Pertemuan tidak terduga

Di rasa tangisan Rania sudah mereda,Raka melepaskan pelukannya. Raka menghapus sisa air mata Rania,"sudah jangan nangis,tuh Zian ikutan nangis." Rania menganggukkan kepala sambil mengusap ingus. Raka yang melihat hanya terkekeh karena ulah Rania yang tidak ada jaim-jaimnya.

Raka mengeluarkan saputangannya,"pake ini jangan di usap di baju,jorok." Rania menerima sapu tangan

Srokkkk

"Makasih ya pak bos atas kepekaannya."

"Saya bawakan makan siang,mari kita makan bersama." Raka menata makanan yang di bawanya.

"Harusnya pak bos ga perlu repot - repot bawa makan segala." Ucapan dan perilaku Rania sangat berbanding balik dengan kenyataan,dia langsung mengambil ayam goreng yang disediakan.

Zian yang melihat perilaku lucu Rania langsung tertawa, sedangkan Raka hanya menggelengkan kepalanya karena seperti melihat tingkah laku putra keduanya.

Rania makan dengan tergesa-gesa karena sudah lama dia tidak merasakan makanan enak, hingga,

uhuk uhuk

Rania tersedak,Raka langsung menyodorkan sebotol air mineral sambil menepuk punggung Rania,"tidak perlu tergesa-gesa,tidak ada yang mau menggambil makananmu, kalau masih kurang nanti saya belikan lagi yang banyak."

Rania menggelengkan kepalanya ,"hah,tidak ,bukan begitu pak,saya hanya merasa senang karena makan enak." Rania berkata sambil menunjukkan senyum Pepsodent.

"Tante Rania suka ayam goreng ya,Zian juga suka, karena kita sama-sama suka jadi sekarang kita besti." entah dari mana Zian mendapatkan kosakata kekinian itu.

Rania tertawa mendengar ucapan Zian,"iya ya Zian sekarang kita besti,papi di ajak ga?." Rania bermaksud menggoda Raka.

Raka menatap Rania dan Zian secara bersamaan untuk memastikan jawaban putranya.

"Papi ga di ajak soalnya udah tua,kata kak Leon orang tua ga asik." Raka melototkan matanya mendengar pernyataan putranya, bagaimana bisa Leon mengajarkan konotasi aneh kepada adiknya yang masih kecil sepertinya Raka harus memberikan sedikit kejutan untuk putra keduanya.

Rania yang mendengar ucapan Zian langsung melesakkan tawanya." HAHAHA,Zian kamu lucu banget sih." Karena keasikan ketawa Rania lupa bahwa lukanya belum sepenuhnya kering hingga jahitannya mengeluarkan darah.

"Aduh perut ku,sakit." Rania merintih sambil memegang perutnya yang terasa sakit.

Raka yang melihat itu langsung mengecek perut Rania.

"Mana yang sakit, astaga Rania sepertinya lukanya mengeluarkan darah,ayo kita pergi ke rumah sakit." Rania terkejut karena tiba-tiba Raka menggendongnya.

"Eh pak bos,ga perlu digendong saya bisa jalan sendiri, turunkan saya pak."

"Jangan banyak bicara, nanti darahnya semakin keluar banyak."

Rania hanya bisa pasrah, sedangkan Zian merasa bersalah karena membuat Rania tertawa.

"Zian kamu duduk dibelakang sama Tante Rania ya." Raka memerintah Zian untuk menjaga Rania di kursi belakang, sedangkan Raka mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit.

"Tante maafin Zian ya, gara-gara Zian Tante sakit lagi,huaaaaa." tangisan yang dari tadi di tahan oleh Zian akhir pecah juga.

Rania panik melihat Zian yang menangis,"Zian Tante Rania ga kenapa-kenapa ini terjadi karena lukanya belum kering,jadi Zian ga perlu merasa bersalah,kata Zian kan Tante Rania kuat,nihh buktinya Tante Rania udah ga ngerasa sakit lagi." Rania berkata demikian agar Zian merasa tenang,tapi wajahnya yang pucat tidak dapat membohongi Raka.

Sesampainya di rumah sakit Raka kembali menggendong Rania,kali ini Rania tidak menolak karena menolak pun rasanya percuma. Raka berjalan menuju UGD. Perawat yang melihat Raka menggendong Rania langsung sigap membawa bangkar.

"Silahkan di pindahkan di sini pak." Ucap perawat tersebut.

"Tolong berikan perawatan yang terbaik untuk dia." Raka berkata sambil menatap Rania yang semakin terlihat pucat.

"Baik pak silahkan mengisi administrasi terlebih dahulu."

Raka berlalu menuju loket administrasi sambil menggandeng Zian.

"Papi Tante Rania baik-baik saja kan?." Zian kembali memastikan keadaan Rania.

Raka menoleh dan berhenti berjalan dia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Zian,"Zian tadi kan sudah dengar kalau Tante Rania gapapa,jadi jangan sedih,oke boy." Raka mengelus rambut Zian dan kembali berjalan.

Di lain tempat ada seseorang yang menatap Raka dengan pandangan marah. Seseorang yang dari awal melihat Raka datang dengan menggendong Rania sampai berada di meja administrasi, orang itu mengepalkan tangannya dengan kuat untuk melampiaskan amarahnya.

Terpopuler

Comments

Siti Nur Janah

Siti Nur Janah

apa itu Revan

2025-03-11

0

Patrish

Patrish

Revan.... 😳😳😳😳🤨🤨🤨🤨

2025-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Hal Baru
2 Lantai Dua Puluh
3 Makan siang
4 Raka
5 Pembawa Sial?
6 Bos Sombong
7 Dimana Rania?
8 Amarah Raka
9 Mas Zidane?
10 Maaf untuk Rania
11 Jalan-jalan
12 Sandal Dinosaurus
13 Penculikan
14 Bagaimana dengan Rania?
15 Ungkapan Perasaan
16 Rencana Rahasia Leon
17 Kedatangan Raka
18 Pertemuan tidak terduga
19 Tawaran menggiurkan
20 Selisih Paham
21 Melanjutkan hidup
22 Familiar
23 Saran Zidane
24 Keputusan Rania
25 Mengobati luka
26 Hari terakhir bekerja
27 Zian sakit
28 Tinggal bersama
29 Terjebak dalam hujan
30 Rasanya kok beda?
31 Peringatan untuk Sherly
32 Gombalan maut Leon
33 Minuman herbal dan kesalahan pahaman
34 bekal cinta Rania
35 Bekal - bekal gemoy
36 Wajah yang teduh
37 Izin
38 Patah hati Raka
39 Menciptakan jarak
40 Janur kuning belum melengkung
41 Lomba memasak
42 Siapa sangka?
43 Meyakinkan
44 Hanya Pengasuh anak
45 Akhirnya ditemukan
46 Kekecewaan Leon
47 Mencuri hati papi
48 Serangan janda depan rumah
49 Kedatangan Zidane
50 Saingan berat Zidane
51 Dilema Zidane
52 Keretakan hubungan
53 Cinta lama
54 Rasa bersalah
55 Seperti apa Rania?
56 Kunjungan dadakan
57 Rencana jahat Sherly
58 Sakit
59 Kekacauan
60 Misteri dibalik foto
61 Saya akan datang!
62 Resepsi pernikahan Zidane dan Sherly
63 Apa hubungan di antara kalian?
64 Putri yang terabaikan
65 Kesedihan
66 Penyesalan
67 Lamaran dadakan
68 Ketegangan di malam hari
69 Kamu tahu saya,kan?
70 Dia bukan.....
71 Kemarahan seorang ayah
72 Fakta tentang Rania
73 Om atau pak?
74 Tamu tidak di undang
75 Pernikahan dipercepat
76 Menyadarkan Revan
77 Dunia selalu berubah
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Hal Baru
2
Lantai Dua Puluh
3
Makan siang
4
Raka
5
Pembawa Sial?
6
Bos Sombong
7
Dimana Rania?
8
Amarah Raka
9
Mas Zidane?
10
Maaf untuk Rania
11
Jalan-jalan
12
Sandal Dinosaurus
13
Penculikan
14
Bagaimana dengan Rania?
15
Ungkapan Perasaan
16
Rencana Rahasia Leon
17
Kedatangan Raka
18
Pertemuan tidak terduga
19
Tawaran menggiurkan
20
Selisih Paham
21
Melanjutkan hidup
22
Familiar
23
Saran Zidane
24
Keputusan Rania
25
Mengobati luka
26
Hari terakhir bekerja
27
Zian sakit
28
Tinggal bersama
29
Terjebak dalam hujan
30
Rasanya kok beda?
31
Peringatan untuk Sherly
32
Gombalan maut Leon
33
Minuman herbal dan kesalahan pahaman
34
bekal cinta Rania
35
Bekal - bekal gemoy
36
Wajah yang teduh
37
Izin
38
Patah hati Raka
39
Menciptakan jarak
40
Janur kuning belum melengkung
41
Lomba memasak
42
Siapa sangka?
43
Meyakinkan
44
Hanya Pengasuh anak
45
Akhirnya ditemukan
46
Kekecewaan Leon
47
Mencuri hati papi
48
Serangan janda depan rumah
49
Kedatangan Zidane
50
Saingan berat Zidane
51
Dilema Zidane
52
Keretakan hubungan
53
Cinta lama
54
Rasa bersalah
55
Seperti apa Rania?
56
Kunjungan dadakan
57
Rencana jahat Sherly
58
Sakit
59
Kekacauan
60
Misteri dibalik foto
61
Saya akan datang!
62
Resepsi pernikahan Zidane dan Sherly
63
Apa hubungan di antara kalian?
64
Putri yang terabaikan
65
Kesedihan
66
Penyesalan
67
Lamaran dadakan
68
Ketegangan di malam hari
69
Kamu tahu saya,kan?
70
Dia bukan.....
71
Kemarahan seorang ayah
72
Fakta tentang Rania
73
Om atau pak?
74
Tamu tidak di undang
75
Pernikahan dipercepat
76
Menyadarkan Revan
77
Dunia selalu berubah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!