Berbohong dan Ke Egoisan Bima

Pikiran tentang sang istri dan calon buah hatinya, berputar cepat di kepalanya, membuat dadanya sesak. "Desi... kandungan... Tuhan, aku bahkan lupa dia sedang hamil buah hati kita. Bagaimana keadaan mereka? Apa Desi baik-baik saja? Apa calon anakku selamat?"

Namun, ia segera memasang wajah datar, berusaha menyembunyikan kegelisahannya dari Dika. Dengan suara pelan dan sedikit gemetar, ia menjawab, "Iya, Desi baik-baik aja. Dia sudah keluar dari Rumah sakit, sekarang lagi banyak istirahat di rumah." ucapnya berbohong.

Dika tersenyum lega. "Syukurlah kalau begitu. Aku sempat khawatir waktu dengar ceritanya. Wanita hamil pasti meninggalkan trauma berat setelah mengalami kejadian menakutkan itu. Bersyukur calon anakmu selamat dari kejadian berat itu, kami takut terjadi apa-apa dengan kandungan istrimu. Kamu benar-benar suami yang hebat, Bim. Selama cuti kemarin, pasti kamu jaga istrimu banget, kan?"

Bima menelan ludah, merasa dadanya semakin sesak. "Jaga dia? Aku bahkan nggak ada di sisinya selama itu." ucapnya dalam hati, didalam hati Bima menangis tertahan.

Dengan suara yang dipaksakan tenang, ia berbohong lagi, "Iya, aku pastikan istriku nggak kekurangan apa-apa. Aku nggak mau ambil risiko buat dia dan anak kami."

Dika menepuk bahu Bima dengan bangga. "Kamu memang panutan, Bim. Istrimu beruntung banget punya kamu. Ia pasti bangga kepada mu."

Ucapan itu justru membuat rasa bersalah Bima semakin membuncah. Ia hanya bisa tersenyum kaku, merasa seperti penipu di depan temannya sendiri.

Setelah Dika keluar dari ruang istirahat, Bima menjatuhkan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia memegang kepala dengan kedua tangannya, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. "Apa yang sudah aku lakukan? Aku bahkan nggak tahu bagaimana kondisi Desi sekarang. Apa dia terluka? Apa anak kami baik-baik saja? Kenapa aku bisa sebodoh ini?"

Ia meraih ponselnya lagi, mencoba menelepon Desi sekali lagi. Namun, panggilan itu kembali tidak dijawab. Jantungnya berdetak semakin cepat, dan rasa panik mulai menguasainya. "Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya? Bagaimana jika aku sudah terlambat?"

Bima bangkit dari kursinya dengan gelisah, berjalan mondar-mandir di ruangan itu. Hatinya penuh dengan rasa takut dan penyesalan. Aku harus menemukannya. Aku harus memastikan dia baik-baik saja. Tapi bagaimana? Siapa yang bisa aku tanyai tanpa membuat mereka curiga?

Ia memejamkan mata, mencoba mencari solusi. Namun, pikirannya terus kembali ke satu fakta yang tidak bisa ia hindari, ia telah gagal sebagai suami. Ia telah menempatkan seseorang di atas istri dan anaknya.

Desi, aku minta maaf... Aku akan menemuimu. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku tidak peduli apa yang harus aku lakukan. Aku hanya ingin kamu dan anak kita baik-baik saja.

Bima melangkah keluar dari kantor dengan pikiran kalut. Dia memutuskan untuk meminta izin pulang lebih awal. Dengan wajah penuh kecemasan, dia menghampiri Dika yang sedang duduk di ruang istirahat.

"Aku harus pulang sekarang, Dik. Desi nggak ngangkat teleponku, aku khawatir sama dia," katanya dengan nada tergesa.

Dika mengangguk penuh pengertian. "Tentu, Bim. Pulanglah. Istri hamil butuh perhatian lebih. Kalau ada apa-apa, kabari aku ya."

Bima mengangguk singkat, lalu berjalan cepat ke parkiran. Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi, jalanan seperti kabur di matanya.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, dia sampai di rumah. Mobilnya berhenti mendadak di depan garasi. Dia keluar dengan tergesa, membuka pintu depan.

Bima menaiki tangga dengan langkah cepat. Dia memanggil, "Desi? Sayang? Kamu di mana?" Suaranya bergema di rumah yang sunyi. Tidak ada jawaban.

Dia membuka pintu kamar utama dengan kasar, berharap melihat sosok sang istri di sana. Tapi kamar itu kosong. Tempat tidur rapi, seperti tidak pernah disentuh. Tidak ada tanda-tanda keberadaan istrinya.

"Desi?! Sayang? Istriku?" Dia memanggil lagi, kali ini lebih keras, namun tetap tidak ada jawaban.

Langkah kaki perlahan terdengar dari arah dapur. Seorang wanita paruh baya muncul di ambang pintu, wajahnya tampak khawatir.

"Siang, Tuan. Ada yang bisa Bibi bantu?" tanya Bi Inah, pembantu yang sudah lama bekerja di rumah keluarga Desi.

Bima berbalik dengan cepat, wajahnya penuh harap. "Oh, Bibi. Nyonya mana? Dia di mana sekarang?"

Bi Inah mengerutkan kening, bingung dengan pertanyaan itu. "Lah, Nyonya sudah 4 hari ini tidak pulang, Tuan. Bibi kira Nyonya bersama Tuan selama ini. Tuan juga sudah 4 hari tidak pulang, kan?"

"Nggak ada telepon dari Nyonya? Dia nggak kasih kabar ke rumah?" tanya Bima dengan suara pelan, nyaris berbisik.

Bi Inah menggeleng. "Tidak ada, Tuan. Tidak ada satu pun telepon dari Nyonya."

Bima merasa seluruh dunianya berputar. Dia menatap kosong ke lantai, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya. Setelah beberapa saat, dia bangkit perlahan dan berjalan kembali ke kamar dengan langkah berat.

Di kamar, dia menjatuhkan tubuhnya di atas kursi dekat meja kerja. Dia meraih ponselnya, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tangannya gemetar saat membuka riwayat panggilan. Matanya membelalak kaget. Ada lebih dari seratus panggilan tak terjawab dari Desi pada hari kecelakaan itu terjadi.

Bima memegang kepalanya, mencoba memahami apa yang dilihatnya. Seratus panggilan? Apa yang dia coba katakan? Kenapa aku nggak angkat? Apa yang terjadi padanya?

Pikirannya kembali ke hari itu, saat dia sedang bersama Maya dan Abas. Aku sibuk dengan mereka... Aku bahkan nggak memeriksa teleponku. Aku bahkan nggak ingat Desi... Tuhan, apa aku sudah kehilangan dia?

Rasa bersalah menyelimuti seluruh tubuhnya. Matanya berkaca-kaca, dadanya terasa sesak. Dia teringat senyuman Desi, suaranya yang lembut, dan cara dia selalu mencoba menjadi istri yang baik. Dan sekarang, Bima tidak tahu di mana istrinya berada.

Dia memandangi layar ponsel itu lagi. Seratus panggilan itu seperti pisau yang menusuk hatinya berulang kali. Dia mencoba mengingat kapan terakhir kali dia benar-benar bicara dengan Desi, mendengar suaranya.

Air matanya akhirnya jatuh. Dia mencoba menelepon Desi lagi, tetapi tetap tidak ada jawaban. Dia frustasi, tidak tahu harus melakukan apa.

"Apa aku harus bertanya pada teman-temanku? Tapi kalau mereka tahu aku tidak bersama Desi selama ini, mereka pasti akan berpikir buruk tentangku. Aku bahkan tidak tahu rumah sakit mana yang merawatnya."

Dia menggigit bibirnya, merasa putus asa. Dalam kepalanya, wajah Desi terus muncul. Wajahnya saat tertawa, saat marah, saat menangis. "Sayang, kamu di mana sekarang? Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu masih di rumah sakit? Atau... apa aku sudah terlambat?"

Ponselnya bergetar, tetapi bukan dari Desi. Itu hanya pesan masuk dari Maya, menanyakan apakah dia sudah sampai di kantor.

Bima melempar ponselnya ke atas meja, merasa muak dengan dirinya sendiri. "Aku harus menemukan Desi. Aku harus memperbaiki semua ini. Aku tidak bisa terus begini. Desi adalah istriku, ibu dari anakku. Aku seharusnya ada untuknya."

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Ya Tuhaaan sm istri sendiri bisa lupa,apalgi bayi dlm kandungan nya,pikiran dan otak Bima udh konslet kali y bener2 minta di tabok pke sandal japit tuh orng,,,,

2025-03-14

1

Nadira ST

Nadira ST

hatiku sakit bim,walau bukan aku,kok ada model laki kayak kamu bim,kalau ak jadi Desi udah tak mutilasi sama sekingkuhanmu

2025-01-17

0

Neli Susanti

Neli Susanti

orang lain aja khawatir sama bini dan calon anak lu Bim,,nah elu sendiri anteng² bae,, emang kagak punya hati lu Bim

2025-03-15

0

lihat semua
Episodes
1 Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2 Operasi Darurat Yang Mencekam
3 Begadang Nonton Drama Korea
4 Harus Menerima dan Terus Berjalan
5 Bukan Sembarang Orang
6 Bukan untuk Nostalgia
7 Niat Menjual Rumah
8 Lupa Dengan Prioritas
9 Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10 Mimpi dan Kenyataan
11 Mencari Keberadaan Desi
12 Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13 Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14 Pikiran yang Berkecamuk
15 Di Cuekin Emang Enak
16 Oh O.. Kamu Ketahuan..
17 Kemarahan dan Penyesalan
18 Trauma Butuh Ditemani Suami
19 Heboh Heboh Heboh
20 Ambil Saja Beserta Ampas nya
21 Bertemu Keluarga Benalu
22 Keluarga yang Menarik
23 Berbohong Demi Reputasi
24 Mau Jadi Anak Durhaka
25 Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26 Sudah Selama Itu Ternyata
27 Cari Yang Lain Aja Sih
28 Jauh Jauh dari Hidupku
29 Hallo Tampan
30 Penyakit Langka
31 Penthouse Hunian Milik Desi
32 Bertemu Lagi...
33 Kekesalan Gabriel
34 Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35 Kedatangan Maya dan Abas
36 Mulai Rileks Bersama Mereka
37 Cerita Dalam Lift
38 Cerita Berlanjut....
39 Aku Punya Kejutan Istimewa
40 Bukan Na Hee Do
41 Kebohongan Terungkap
42 Kejutan Yang Tak Terduga
43 Kekecewaan Yang Besar
44 Senyuman Mahal Gabriel
45 Drama Asyik Di Pagi Hari
46 Kenyataan Pahit
47 Bebas.. Cheers
48 Sebenarnya Kau Siapa
49 Semua Salahmu Sendiri
50 Kenyataan Yang Menyakitkan
51 Tetangga Tampan
52 CEO Gadungan
53 Malas-Malasan Di Kantor
54 Bertemu Pelakor
55 Kedatangan Rendra
56 Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57 Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58 Mulai Perhitungan
59 Ada Pertunjukan Hari Ini
60 Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61 Akhir Dari Karyawan Nakal
62 Akhir Dari Maya Si Pelakor
63 Pacar Pura-Pura
64 Kabar Terbaru Ibu Bima
65 Penyesalan Yang Terlambat
66 Turut Berduka Cita
67 Aku Janda...
68 Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69 Kapan Menikah?
70 Sebuah Panggilan Pagi
71 Keluhan Yang Tiada Henti
72 Curiga dan Mulai Gelisah
73 Siapa Pemilik Perusahaan
74 Saling Menyalahkan
75 Hancur Bersama
76 Keluarga Sat Set
77 Kejutan Untuk Desi
78 Dunia Ini Sempit
79 Mulai Posesif
80 Menikmati Momen Langka
81 Persiapan Menikah
82 Sah
83 Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84 Benar-Benar Hancur
85 Acara Dansa
86 Waktu Berdua di Kamar
87 Gila, Jantungku Hampir Copot
88 Hallo Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2
Operasi Darurat Yang Mencekam
3
Begadang Nonton Drama Korea
4
Harus Menerima dan Terus Berjalan
5
Bukan Sembarang Orang
6
Bukan untuk Nostalgia
7
Niat Menjual Rumah
8
Lupa Dengan Prioritas
9
Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10
Mimpi dan Kenyataan
11
Mencari Keberadaan Desi
12
Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13
Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14
Pikiran yang Berkecamuk
15
Di Cuekin Emang Enak
16
Oh O.. Kamu Ketahuan..
17
Kemarahan dan Penyesalan
18
Trauma Butuh Ditemani Suami
19
Heboh Heboh Heboh
20
Ambil Saja Beserta Ampas nya
21
Bertemu Keluarga Benalu
22
Keluarga yang Menarik
23
Berbohong Demi Reputasi
24
Mau Jadi Anak Durhaka
25
Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26
Sudah Selama Itu Ternyata
27
Cari Yang Lain Aja Sih
28
Jauh Jauh dari Hidupku
29
Hallo Tampan
30
Penyakit Langka
31
Penthouse Hunian Milik Desi
32
Bertemu Lagi...
33
Kekesalan Gabriel
34
Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35
Kedatangan Maya dan Abas
36
Mulai Rileks Bersama Mereka
37
Cerita Dalam Lift
38
Cerita Berlanjut....
39
Aku Punya Kejutan Istimewa
40
Bukan Na Hee Do
41
Kebohongan Terungkap
42
Kejutan Yang Tak Terduga
43
Kekecewaan Yang Besar
44
Senyuman Mahal Gabriel
45
Drama Asyik Di Pagi Hari
46
Kenyataan Pahit
47
Bebas.. Cheers
48
Sebenarnya Kau Siapa
49
Semua Salahmu Sendiri
50
Kenyataan Yang Menyakitkan
51
Tetangga Tampan
52
CEO Gadungan
53
Malas-Malasan Di Kantor
54
Bertemu Pelakor
55
Kedatangan Rendra
56
Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57
Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58
Mulai Perhitungan
59
Ada Pertunjukan Hari Ini
60
Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61
Akhir Dari Karyawan Nakal
62
Akhir Dari Maya Si Pelakor
63
Pacar Pura-Pura
64
Kabar Terbaru Ibu Bima
65
Penyesalan Yang Terlambat
66
Turut Berduka Cita
67
Aku Janda...
68
Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69
Kapan Menikah?
70
Sebuah Panggilan Pagi
71
Keluhan Yang Tiada Henti
72
Curiga dan Mulai Gelisah
73
Siapa Pemilik Perusahaan
74
Saling Menyalahkan
75
Hancur Bersama
76
Keluarga Sat Set
77
Kejutan Untuk Desi
78
Dunia Ini Sempit
79
Mulai Posesif
80
Menikmati Momen Langka
81
Persiapan Menikah
82
Sah
83
Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84
Benar-Benar Hancur
85
Acara Dansa
86
Waktu Berdua di Kamar
87
Gila, Jantungku Hampir Copot
88
Hallo Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!