Oh O.. Kamu Ketahuan..

Sementara itu, Bima masih termenung di depan pintu kamar mereka. Tatapannya kosong, pikirannya melayang mengingat kata-kata tajam Desi tadi. Setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang dan memutuskan untuk mengikuti Desi ke ruang makan.

“Dia tadi bilang lapar, kan? Pasti sudah turun ke bawah,” pikirnya sambil menuruni tangga dengan langkah berat.

Sesampainya di ruang makan, ia melihat Desi sudah duduk di meja makan, menyantap makanan dengan lahap. Tidak ada tanda-tanda bahwa Desi peduli pada kehadirannya.

Bima berdiri tak jauh dari sana, memandangi istrinya yang tampak tenang menikmati makanannya. Ia duduk perlahan di kursinya sendiri, berharap Desi akan menyadari kehadirannya dan membantunya seperti biasa.

Namun, Desi hanya meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada makanannya.

Bima menunggu. Ia mengingat kebiasaan mereka dulu, di mana Desi selalu mengambilkan makanan untuknya dengan senyuman hangat. Tapi sekarang, yang ada hanya kesunyian. Desi tidak bergerak untuk membantunya, bahkan tidak memulai percakapan apa pun.

Akhirnya, setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Bima membuka suara. “Sayang... bisakah kamu ambilkan aku nasi dan lauk?” tanyanya pelan, mencoba menjaga suaranya tetap lembut.

Desi berhenti mengunyah sejenak, menatap Bima dengan sorot mata tajam dan dingin. Jawabannya datar, nyaris tanpa emosi.

“Kamu punya tangan, kan? Ambil sendiri. Dan jangan banyak ngomong.”

Kata-kata itu terasa seperti pukulan di dada Bima. Ia tertegun, tidak percaya dengan perubahan sikap istrinya. Sekarang, setiap kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan duri yang tajam.

“Mungkin dia masih marah. Wajar saja, aku memang salah,” pikir Bima. Dengan berat hati, ia bangkit dan mengambil nasi serta lauk sendiri. Sesekali, ia melirik Desi yang masih sibuk menyantap makanannya tanpa sedikit pun memedulikan keberadaannya.

Saat kembali ke tempat duduknya, Bima mencoba makan. Tapi setiap suapan yang ia masukkan ke mulut terasa hambar. Tidak ada rasa, tidak ada kenikmatan. Ia hanya mengunyah dengan pelan, menelan makanan itu dengan susah payah.

Di sisi lain, Desi sudah hampir selesai dengan makanannya. Setelah menaruh sendoknya, ia mengambil tisu untuk mengelap mulutnya. Tanpa sepatah kata pun, ia bangkit dari kursi dan berjalan ke ruang keluarga.

Bima menatap punggung istrinya yang pergi tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Ia merasa semakin kecil, semakin jauh dari sosok yang dulu ia kenal sebagai Desi.

Di ruang keluarga, Desi menyalakan televisi. Ia membuka aplikasi Netflix di TV Android mereka dan mulai mencari drama Korea yang sedang populer.

“Untung Desi asli berlangganan Netflix,” pikir Desi alias Gendis sambil tersenyum kecil. “Dia jarang pakai sih, tapi lumayan buat aku sekarang yang pecinta cowok ganteng, alias pemain yang ada di drama korea.”

Setelah beberapa menit mencari, ia menemukan sebuah drama yang menarik perhatiannya. Desi duduk di sofa dengan nyaman, menyandarkan tubuhnya sambil menonton dengan tenang.

Sementara itu, di ruang makan, Bima menyelesaikan makanannya dengan susah payah. Ia merasa perutnya kenyang, tapi hatinya tetap terasa kosong. Setelah selesai, ia membereskan piringnya sendiri, sesuatu yang jarang ia lakukan sebelumnya.

Ia berjalan ke ruang keluarga, berharap bisa berbicara dengan Desi untuk memperbaiki keadaan. Namun, saat sampai di sana, ia melihat Desi yang sudah terfokus pada layar televisi.

“Sayang...” panggilnya pelan.

Desi tidak menoleh. Ia hanya melambaikan tangan ke arah Bima tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. “Jangan ganggu. Aku lagi nonton,” katanya singkat.

Bima terdiam. Ia merasa seperti seorang asing di rumahnya sendiri, tidak tahu harus bagaimana untuk mendekati istrinya lagi.

Bima duduk di sofa, beberapa langkah dari Desi yang tetap fokus menonton drama Korea di layar televisi. Ia mencoba memulai percakapan, tetapi tenggorokannya terasa kering. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah istrinya yang tampak santai, meskipun ada aura dingin yang terpancar darinya.

“Sayang...” Bima akhirnya membuka suara. “Boleh aku bicara berdua denganmu?”

Desi tidak menoleh. Mata Desi tetap terpaku pada layar, ekspresinya datar, nyaris tak menunjukkan emosi.

“Silakan bicara saja,” jawab Desi singkat, tanpa usaha sedikit pun untuk melihat ke arah Bima.

Bima merasa canggung. Sikap Desi yang dingin membuatnya kehilangan keberanian. Ia mengusap tengkuknya, berusaha merangkai kata-kata yang tepat.

“Sebenarnya...” Bima memulai, namun suara Desi memotongnya.

“Hem...” balas Desi, nada suaranya menunjukkan bahwa ia mendengar, tapi tak benar-benar tertarik.

“Sebenarnya, 4 hari ini aku...” Bima mencoba melanjutkan, tetapi kalimatnya menggantung di udara.

Desi menghela napas pelan, masih dengan tatapan yang terpaku pada layar televisi. “Bersama Maya, kan?” ucapnya santai, seolah pernyataannya adalah fakta yang tidak bisa dibantah.

Bima terperanjat. Matanya membelalak, jantungnya berdegup kencang. “Apakah dia tahu?” tanyanya dalam hati dengan tangan gemetar.

Desi akhirnya memalingkan wajahnya, menatap Bima dengan dingin. Senyuman tipis muncul di sudut bibirnya, tetapi bukan senyuman hangat yang biasa ia berikan. Kali ini, senyum itu terasa seperti pisau tajam yang siap menusuk. "Ku kerjain deh, biar tau rasa nih laki" ucap Desi dalam hati.

“Apakah kau bertanya bagaimana aku tahu?” Desi membalas dengan nada yang tenang, tetapi ada ancaman terselubung di balik suaranya.

Bima tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepala, merasa seperti seorang anak kecil yang ketahuan melakukan kesalahan besar.

“Kau tidak perlu bertanya. Itu sudah jelas,” lanjut Desi sambil bersedekap. “Dari awal kejadian itu, aku sudah tahu ke mana arah langkahmu. Bahkan saat aku sekarat, kau memilih berada di sisi mereka. Cinta pertama dan anaknya itu.” geram Desi dengan sikap Bima ini.

Bima langsung menggeleng, mencoba membela diri. “Tidak, sayang. Aku hanya menjalankan tugasku. Aku seorang petugas pemadam kebakaran. Aku harus membantu mereka yang membutuhkan.”

Desi mendengus kecil. Tatapannya semakin tajam, penuh dengan emosi yang hampir meledak. “Membantu? Apa seorang petugas pemadam kebakaran sepertimu harus menginap dengan mereka? Mengabaikan telepon dari istrimu? Bahkan tidak sekali pun berpikir untuk kembali mencariku dan memastikan aku baik-baik saja?”

Bima terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Setiap kata yang keluar dari mulut Desi seperti cambuk yang menghantam dirinya tanpa henti.

“Kau bisa menyelamatkan cinta pertamamu itu, bahkan membawanya ke ambulans bersama anaknya,” lanjut Desi dengan suara bergetar karena menahan emosi. “Tapi kenapa? Kenapa kau tidak kembali untuk menyelamatkanku? Kenapa kau membiarkan aku sekarat sendirian? bukankah di ambulance sudah banyak orang, kenapa harus kamu?”

“Desi, aku...” Bima mencoba berbicara, tetapi Desi memotongnya.

“Apa aku kurang penting bagimu, Bima? Apa aku hanya istri yang bisa kau abaikan begitu saja? Lalu, bagaimana dengan anak kita? Apa kau lupa dia juga ada di dalam kandunganku saat itu? Apa kau lupa kau bahkan bisa kehilangan dua nyawa sekaligus karena keegoisanmu?” ucap Desi penuh drama. Dalam hati Desi berkata "Ceilah, boleh juga akting ku."

Desi berdiri dengan tangan mengepal erat di sisi tubuhnya. Matanya berkilat marah, menatap Bima yang duduk terdiam di sofa. Ia berusaha keras menahan emosi yang hampir meledak, tapi setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah luapan amarah yang telah ia pendam selama ini. "Sabar Desi, sabar, orang sabar banyak duitnya. Tapi.. beneran deh pengen ku tonjok muka Bima ini. Emosi bener aku, melihatnya."

Bima menunduk, tak berani menatap istrinya secara langsung. Ia tahu apa yang akan dikatakan istrinya selanjutnya tidak akan mudah diterima, tapi ia tetap mendengarkan.

Terpopuler

Comments

Ranny Sutrisna

Ranny Sutrisna

Teruskan Des, keluarkan trus kata-kata itu. Biar tau rasa tuh Bima. Kelakuan kok kaya gtu.
Asli emosi banget deh bacanya !!!!!

Othor sayang, ku butuh adem sari neh buat mengatasi panas didalam hati.

2025-02-16

0

niktut ugis

niktut ugis

Thor, gendis asli gmn lanjutan nya

2025-02-09

0

£rvina

£rvina

lo gak nanya anak lo, gak sadar gitu perutnya kempes.. iiih dasar pea lo.. gemes deh pengen nyuci otak n hati c bima😤😡

2025-03-31

0

lihat semua
Episodes
1 Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2 Operasi Darurat Yang Mencekam
3 Begadang Nonton Drama Korea
4 Harus Menerima dan Terus Berjalan
5 Bukan Sembarang Orang
6 Bukan untuk Nostalgia
7 Niat Menjual Rumah
8 Lupa Dengan Prioritas
9 Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10 Mimpi dan Kenyataan
11 Mencari Keberadaan Desi
12 Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13 Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14 Pikiran yang Berkecamuk
15 Di Cuekin Emang Enak
16 Oh O.. Kamu Ketahuan..
17 Kemarahan dan Penyesalan
18 Trauma Butuh Ditemani Suami
19 Heboh Heboh Heboh
20 Ambil Saja Beserta Ampas nya
21 Bertemu Keluarga Benalu
22 Keluarga yang Menarik
23 Berbohong Demi Reputasi
24 Mau Jadi Anak Durhaka
25 Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26 Sudah Selama Itu Ternyata
27 Cari Yang Lain Aja Sih
28 Jauh Jauh dari Hidupku
29 Hallo Tampan
30 Penyakit Langka
31 Penthouse Hunian Milik Desi
32 Bertemu Lagi...
33 Kekesalan Gabriel
34 Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35 Kedatangan Maya dan Abas
36 Mulai Rileks Bersama Mereka
37 Cerita Dalam Lift
38 Cerita Berlanjut....
39 Aku Punya Kejutan Istimewa
40 Bukan Na Hee Do
41 Kebohongan Terungkap
42 Kejutan Yang Tak Terduga
43 Kekecewaan Yang Besar
44 Senyuman Mahal Gabriel
45 Drama Asyik Di Pagi Hari
46 Kenyataan Pahit
47 Bebas.. Cheers
48 Sebenarnya Kau Siapa
49 Semua Salahmu Sendiri
50 Kenyataan Yang Menyakitkan
51 Tetangga Tampan
52 CEO Gadungan
53 Malas-Malasan Di Kantor
54 Bertemu Pelakor
55 Kedatangan Rendra
56 Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57 Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58 Mulai Perhitungan
59 Ada Pertunjukan Hari Ini
60 Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61 Akhir Dari Karyawan Nakal
62 Akhir Dari Maya Si Pelakor
63 Pacar Pura-Pura
64 Kabar Terbaru Ibu Bima
65 Penyesalan Yang Terlambat
66 Turut Berduka Cita
67 Aku Janda...
68 Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69 Kapan Menikah?
70 Sebuah Panggilan Pagi
71 Keluhan Yang Tiada Henti
72 Curiga dan Mulai Gelisah
73 Siapa Pemilik Perusahaan
74 Saling Menyalahkan
75 Hancur Bersama
76 Keluarga Sat Set
77 Kejutan Untuk Desi
78 Dunia Ini Sempit
79 Mulai Posesif
80 Menikmati Momen Langka
81 Persiapan Menikah
82 Sah
83 Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84 Benar-Benar Hancur
85 Acara Dansa
86 Waktu Berdua di Kamar
87 Gila, Jantungku Hampir Copot
88 Hallo Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Reruntuhan Bangunan Vs Reruntuhan Hati
2
Operasi Darurat Yang Mencekam
3
Begadang Nonton Drama Korea
4
Harus Menerima dan Terus Berjalan
5
Bukan Sembarang Orang
6
Bukan untuk Nostalgia
7
Niat Menjual Rumah
8
Lupa Dengan Prioritas
9
Berbohong dan Ke Egoisan Bima
10
Mimpi dan Kenyataan
11
Mencari Keberadaan Desi
12
Plin Plan dan Tidak Berpendirian
13
Bermimpi Bertemu Brian Arfi
14
Pikiran yang Berkecamuk
15
Di Cuekin Emang Enak
16
Oh O.. Kamu Ketahuan..
17
Kemarahan dan Penyesalan
18
Trauma Butuh Ditemani Suami
19
Heboh Heboh Heboh
20
Ambil Saja Beserta Ampas nya
21
Bertemu Keluarga Benalu
22
Keluarga yang Menarik
23
Berbohong Demi Reputasi
24
Mau Jadi Anak Durhaka
25
Menikahlah Dengan Pilihan Mama
26
Sudah Selama Itu Ternyata
27
Cari Yang Lain Aja Sih
28
Jauh Jauh dari Hidupku
29
Hallo Tampan
30
Penyakit Langka
31
Penthouse Hunian Milik Desi
32
Bertemu Lagi...
33
Kekesalan Gabriel
34
Lelah Hati, Fikiran dan Fisik
35
Kedatangan Maya dan Abas
36
Mulai Rileks Bersama Mereka
37
Cerita Dalam Lift
38
Cerita Berlanjut....
39
Aku Punya Kejutan Istimewa
40
Bukan Na Hee Do
41
Kebohongan Terungkap
42
Kejutan Yang Tak Terduga
43
Kekecewaan Yang Besar
44
Senyuman Mahal Gabriel
45
Drama Asyik Di Pagi Hari
46
Kenyataan Pahit
47
Bebas.. Cheers
48
Sebenarnya Kau Siapa
49
Semua Salahmu Sendiri
50
Kenyataan Yang Menyakitkan
51
Tetangga Tampan
52
CEO Gadungan
53
Malas-Malasan Di Kantor
54
Bertemu Pelakor
55
Kedatangan Rendra
56
Cerita Desi Panjang x Lebar x Tinggi
57
Hidup Tak Seindah Yang di Bayangkan
58
Mulai Perhitungan
59
Ada Pertunjukan Hari Ini
60
Hukuman Untuk Pencuri Identitas
61
Akhir Dari Karyawan Nakal
62
Akhir Dari Maya Si Pelakor
63
Pacar Pura-Pura
64
Kabar Terbaru Ibu Bima
65
Penyesalan Yang Terlambat
66
Turut Berduka Cita
67
Aku Janda...
68
Selamat Datang di Kediaman Arsenio
69
Kapan Menikah?
70
Sebuah Panggilan Pagi
71
Keluhan Yang Tiada Henti
72
Curiga dan Mulai Gelisah
73
Siapa Pemilik Perusahaan
74
Saling Menyalahkan
75
Hancur Bersama
76
Keluarga Sat Set
77
Kejutan Untuk Desi
78
Dunia Ini Sempit
79
Mulai Posesif
80
Menikmati Momen Langka
81
Persiapan Menikah
82
Sah
83
Masakan Pertama Untuk Istri Tercinta
84
Benar-Benar Hancur
85
Acara Dansa
86
Waktu Berdua di Kamar
87
Gila, Jantungku Hampir Copot
88
Hallo Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!