Pertarungan dua Martial Ancestor

Malam itu, suasana medan perang mencekam. Liang Wuchang berdiri di tengah kerumunan pasukannya, wajahnya penuh dengan amarah yang tidak bisa lagi ia sembunyikan. "Bocah sombong! Beraninya kau mengambil pusaka milikku!" teriaknya, suaranya menggema di udara malam.

Di sisi lain, Zhang Wei berdiri didepan gerbang kota, memainkan tombak hitam itu dengan satu tangan, seolah-olah itu hanya mainan. "Oh, ini?" katanya sambil tersenyum tipis. "Pusaka ini? Aku rasa ini lebih berguna di tanganku daripada di tangan seseorang yang tidak bisa menggunakannya dengan benar."

Liang Wuchang mengepalkan tinjunya hingga bergetar. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak. Bagaimana mungkin seorang bocah Martial Ancestor bintang 1 berani mempermalukannya seperti ini? "Aku tidak akan menahan diri lagi! Kau akan mati malam ini, Bocah!"

Dalam sekejap, Liang Wuchang melesat ke arah Zhang Wei dengan kecepatan luar biasa, aura Martial Ancestor bintang 5 meledak seperti badai yang menyapu medan perang. Pasukan di sekitarnya mundur ketakutan, tidak berani mendekati dua sosok yang sekarang akan saling menghancurkan.

Zhang Wei tetap berdiri di tempatnya, tanpa sedikit pun rasa gentar. Saat Liang Wuchang tiba dalam jangkauan, ia mengayunkan pukulan yang cukup kuat untuk meratakan sebuah gunung kecil. Namun, Zhang Wei dengan gesit menghindar, langkahnya ringan seperti angin.

Serangan demi serangan dilancarkan oleh Liang Wuchang, tapi Zhang Wei selalu berhasil mencari celah untuk menghindar. Tidak hanya itu, setiap kali ia menghindar, ia melancarkan serangan balasan yang cerdik, menyerang titik-titik vital Liang Wuchang.

Liang Wuchang semakin frustasi. "Bocah ini... gerakannya terlalu licin! Bagaimana mungkin dia secepat ini?" pikirnya sambil mengerahkan lebih banyak energi.

Sementara itu, Zhang Wei terus tersenyum tipis. "Apa ini? Kau hanya bisa menyerang dengan kekuatan mentah seperti binatang buas? Kau terlalu lambat, pak tua."

Pertarungan mereka berlangsung sepanjang malam, menjadi pemandangan yang mengerikan sekaligus mengagumkan bagi siapa saja yang menyaksikannya. Setiap benturan serangan mereka menciptakan gelombang kejut yang mengguncang tanah di sekitar kota. Tidak ada satu pun dari pasukan Liang Wuchang yang berani mendekat. Mereka hanya bisa menonton dari kejauhan, wajah mereka dipenuhi rasa takut dan ketidakpercayaan.

Liang Wuchang mulai kehabisan kesabaran. Napasnya mulai terengah-engah, tapi matanya tetap dipenuhi amarah. "Bocah sialan! Aku akan menghancurkanmu!"

Namun, Zhang Wei tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Ia tetap tenang, langkahnya gesit, serangannya presisi. "Aku sudah menghadapi musuh yang lebih kuat darimu, pak tua" katanya dengan nada dingin. "Dan mereka semua jatuh di tanganku. Apa yang membuatmu berpikir kau akan berbeda?"

Akhirnya, Liang Wuchang mengerahkan seluruh kekuatannya dalam satu serangan besar. Ia mengayunkan tinjunya, mengeluarkan energi qi yang membentuk naga emas raksasa yang mengaum dan melesat ke arah Zhang Wei.

Zhang Wei berdiri di tempatnya, menunggu saat yang tepat. Ketika naga itu hampir menyentuhnya, ia mengangkat pedangnya yang bersinar dengan aura abu-abu gelap. "Kau ingin bermain besar? Baiklah," katanya dengan suara dingin.

Ia mengaktifkan bentuk kedua pedangnya, Pelahap Embun. Dalam sekejap, pedang itu berubah. Bilahnya menjadi lebih panjang dan tajam, memancarkan aura yang menakutkan, seperti iblis yang lapar akan jiwa. Zhang Wei mengayunkannya sekali, dan energi dari naga emas itu tersedot ke dalam pedangnya.

Liang Wuchang terbelalak. "Apa... apa itu?!" teriaknya, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Zhang Wei tersenyum tipis, tatapannya dingin seperti es. "Inilah pedangku, Pelahap Embun. Dan sekarang, giliranmu yang merasakan kekuatannya."

Benturan energi yang dilepaskan oleh Zhang Wei mengguncang udara malam. Serangan naga emas yang sebelumnya dilemparkan oleh Liang Wuchang kini kembali dengan kekuatan dua kali lipat, menyelimuti langit seperti badai yang tak terbendung. Liang Wuchang hanya sempat membelalakkan matanya, menyadari bahwa pedang Zhang Wei, Pelahap Embun, bukan hanya senjata biasa, tetapi alat penghancur yang mengubah serangan musuh menjadi senjata mematikan.

"Rasakan ini!" seru Zhang Wei sambil mengayunkan pedangnya, melepaskan naga emas yang telah diperkuat.

Liang Wuchang dengan cepat mengumpulkan qi-nya, menciptakan perisai energi tebal untuk menahan serangan. Namun, benturan energi yang dihasilkan membuat tanah bergetar hebat, menghancurkan segala sesuatu di sekitar mereka. Perisainya retak di banyak tempat, dan tubuhnya terdorong mundur beberapa meter.

"Kenapa kalian bertindak sejauh ini?" tanya Zhang Wei, suaranya terdengar di tengah riuhnya energi yang masih berdenyut di udara. "Hanya karena kematian satu orang, kalian rela mengerahkan kekuatan yang bisa menghancurkan sebuah kota? Dunia kultivator adalah dunia yang kejam. Aku membunuh Yan Zhenhai karena dia mencoba membunuhku. Bukankah itu wajar?"

Liang Wuchang menggertakkan giginya, wajahnya memerah karena marah. "Kau tidak akan mengerti!" teriaknya. "Yan Zhenhai adalah lebih dari sekadar murid bagiku. Dia adalah anakku sendiri! Kau menghancurkan satu-satunya warisan yang kubanggakan!"

Zhang Wei tertawa dingin. "Dan itu membuatmu merasa berhak menyerangku tanpa memikirkan siapa yang benar atau salah? Dunia ini memang kejam, tapi bukankah itu hukum yang berlaku bagi kita semua?"

Kata-kata Zhang Wei semakin membakar amarah Liang Wuchang. "Tidak peduli apa alasannya, aku akan menghabisimu! Kau adalah ancaman bagi masa depan sekteku dan harga diriku!"

Liang Wuchang kembali melesat ke arah Zhang Wei dengan aura penuh kebencian. Mereka kembali terlibat dalam pertarungan sengit, tapi jelas bahwa Liang Wuchang mulai kehabisan tenaga. Serangan-serangannya semakin tidak terarah, sementara Zhang Wei tetap tenang, menunggu setiap celah untuk memberikan serangan balasan yang menghancurkan.

Malam berlalu dengan penuh kekacauan. Benturan demi benturan energi mereka menerangi langit seperti kembang api yang terus-menerus meledak. Para pasukan Liang Wuchang hanya bisa menonton dari kejauhan, takut untuk mendekat. Mereka mulai kehilangan harapan ketika melihat tetua mereka tidak mampu mengungguli seorang pemuda berusia 16 tahun.

Ketika matahari mulai terbit di ufuk timur, suasana menjadi semakin mencekam. Liang Wuchang berdiri terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka akibat serangan balik Zhang Wei. Pedang Pelahap Embun di tangan Zhang Wei memancarkan aura abu-abu yang dingin, seolah-olah menikmati kekalahan musuhnya.

"Kau sudah kalah, Liang Wuchang," kata Zhang Wei dengan nada tegas. "Dan itu bukan hanya kekalahanmu, tetapi juga kekalahan seluruh pasukanmu."

Liang Wuchang terdiam, matanya penuh kebencian. Namun, ia tidak bisa menyangkal kenyataan di depan matanya. Pasukannya hancur, moral mereka runtuh, dan formasi pertahanan kota tetap berdiri kokoh tanpa sedikit pun tanda akan runtuh.

Para pasukan Liang Wuchang mulai mundur perlahan, satu per satu. Mereka tahu bahwa pertempuran ini telah selesai, dan mereka tidak punya alasan lagi untuk bertahan. Zhang Wei hanya berdiri di tempatnya, mengawasi mereka dengan tatapan dingin.

Saat fajar menyinari medan perang yang porak-poranda, kemenangan jelas berada di pihak Zhang Wei. Tapi bagi Liang Wuchang, ini adalah kekalahan yang lebih dari sekadar pertempuran. Itu adalah pukulan telak bagi harga dirinya dan sekte yang ia wakili. "Kita akan bertemu lagi, bocah," gumamnya penuh kebencian sebelum berbalik pergi bersama pasukannya.

Terpopuler

Comments

saniscara patriawuha.

saniscara patriawuha.

di uppp lagi untuk tingkatan kultivasinya mang min....

2025-01-14

2

Nanik S

Nanik S

Sudah kalah dg memalukan masih mau nantang lagi

2025-03-17

0

Mamat Stone

Mamat Stone

/Tongue/

2025-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bayangan Perang di Tanah Barat
2 Mangsa ingin Memangsa
3 Menerobos ranah Martial Ancestor
4 Musuh Lainnya
5 Pertempuran Dimulai
6 Ancaman yang Sebenarnya
7 Pertarungan dua Martial Ancestor
8 Kekalahan yang Memalukan
9 Perkembangan Pesat
10 Musuh Baru
11 Rencana yang sia-sia
12 Hukuman Tak Terhindarkan
13 Musuh Bodoh
14 Mengakhiri Kebodohan
15 Lalat Pengganggu
16 Perlawanan yang tak berguna
17 Memasuki Alam Rahasia
18 Mencari Material
19 Harta Karun Lembah Terlarang
20 Menantang Menara
21 Akar Pohon Dunia
22 Api Abadi dan Mahluk Suci
23 Penghancur Semesta & Warisan
24 Entitas Aneh
25 Mei si Misterius
26 Kota Diserang
27 Pangeran Bodoh
28 Undangan Kaisar
29 Menerima Undangan
30 Tiba di Istana
31 Dibalik Tirai Kekaisaran
32 Rencana Zhang Wei
33 Perjamuan Kekaisaran
34 Bersiap
35 Memulai Aksi
36 Misi Berhasil
37 Kerajaan Tianlan
38 Kota Haifeng
39 Konflik di Restoran
40 Zhao Heng
41 Kesombongan Kosong
42 Para Penjilat
43 Memilih
44 Menyebrangi Samudera
45 Jejak Baru di Benua Selatan
46 Kota Tanpa Hukum
47 Yue Lian
48 Serikat Langit Senja
49 Tiba di Gurun Kuno
50 Sekte Seribu Belati
51 Iblis Kelabu
52 Menjelajahi Reruntuhan Kuno
53 Ancaman Tak Terlihat
54 Pertemuan Kembali Dua Jiwa Kuno
55 Pecahan Kegelapan Mutlak
56 Dilema
57 Situasi Tak Terduga
58 Pusat Reruntuhan
59 Pasukan Hitam
60 Zhang Wei Terdesak
61 Amarah Jiwa Kuno
62 Cerita Lama
63 Tragedi
64 Pewarisan
65 Tepat Waktu
66 Mencegah Bencana
67 Kepergian Lian Xuhuan
68 Perpisahan
69 Menerobos Martial Sovereign
70 Menguji Kekuatan
71 Meninggalkan Gurun Kuno
72 Pertarungan Tanpa Pemenang
73 Kembali ke Benua Timur
74 Menyerang Kota Canyu
75 Menyerang Kota Canyu II
76 Kaisar Turun Tangan
77 Duel Entitas Terkuat Dari Benua Timur
78 Perbedaan Yang Membuat Perbedaan
79 Era Baru
80 Kemakmuran Wilayah Utara
81 Melanjutkan Misi Utama
82 Menantang Mei
83 Pengakuan dan Petunjuk
84 Membantai Naga Bumi
85 Panen Yang Luar Biasa
86 Diusir
87 Langkah Menuju Benua Tengah
88 Mulai Berlayar
89 Memasuki Samudera Petaka
90 Rintangan Pertama Samudera Petaka
91 Kepulauan Misterius
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bayangan Perang di Tanah Barat
2
Mangsa ingin Memangsa
3
Menerobos ranah Martial Ancestor
4
Musuh Lainnya
5
Pertempuran Dimulai
6
Ancaman yang Sebenarnya
7
Pertarungan dua Martial Ancestor
8
Kekalahan yang Memalukan
9
Perkembangan Pesat
10
Musuh Baru
11
Rencana yang sia-sia
12
Hukuman Tak Terhindarkan
13
Musuh Bodoh
14
Mengakhiri Kebodohan
15
Lalat Pengganggu
16
Perlawanan yang tak berguna
17
Memasuki Alam Rahasia
18
Mencari Material
19
Harta Karun Lembah Terlarang
20
Menantang Menara
21
Akar Pohon Dunia
22
Api Abadi dan Mahluk Suci
23
Penghancur Semesta & Warisan
24
Entitas Aneh
25
Mei si Misterius
26
Kota Diserang
27
Pangeran Bodoh
28
Undangan Kaisar
29
Menerima Undangan
30
Tiba di Istana
31
Dibalik Tirai Kekaisaran
32
Rencana Zhang Wei
33
Perjamuan Kekaisaran
34
Bersiap
35
Memulai Aksi
36
Misi Berhasil
37
Kerajaan Tianlan
38
Kota Haifeng
39
Konflik di Restoran
40
Zhao Heng
41
Kesombongan Kosong
42
Para Penjilat
43
Memilih
44
Menyebrangi Samudera
45
Jejak Baru di Benua Selatan
46
Kota Tanpa Hukum
47
Yue Lian
48
Serikat Langit Senja
49
Tiba di Gurun Kuno
50
Sekte Seribu Belati
51
Iblis Kelabu
52
Menjelajahi Reruntuhan Kuno
53
Ancaman Tak Terlihat
54
Pertemuan Kembali Dua Jiwa Kuno
55
Pecahan Kegelapan Mutlak
56
Dilema
57
Situasi Tak Terduga
58
Pusat Reruntuhan
59
Pasukan Hitam
60
Zhang Wei Terdesak
61
Amarah Jiwa Kuno
62
Cerita Lama
63
Tragedi
64
Pewarisan
65
Tepat Waktu
66
Mencegah Bencana
67
Kepergian Lian Xuhuan
68
Perpisahan
69
Menerobos Martial Sovereign
70
Menguji Kekuatan
71
Meninggalkan Gurun Kuno
72
Pertarungan Tanpa Pemenang
73
Kembali ke Benua Timur
74
Menyerang Kota Canyu
75
Menyerang Kota Canyu II
76
Kaisar Turun Tangan
77
Duel Entitas Terkuat Dari Benua Timur
78
Perbedaan Yang Membuat Perbedaan
79
Era Baru
80
Kemakmuran Wilayah Utara
81
Melanjutkan Misi Utama
82
Menantang Mei
83
Pengakuan dan Petunjuk
84
Membantai Naga Bumi
85
Panen Yang Luar Biasa
86
Diusir
87
Langkah Menuju Benua Tengah
88
Mulai Berlayar
89
Memasuki Samudera Petaka
90
Rintangan Pertama Samudera Petaka
91
Kepulauan Misterius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!