus melepaskan beberapa hal, termasuk rumah itu. Aku ingat kamu pernah bilang kalau kamu menyukai rumahku. Jadi, kupikir, mungkin kamu tertarik untuk membelinya.”

Mila terdiam beberapa detik sebelum akhirnya berkata dengan nada sedikit ragu, “Aku memang pernah bilang aku suka rumah itu, Desi. Tapi… apa kamu yakin dengan keputusan ini? Maksudku, ini bukan keputusan kecil.”

Desi mencoba tersenyum, meski hatinya sebenarnya sedang dipenuhi tekad. “Aku sudah memikirkannya matang-matang, Mila. Lagipula, aku tidak akan langsung pindah. Aku butuh waktu sekitar dua minggu untuk mengurus semuanya. Setelah itu, rumah itu akan sepenuhnya menjadi milikmu.”

“Dua minggu? Itu waktu yang cukup singkat. Tapi, Apa kamu benar-benar tidak keberatan?” tanya Mila, suaranya masih dipenuhi keheranan.

“Aku tidak keberatan, Mila. Malah aku akan merasa lebih lega jika rumah itu jatuh ke tangan seseorang yang aku kenal dan percaya, seperti kamu,” jawab Desi dengan nada serius namun tetap lembut.

Mila akhirnya tertawa kecil. “Kalau begitu, aku akan menganggap ini sebagai takdir. Baiklah, aku setuju untuk membeli rumahmu. Harganya bagaimana? Jangan terlalu tinggi, ya!”

Desi tersenyum kecil, mencoba menjaga nada santainya. “Aku sudah menetapkan harga yang masuk akal, Mila. Tidak terlalu tinggi, tapi juga sesuai dengan nilai rumah itu. Aku yakin kamu akan setuju.”

“Tentu saja aku setuju! Rumah itu selalu jadi impianku. Aku sudah sangat senang, jika rumah itu jadi milikku.” ujar Mila dengan nada riang.

Desi tertawa pelan. “Kamu ini, Mila. Terima kasih sudah setuju. Aku juga butuh bantuanmu untuk satu hal lagi.”

“Apa itu? Katakan saja, Desi. Aku akan membantu semampuku,” jawab Mila tanpa ragu.

“Aku ingin kamu menjual semua kendaraan atas namaku. Tapi tidak sekarang. Mungkin seminggu lagi, setelah semua proses administrasi rumah selesai,” kata Desi dengan nada serius.

“Menjual kendaraan juga? Wah, kamu benar-benar ingin memulai hidup baru, ya?” Mila terdengar kagum. “Tentu saja aku akan membantumu. Tapi, Desi, apa kamu yakin tidak membutuhkan mobil-mobil itu nanti?”

Desi mengangguk meski Mila tidak bisa melihatnya. “Aku yakin, Mila. Semuanya sudah aku pikirkan. Aku hanya ingin menyederhanakan hidupku.”

“Baiklah, aku akan mengurusnya. Tapi kamu harus janji satu hal,” kata Mila.

“Apa itu?” tanya Desi.

“Kamu harus menjaga dirimu baik-baik. Jangan terlalu stres dengan semua ini. Aku akan melakukan bagianku untuk membantu,” kata Mila dengan nada tulus.

Desi tersenyum kecil, merasa lega memiliki teman seperti Mila. “Terima kasih, Mila. Aku benar-benar menghargai bantuanmu.”

Setelah beberapa obrolan ringan, Desi mengakhiri panggilan itu. Ia menaruh ponselnya di meja samping, menatap keluar jendela, dan menarik napas dalam. Dalam hatinya, ia merasa puas karena satu langkah besar sudah ia ambil.

“Beruntung Desi ini masih punya beberapa teman yang bisa diandalkan,” gumamnya pelan. “Semoga segala rencana ku berjalan dengan lancar.”

Ia merebahkan dirinya kembali, membiarkan pikirannya melayang kemana-mana.

Terpopuler

Comments

⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸

⫷ TՏᑌᗰᗩ ⫸

benar tulus ya Mila ,
semoga
please ,jgn bikin tragedi dlm hidup Desi lagi

2025-03-24

0

Raufaya Raisa Putri

Raufaya Raisa Putri

wah...jgn ad penghianat lg y.thor

2025-02-02

1

Farahrosalina

Farahrosalina

bagus Desi jual semua biar bima nda punya tempat tinggal

2025-03-15

0

lihat semua
Episodes
1 Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2 Operasi Darurat Yang Mencekam
3 Begadang Nonton Drama Korea
4 Harus Menerima dan Terus Berjalan
5 Bukan Sembarang Orang
6 Bukan untuk Nostalgia
7 Niat Menjual Rumah
8 Lupa Dengan Prioritas
9 Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10 Mimpi dan Kenyataan
11 Mencari Keberadaan Desi
12 Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13 Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14 Pikiran yang Berkecamuk
15 Di Cuekin Emang Enak
16 Oh O.. Kamu Ketahuan..
17 Kemarahan dan Penyesalan
18 Trauma Butuh Ditemani Suami
19 Heboh Heboh Heboh
20 Ambil Saja Beserta Ampas nya
21 Bertemu Keluarga Benalu
22 Keluarga yang Menarik
23 Berbohong Demi Reputasi
24 Mau Jadi Anak Durhaka
25 Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26 Sudah Selama Itu Ternyata
27 Cari Yang Lain Aja Sih
28 Jauh Jauh dari Hidupku
29 Hallo Tampan
30 Penyakit Langka
31 Penthouse Hunian Milik Desi
32 Bertemu Lagi...
33 Kekesalan Gabriel
34 Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35 Kedatangan Maya dan Abas
36 Mulai Rileks Bersama Mereka
37 Cerita Dalam Lift
38 Cerita Berlanjut....
39 Aku Punya Kejutan Istimewa
40 Bukan Na Hee Do
41 Kebohongan Terungkap
42 Kejutan Yang Tak Terduga
43 Kekecewaan Yang Besar
44 Senyuman Mahal Gabriel
45 Drama Asyik Di Pagi Hari
46 Kenyataan Pahit
47 Bebas.. Cheers
48 Sebenarnya Kau Siapa
49 Semua Salahmu Sendiri
50 Kenyataan Yang Menyakitkan
51 Tetangga Tampan
52 CEO Gadungan
53 Malas-Malasan Di Kantor
54 Bertemu Pelakor
55 Kedatangan Rendra
56 Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57 Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58 Mulai Perhitungan
59 Ada Pertunjukan Hari Ini
60 Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61 Akhir Dari Karyawan Nakal
62 Akhir Dari Maya Si Pelakor
63 Pacar Pura-Pura
64 Kabar Terbaru Ibu Bima
65 Penyesalan Yang Terlambat
66 Turut Berduka Cita
67 Aku Janda...
68 Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69 Kapan Menikah?
70 Sebuah Panggilan Pagi
71 Keluhan Yang Tiada Henti
72 Curiga dan Mulai Gelisah
73 Siapa Pemilik Perusahaan
74 Saling Menyalahkan
75 Hancur Bersama
76 Keluarga Sat Set
77 Kejutan Untuk Desi
78 Dunia Ini Sempit
79 Mulai Posesif
80 Menikmati Momen Langka
81 Persiapan Menikah
82 Sah
83 Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84 Benar-Benar Hancur
85 Acara Dansa
86 Waktu Berdua di Kamar
87 Gila, Jantungku Hampir Copot
88 Hallo Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2
Operasi Darurat Yang Mencekam
3
Begadang Nonton Drama Korea
4
Harus Menerima dan Terus Berjalan
5
Bukan Sembarang Orang
6
Bukan untuk Nostalgia
7
Niat Menjual Rumah
8
Lupa Dengan Prioritas
9
Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10
Mimpi dan Kenyataan
11
Mencari Keberadaan Desi
12
Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13
Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14
Pikiran yang Berkecamuk
15
Di Cuekin Emang Enak
16
Oh O.. Kamu Ketahuan..
17
Kemarahan dan Penyesalan
18
Trauma Butuh Ditemani Suami
19
Heboh Heboh Heboh
20
Ambil Saja Beserta Ampas nya
21
Bertemu Keluarga Benalu
22
Keluarga yang Menarik
23
Berbohong Demi Reputasi
24
Mau Jadi Anak Durhaka
25
Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26
Sudah Selama Itu Ternyata
27
Cari Yang Lain Aja Sih
28
Jauh Jauh dari Hidupku
29
Hallo Tampan
30
Penyakit Langka
31
Penthouse Hunian Milik Desi
32
Bertemu Lagi...
33
Kekesalan Gabriel
34
Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35
Kedatangan Maya dan Abas
36
Mulai Rileks Bersama Mereka
37
Cerita Dalam Lift
38
Cerita Berlanjut....
39
Aku Punya Kejutan Istimewa
40
Bukan Na Hee Do
41
Kebohongan Terungkap
42
Kejutan Yang Tak Terduga
43
Kekecewaan Yang Besar
44
Senyuman Mahal Gabriel
45
Drama Asyik Di Pagi Hari
46
Kenyataan Pahit
47
Bebas.. Cheers
48
Sebenarnya Kau Siapa
49
Semua Salahmu Sendiri
50
Kenyataan Yang Menyakitkan
51
Tetangga Tampan
52
CEO Gadungan
53
Malas-Malasan Di Kantor
54
Bertemu Pelakor
55
Kedatangan Rendra
56
Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57
Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58
Mulai Perhitungan
59
Ada Pertunjukan Hari Ini
60
Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61
Akhir Dari Karyawan Nakal
62
Akhir Dari Maya Si Pelakor
63
Pacar Pura-Pura
64
Kabar Terbaru Ibu Bima
65
Penyesalan Yang Terlambat
66
Turut Berduka Cita
67
Aku Janda...
68
Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69
Kapan Menikah?
70
Sebuah Panggilan Pagi
71
Keluhan Yang Tiada Henti
72
Curiga dan Mulai Gelisah
73
Siapa Pemilik Perusahaan
74
Saling Menyalahkan
75
Hancur Bersama
76
Keluarga Sat Set
77
Kejutan Untuk Desi
78
Dunia Ini Sempit
79
Mulai Posesif
80
Menikmati Momen Langka
81
Persiapan Menikah
82
Sah
83
Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84
Benar-Benar Hancur
85
Acara Dansa
86
Waktu Berdua di Kamar
87
Gila, Jantungku Hampir Copot
88
Hallo Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!