Mas Zidane?

Malam itu, Rania baru saja tiba di kamar kos kecilnya setelah seharian penuh mengajak Zian jalan-jalan dan bekerja . Ia menjatuhkan tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit sambil menghela napas panjang. Hari itu terasa begitu melelahkan, terutama setelah insiden pagi tadi. Ponselnya sudah diisi daya, dan beberapa pesan dari Zidane, asisten pribadi Raka, mulai bermunculan di layar.

Pak Zidane:

_"Mbak Rania, maaf banget soal tadi pagi."_

_"Aku lupa banget kasih tahu soal Pak Harun."_

_"Apakah boleh saya datang ke kos Mbak Rania untuk menyelesaikan sesuatu?"_

Rania membaca pesan-pesan itu dengan alis terangkat. Zidane memang selalu bersikap ramah dan sopan, tapi ini pertama kalinya ia menunjukkan niat untuk datang ke tempatnya. Ia ragu sejenak, namun akhirnya membalas singkat.

_"Boleh, Pak Zidane, apakah ada hal penting."_Balas Rania.

Zidane menjawab:

_"Bolehkah mbk Rania men-share lokasi?."_ bukannya menjawab Zidane malah meminta sharelok. Akhirnya Rania mengirim alamat kos nya.

Setengah jam kemudian, suara ketukan di pintu kosnya terdengar. Saat membukanya, Rania melihat Zidane berdiri dengan wajah penuh rasa bersalah, membawa kantong plastik berisi makanan.

"Maaf ya, Mbak. Ini aku bawain makanan, siapa tahu belum makan malam," katanya sambil tersenyum canggung.

Rania tersenyum tipis. "Makasih, Pak Zidane. Masuk aja,maaf kos nya sempit."

Setelah menaruh kantong makanan di meja kecil, Zidane langsung duduk di kursi dekat pintu. Ia mengusap tengkuknya, terlihat tak nyaman. "Saya benar-benar tidak enak sama Mbak Rania. Harusnya saya bilang dari awal kalau harus diantar Pak Harun. Saya malah bikin Mbak kena masalah sama Pak Raka."

Rania menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, Pak. Saya juga salah sih, tidak menanyakan lebih jelas,malah bikin aturan sendiri ." Rania juga mengungkapkan kesalahannya.

Zidane mengangguk, tapi rasa bersalahnya masih terasa jelas. Tiba-tiba, ia berdiri dan menatap Rania dengan serius. "Kalau begitu, saya mau menebus kesalahan . Yuk, kita jalan-jalan sekarang."

Rania terkejut. "Hah? Jalan-jalan? Malam-malam gini?, sebenarnya tidak perlu sampai seperti ini pak saya benar-benar tidak apa-apa."

"Iya, biar Mbak tidak stres. Saya tahu Mbak pasti stres kalau berada di kos dengan suasana hati yang kurang baik, lagian pasti suntuk di sini terus. Ayo, saya ajak ke tempat yang enak buat santai. Hitung-hitung traktiran permintaan maaf," Zidane menjelaskan dengan nada setengah memohon.Zidane bukanlah pribadi yang banyak bicara cenderung dingin seperti Raka,tapi bersama Rania dia mampu menjadi pribadi yang berbeda, Zidane juga merasa bingung dengan perlakuannya kepada Rania.

Setelah berpikir sejenak, Rania akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi cuma sebentar ya pak. Besok pagi saya harus bangun cepat."

Mereka berdua akhirnya pergi ke sebuah kafe kecil di pinggir kota. Tempat itu cukup sepi, dengan lampu temaram dan alunan musik akustik yang menenangkan. Zidane memesankan minuman hangat untuk Rania, sementara ia sendiri memilih kopi hitam.

"Tempat ini favorit saya kalau lagi suntuk," ujar Zidane, memecah keheningan. "Saya berpikir Mbak juga bakal suka."

Rania tersenyum sambil menyeruput cokelat panasnya. "Makasih ya, pak Zidane. saya nggak nyangka bakal diajak ke tempat sebagus ini. Rasanya nyaman banget,kalau bisa panggil Rania aja pak saya merasa tidak enak."

Zidane menatap Rania dalam,tak lama kemudian dia tersenyum dengan mata yang membentuk bulan sabit dibalik kacamatanya" baiklah Rania,kamu juga jangan memanggil saya pak kalau diluar kantor,dan jangan terlalu formal,oke."

Rania terkesima dengan senyuman Zidane dan cara Zidane berbicara" baik mas Zidane." Rania memberanikan diri untuk memanggil dengan sebutan mas,ciee udah mas aja nihh(wkwkwkwk).

Zidane merasa salah tingkah ketika Rania memanggilnya mas karena sudah lama dia tidak berhadapan langsung dengan lawan jenis di luar pekerjaan,tapi kesekian detik dia mampu menetralkan ekspresinya.

Malam itu, mereka berbincang santai. Zidane bercerita tentang pekerjaannya sebagai asisten pribadi Raka, bagaimana ia sering kewalahan menghadapi jadwal padat bosnya yang perfeksionis. Sementara itu, Rania berbagi sedikit tentang kehidupannya sebelum menjadi pengasuh di rumah Raka.

"Aku nggak nyangka kamu yang lulusan luar negeri malah milih jadi office girl," kata Zidane sambil menggelengkan kepala. "Tapi jujur, aku kagum."

Rania tersenyum kecil. "Kadang aku juga bingung sama pilihan ini, Mas. Tapi aku merasa ada hal yang berbeda di sini. Aku suka dengan tantangan, dan... mungkin ini cara aku menemukan sesuatu yang baru dalam hidup."

Percakapan mereka terus berlanjut hingga malam semakin larut. Saat akhirnya Zidane mengantar Rania kembali ke kos, rasa canggung di antara mereka perlahan menghilang.

"Terima kasih ya, Mas Zidane. Malam ini bener-bener menyenangkan," ujar Rania sebelum masuk ke kamar kosnya.

Zidane tersenyum lebar. "Sama-sama. Kalau butuh apa-apa, jangan ragu bilang ke aku, ya."

Sejak malam itu, hubungan mereka menjadi lebih dekat. Zidane, yang biasanya kaku dan hanya fokus pada pekerjaannya, mulai merasa ada sesuatu yang berbeda setiap kali ia bersama Rania. Namun, ia tahu, rasa itu tak semudah itu untuk diungkapkan.

Terpopuler

Comments

anake Pakdaryo

anake Pakdaryo

bukannya rania cuma disuruh jemput sekolah thor kok jadi pengasuh di rumah raka

2025-03-30

0

lihat semua
Episodes
1 Hal Baru
2 Lantai Dua Puluh
3 Makan siang
4 Raka
5 Pembawa Sial?
6 Bos Sombong
7 Dimana Rania?
8 Amarah Raka
9 Mas Zidane?
10 Maaf untuk Rania
11 Jalan-jalan
12 Sandal Dinosaurus
13 Penculikan
14 Bagaimana dengan Rania?
15 Ungkapan Perasaan
16 Rencana Rahasia Leon
17 Kedatangan Raka
18 Pertemuan tidak terduga
19 Tawaran menggiurkan
20 Selisih Paham
21 Melanjutkan hidup
22 Familiar
23 Saran Zidane
24 Keputusan Rania
25 Mengobati luka
26 Hari terakhir bekerja
27 Zian sakit
28 Tinggal bersama
29 Terjebak dalam hujan
30 Rasanya kok beda?
31 Peringatan untuk Sherly
32 Gombalan maut Leon
33 Minuman herbal dan kesalahan pahaman
34 bekal cinta Rania
35 Bekal - bekal gemoy
36 Wajah yang teduh
37 Izin
38 Patah hati Raka
39 Menciptakan jarak
40 Janur kuning belum melengkung
41 Lomba memasak
42 Siapa sangka?
43 Meyakinkan
44 Hanya Pengasuh anak
45 Akhirnya ditemukan
46 Kekecewaan Leon
47 Mencuri hati papi
48 Serangan janda depan rumah
49 Kedatangan Zidane
50 Saingan berat Zidane
51 Dilema Zidane
52 Keretakan hubungan
53 Cinta lama
54 Rasa bersalah
55 Seperti apa Rania?
56 Kunjungan dadakan
57 Rencana jahat Sherly
58 Sakit
59 Kekacauan
60 Misteri dibalik foto
61 Saya akan datang!
62 Resepsi pernikahan Zidane dan Sherly
63 Apa hubungan di antara kalian?
64 Putri yang terabaikan
65 Kesedihan
66 Penyesalan
67 Lamaran dadakan
68 Ketegangan di malam hari
69 Kamu tahu saya,kan?
70 Dia bukan.....
71 Kemarahan seorang ayah
72 Fakta tentang Rania
73 Om atau pak?
74 Tamu tidak di undang
75 Pernikahan dipercepat
76 Menyadarkan Revan
77 Dunia selalu berubah
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Hal Baru
2
Lantai Dua Puluh
3
Makan siang
4
Raka
5
Pembawa Sial?
6
Bos Sombong
7
Dimana Rania?
8
Amarah Raka
9
Mas Zidane?
10
Maaf untuk Rania
11
Jalan-jalan
12
Sandal Dinosaurus
13
Penculikan
14
Bagaimana dengan Rania?
15
Ungkapan Perasaan
16
Rencana Rahasia Leon
17
Kedatangan Raka
18
Pertemuan tidak terduga
19
Tawaran menggiurkan
20
Selisih Paham
21
Melanjutkan hidup
22
Familiar
23
Saran Zidane
24
Keputusan Rania
25
Mengobati luka
26
Hari terakhir bekerja
27
Zian sakit
28
Tinggal bersama
29
Terjebak dalam hujan
30
Rasanya kok beda?
31
Peringatan untuk Sherly
32
Gombalan maut Leon
33
Minuman herbal dan kesalahan pahaman
34
bekal cinta Rania
35
Bekal - bekal gemoy
36
Wajah yang teduh
37
Izin
38
Patah hati Raka
39
Menciptakan jarak
40
Janur kuning belum melengkung
41
Lomba memasak
42
Siapa sangka?
43
Meyakinkan
44
Hanya Pengasuh anak
45
Akhirnya ditemukan
46
Kekecewaan Leon
47
Mencuri hati papi
48
Serangan janda depan rumah
49
Kedatangan Zidane
50
Saingan berat Zidane
51
Dilema Zidane
52
Keretakan hubungan
53
Cinta lama
54
Rasa bersalah
55
Seperti apa Rania?
56
Kunjungan dadakan
57
Rencana jahat Sherly
58
Sakit
59
Kekacauan
60
Misteri dibalik foto
61
Saya akan datang!
62
Resepsi pernikahan Zidane dan Sherly
63
Apa hubungan di antara kalian?
64
Putri yang terabaikan
65
Kesedihan
66
Penyesalan
67
Lamaran dadakan
68
Ketegangan di malam hari
69
Kamu tahu saya,kan?
70
Dia bukan.....
71
Kemarahan seorang ayah
72
Fakta tentang Rania
73
Om atau pak?
74
Tamu tidak di undang
75
Pernikahan dipercepat
76
Menyadarkan Revan
77
Dunia selalu berubah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!