Sandal Dinosaurus

Ketika makanan datang, suasana menjadi lebih santai. Mereka berbincang seputar kebiasaan sehari-hari, dari mulai bangun tidur sampai kembali dari pekerjaan, meskipun terdengar membosankan tapi hal ini lah yang menjadi pencair suasana diantara mereka berdua.

Namun, di tengah-tengah obrolan, Zidane tiba-tiba terlihat gugup. Ia memutar-mutar gelas di tangannya sambil menatap Rania.

" Rania, aku sebenarnya ngajak kamu makan malam ini karena… ada sesuatu yang ingin aku katakan," kata Zidane dengan suara lebih pelan.

Rania menghentikan kunyahannya, menatap Zidane dengan bingung. "Ada apa, Mas? Kok kelihatan serius banget?"

Zidane menarik napas dalam-dalam. "Aku tuh... sebenarnya—"

Namun, sebelum Zidane bisa menyelesaikan kalimatnya, seorang pelayan tiba-tiba mendekat sambil membawa tagihan. "mohon maaf mengganggu,saya ingin memberikan tagihannya," katanya.

Zidane mengangguk cepat dan merogoh saku celananya, tapi wajahnya mendadak berubah pucat. Ia menggeledah sakunya berkali-kali, lalu menatap Rania dengan panik.

"Astaga, dompetku ketinggalan di mobil!" seru Zidane, membuat pelayan menahan tawa kecil.

Rania langsung tertawa lepas. "Mas Zidane, ini kok jadi kayak adegan sinetron, sih? Ya ampun, aku bayar dulu deh."

"Tapi, Ran—"

"Nggak apa-apa mas. Nanti kamu ganti. Jadi, tenang aja."

Setelah tagihan dibayar, mereka keluar dari restoran dengan Zidane yang masih canggung karena insiden memalukan itu. Namun, ia berusaha mengembalikan suasana.

"Kayaknya ini cara Tuhan ngingetin aku buat nggak terlalu serius malam ini," ujar Zidane sambil tertawa.

Rania hanya menggeleng sambil tertawa kecil. "Ya ampun, Mas Zidane. Untung aku bawa uang lebih. Kalau nggak, kita bisa cuci piring bareng."

Setelah makan malam selesai, Zidane bersikeras mengantar Rania kembali ke kos. "Nggak ada tawar-menawar. Aku harus memastikan kamu sampai dengan aman," ujarnya.

Sesampainya di depan kos Rania, Zidane turun dari mobil dan berjalan mengantar Rania sampai ke pintu. "Nah, selamat sampai tujuan," katanya sambil tersenyum lebar.

Saat mereka tiba di depan kos Rania, Zidane masih terlihat sedikit gelisah. Ia berdiri di samping mobil, menatap Rania dengan tatapan ragu.

"Rania," panggilnya pelan.

Rania, yang sudah hendak membuka pintu kos, menoleh. "Ya, Mas? Ada apa lagi?"

Zidane tersenyum canggung. "Tadi aku belum selesai ngomong. Maksudku... aku sebenarnya suka sama kamu,Ran."

Rania terdiam, mulutnya sedikit terbuka karena terkejut. "Apa?"

"Tapi bukan suka yang kayak... serius banget, sih. Maksudnya aku suka karena kamu orangnya tulus dan baik. Dan... aku mau kita terus dekat. Ya, gitu aja," kata Zidane sambil menggaruk kepalanya, wajahnya memerah.

Rania tidak bisa menahan tawa. "Mas Zidane, cara ngomongnya lucu banget. Tapi... makasih ya. Aku juga senang bisa punya teman sebaik kamu."

Zidane tersenyum lega. "Oke, berarti aku nggak salah ngajak kamu makan malam, kan?"

"Enggak, kok," jawab Rania sambil tersenyum kecil. "Tapi lain kali, bawa dompet, ya."

Mereka berdua tertawa, dan malam itu menjadi awal dari kedekatan yang lebih akrab di antara mereka. Namun, di hati kecil Rania, ia mulai bertanya-tanya: apakah Zidane benar-benar hanya menganggapnya teman? Ataukah ada perasaan lain yang mulai tumbuh?

Namun, saat Rania akan membuka pintu, Zidane tiba-tiba melirik sandal jepit tua yang tergeletak di dekat pintu kos. "Eh, itu sandal siapa? Kok bentuknya kayak dinosaurus punah?" Zidane menunjuk sandal tersebut dengan ekspresi serius.

Rania langsung tertawa keras. "Mas Zidane, itu sandal aku buat di kamar mandi! Kenapa emangnya?"

Zidane menggeleng-geleng sambil menahan tawa. "Aku serius, aku baru pertama kali lihat sandal kayak gitu. Sandal itu kayak punya aura perjuangan hidup."

Rania tertawa sampai bahunya berguncang. "Mas Zidane, kamu itu ada-ada aja. Kalau gitu lain kali traktir sandal baru aja, ya!"

"Tunggu aja, Rania. Besok aku bawain hadiah spesial buat si dinosaurus itu," jawab Zidane sambil tertawa .

Malam itu, setelah Zidane pergi, Rania masih tersenyum sendiri di dalam kamar kosnya. Ia merasa, di balik kepribadian ceria Zidane, ada seseorang yang benar-benar peduli padanya. Karena di keadaan seperti ini Rania merasa kesepian ka

Dan meskipun malam itu berakhir dengan tawa, Rania tidak bisa mengabaikan pertanyaan di hatinya: apakah ini hanya persahabatan, atau sesuatu yang lebih dari itu?

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

waspada Rania....

2025-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Hal Baru
2 Lantai Dua Puluh
3 Makan siang
4 Raka
5 Pembawa Sial?
6 Bos Sombong
7 Dimana Rania?
8 Amarah Raka
9 Mas Zidane?
10 Maaf untuk Rania
11 Jalan-jalan
12 Sandal Dinosaurus
13 Penculikan
14 Bagaimana dengan Rania?
15 Ungkapan Perasaan
16 Rencana Rahasia Leon
17 Kedatangan Raka
18 Pertemuan tidak terduga
19 Tawaran menggiurkan
20 Selisih Paham
21 Melanjutkan hidup
22 Familiar
23 Saran Zidane
24 Keputusan Rania
25 Mengobati luka
26 Hari terakhir bekerja
27 Zian sakit
28 Tinggal bersama
29 Terjebak dalam hujan
30 Rasanya kok beda?
31 Peringatan untuk Sherly
32 Gombalan maut Leon
33 Minuman herbal dan kesalahan pahaman
34 bekal cinta Rania
35 Bekal - bekal gemoy
36 Wajah yang teduh
37 Izin
38 Patah hati Raka
39 Menciptakan jarak
40 Janur kuning belum melengkung
41 Lomba memasak
42 Siapa sangka?
43 Meyakinkan
44 Hanya Pengasuh anak
45 Akhirnya ditemukan
46 Kekecewaan Leon
47 Mencuri hati papi
48 Serangan janda depan rumah
49 Kedatangan Zidane
50 Saingan berat Zidane
51 Dilema Zidane
52 Keretakan hubungan
53 Cinta lama
54 Rasa bersalah
55 Seperti apa Rania?
56 Kunjungan dadakan
57 Rencana jahat Sherly
58 Sakit
59 Kekacauan
60 Misteri dibalik foto
61 Saya akan datang!
62 Resepsi pernikahan Zidane dan Sherly
63 Apa hubungan di antara kalian?
64 Putri yang terabaikan
65 Kesedihan
66 Penyesalan
67 Lamaran dadakan
68 Ketegangan di malam hari
69 Kamu tahu saya,kan?
70 Dia bukan.....
71 Kemarahan seorang ayah
72 Fakta tentang Rania
73 Om atau pak?
74 Tamu tidak di undang
75 Pernikahan dipercepat
76 Menyadarkan Revan
77 Dunia selalu berubah
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Hal Baru
2
Lantai Dua Puluh
3
Makan siang
4
Raka
5
Pembawa Sial?
6
Bos Sombong
7
Dimana Rania?
8
Amarah Raka
9
Mas Zidane?
10
Maaf untuk Rania
11
Jalan-jalan
12
Sandal Dinosaurus
13
Penculikan
14
Bagaimana dengan Rania?
15
Ungkapan Perasaan
16
Rencana Rahasia Leon
17
Kedatangan Raka
18
Pertemuan tidak terduga
19
Tawaran menggiurkan
20
Selisih Paham
21
Melanjutkan hidup
22
Familiar
23
Saran Zidane
24
Keputusan Rania
25
Mengobati luka
26
Hari terakhir bekerja
27
Zian sakit
28
Tinggal bersama
29
Terjebak dalam hujan
30
Rasanya kok beda?
31
Peringatan untuk Sherly
32
Gombalan maut Leon
33
Minuman herbal dan kesalahan pahaman
34
bekal cinta Rania
35
Bekal - bekal gemoy
36
Wajah yang teduh
37
Izin
38
Patah hati Raka
39
Menciptakan jarak
40
Janur kuning belum melengkung
41
Lomba memasak
42
Siapa sangka?
43
Meyakinkan
44
Hanya Pengasuh anak
45
Akhirnya ditemukan
46
Kekecewaan Leon
47
Mencuri hati papi
48
Serangan janda depan rumah
49
Kedatangan Zidane
50
Saingan berat Zidane
51
Dilema Zidane
52
Keretakan hubungan
53
Cinta lama
54
Rasa bersalah
55
Seperti apa Rania?
56
Kunjungan dadakan
57
Rencana jahat Sherly
58
Sakit
59
Kekacauan
60
Misteri dibalik foto
61
Saya akan datang!
62
Resepsi pernikahan Zidane dan Sherly
63
Apa hubungan di antara kalian?
64
Putri yang terabaikan
65
Kesedihan
66
Penyesalan
67
Lamaran dadakan
68
Ketegangan di malam hari
69
Kamu tahu saya,kan?
70
Dia bukan.....
71
Kemarahan seorang ayah
72
Fakta tentang Rania
73
Om atau pak?
74
Tamu tidak di undang
75
Pernikahan dipercepat
76
Menyadarkan Revan
77
Dunia selalu berubah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!