Bryan tak berhenti mengelap keringat dari dahinya semenjak orang tua kandungnya meninggal karena kapal yang mereka tumpangi tenggelam Bryan di angkat oleh salah satu teman dekat orang tuanya yang tidak mempunyai anak
Walaupun Bryan hanya anak angkat di ambil dan di besarkan oleh orang tua asuhnya ia di perlakukan sangat baik, karena mereka memang tidak punya anak, tetapi semuanya berubah setelah orang tua angkatnya meninggal ia sama sekali tak mendapatkan apapun karena harta milik orang tua angkatnya di ambil paksa oleh kerabat orang tuanya karena Bryan tidak berhak menerimanya karena bukan garis keturunan kandung , untunglah Bryan itu cerdas dan gigih ia dapat menyelesaikan S2 nya di Amerika dengan sisa tabungan yang disisihkannya selama ini
Meski untuk pulang ke indonesia ia harus mengumpulkan uang selama setahun bekerja di toko roti, apa saja ia kerjakan menjadi waitres di sebuah restoran, bahkan seorang bartender, sehingga ia bisa membeli rumah kecil di sini, dengan uang hasil tabungannya sendiri
" Ayo pak kami sudah siap ,mengantar bapak pulang pun, bahkan sampai kepintu surga "
" Eh Bim, becanda kau nggak lucu "
" Maap Pak, teman saya memang nggak bisa bercanda pak, jadi bapak mau pulang kemana pak, kami siap mengantar bapak kemana saja bahkan sampai ke depan pintu kubur "
" Rama lo kelewatan ya "
Suara Bimo tak kalah keras membalas Rama
Untung saja Bryan belum terlalu fokus, ia tak terlalu mendengar apa yang sedang di bicarakan oleh mahasiswanya itu
"Oh iya " Bryan tersadar dari lamunannya dan berdiri untuk membayar meski ia juga agak deg - deggan sebenarnya berapa uang yang akan ia keluarkan untuk makan hari ini. maklumlah untuk seorang lelaki yang berjuang seorang diri tanpa penghasilan penunjang lainnya , wajar saja ia harus berhemat - hemat untuk menyambung hidupnya , untunglah ini restoran menengah kebawah jika menengah keatas ntah lah bagaimana Bryan harus membayar makanan sebanyak ini ,sedangkan Reihan tadi main pergi saja sama sekali tak membayar makanan tersebut, padahal jelas - jelas ia yang mengajaknya mampir untuk makan
Tapi itulah kelebihan Reihan,ia tak malu untuk makan di pinggir jalan atau bergaul dengan kalangan bawah, awalnya Bryan dulu sangat sombong tetapi semuanya terbalik saat kedua orang tuanya meninggal dunia
Ia sudah tak malu lagi jika Reihan mengajaknya makan di pinggir jalan, itulah orang kaya yang sesungguhnya,
Jika orang yang tak mengenal Reihan pastilah menyangka jika Reihan itu benar - benar sombong dan arogant, padahal ia salah satu pecinta wanita juga yang terkenal di kalangannya
" Pak Kita jadi pulang pak "
Mereka heran melihat Bryan yang hanya berdiri saja diam tak bergerak sama sekali setelah membayar makanan tersebut
Bimo dan Rama pun berbicara serentak saat melihat Bryan sudah membayar makanan mereka
Bimo menyenggol Rama
" Ram, jangan - jangan ia menyesal telah membayari kita makan "
"Sudah tak usah di pikirkan, dia itu pasti banyak uangnya kau lihat saja dia itu tak punya tampang susah seperti mu "
"Iya betul juga katamu, Ram "
Bimo mengangguk setuju
" Ram, kau bilang tampangku, tampang susah ya barusan "
" Nggak kok, itu cuma perasaan Mas Bimo saja kok "
Rama menahan tawa karena sifat pelupa Bimo itu kerap kali ia di kerjai teman - temannya
" Ayo cepat kita berterimakasih " Rambo berbisik
"Terimakasih banyak bapak sudah mentraktir kami pak "
Ketiganya membungkukkan badan
"Oh iya tidak apa - apa santai saja "
Mereka bertiga pun lalu berdiri kembali dengan tegap dan menatap satu sama lainnya
"Sering - sering ya Pak "
Enak aja bisa tekor kalo begitu
Bryan tersenyum saja tak merespon ucapan mereka, karena bisa berbahaya menurut mereka
"Mari "
Berbicara sedikit saja agar tetap menjaga wibawanya didepan para mahasiswa nya itu
" Bapak tunggu sebentar ya Rama mau mengambil kendaraan dulu "
" Iya silahkan "
Bryan berdiri menunggu Rama mengambilkan kendaraan miliknya , karena dari ketiga pemuda tersebut Rama dan Rambo lah yang membawa kendaraan
Betapa terkejutnya Bryan saat Rama menghampirinya
" Ayo naik pak " Wajah Bryan tampak terkejut
Melihat kendaraan yang di bawa oleh Rama
" Bapak biar saya antar pulang? "
" Naik ini , apa muat? "melihat Bimo dan Rama yang sudah duduk di dalam becak yang di bawa oleh Rama
" Muat pak tenang saja ini kendaraan legend,Pak di amerika tak ada kendaraan seunik ini kan pak "
Rama tersenyum bangga
" Iya benar "
Bryan yang tak pernah sama sekali naik becak selama ini, hari ini di beri kejutan oleh mahasiswanya, bertubuh tinggi besar bak model internasional lelaki yang memiliki tinggu 180 itu pun
melangkahkan kaki kedalam becak tersebut t ia pun harus menunduk untuk masuk kedalam becak tersebut ,
Ya ela emang naek becak nunduk kales kalau mau masuknya,
Untunglah Bimo memiliki tubuh kecil
" Wah bisa sesak nafas aku ,sempit sekali disini "
Rambo memutuskan untuk keluar, memang sih becak milik Rama di desain berbeda tempat duduknya di buat seperti ukuran kursi panjang
" Ah aku di luar saja sekalian menunggu Pirang mengantar kue pesanan ku "
Rambo keluar dari dalam becak hingga membuat Bryan bernafas lega karena tadi sesak sekali apa lagi tubuh Rambo hampir sama sepertinya ,padahal tempat duduknya itu bangku panjang padahal kek di angkot gitu
Tampak dari kejauhan Ramos berlari menghampiri mereka
" Maafkan aku terlambat ini pesanan kalian , aku harus kembali bekerja, kalian pulanglah duluan "
Ramos berlari masuk
Bryan tertegun melihat perempuan yang berlari menghampiri Rambo adalah Ramos gadis yang ia lihat di kelasnya sebagai mahasiswa yang berhasil menarik hatinya benar - benar kalau kata orang tua zaman dahulu jika jodoh itu tak lari kemana, wajah Bryan yang tadinya masam, mendadak menjadi manis sekali, seperti terkena hembusan angin surga
" Itu Ramosa ?"
" Iya pak, gebetan Rambo, hahahha "
Bryan tersenyum kecil didalam hatinya
Ah kesempatan sekali ternyata aku bertemu mereka ini sekalian bisa mencari tahu tentang gadis itu , Baiklah Bryan sepertinya dia memang di takdirkan untukmu, lihatlah begitu indahnya cara tuhan mempertemukan kalian di luar jam mengajarmu
Rama mengayuh becak dengan santai
" Jadi Rambo pulang naik apa "
Bryan mencari tau latar belakang calon pesaingnya itu
" Rambo menunggu Ramos pulang pak "
" Memangnya Rambo pulang naik apa ?"
Bryan menyelidik
" Rambo kan punya mobil mercedez band pak"
Mercedez band tua mobil keluaran tahun 70 an yang sengaja di modif oleh Rambo untuk nengantar Ramos pulang kerja
Ah sial, ternyata saingan ku berat juga, emm tapi tak masalah aku masih bisa bersaing secara sehat, semoga saja dia bukan gadis yang menilai lelaki dari uang
Bryan tampak berharap penuh pada keyakinan yang ia miliki
" Memang kalian tau dimana rumah Ramos "
Santai, tapi dalam sekali pertanyaannya
" Tentu saja pak, kontrakan Ramos dan kita kan bersebelahan maklumlah sama - sama anak rantau dari desa , sama - sama berjuang cuma Ramos kan dia dapat bea siswa "
Bryan termenung ternyata Ramos dari daerah dan dia juga mendapatkan beasiswa, beasiswa di kampus S2 tempat Bryan mengajar adalah kampus negeri hanya anak berprestasi dan pintarlah yang bisa mendapatkan bea siswa di kampusnya
Untunglah cerita tentang Ramos membuat Bryan tak merasa panasnya terik matahari karena berpanas - panasan didalam becak yang di kayuh oleh Rama
Terselip suatu kebanggan di hati Bryan melihat ketiga mahasiswanya itu jika orang melihat penampilan mereka pasti menilai mereka seperti brandalan dan ugal - ugalan tapi siapa yang menyangka jika mereka bertiga adalah mahasiswa S2 yang bekerja keras untuk sebuah pendidikan
" Kenapa bapak nanya si pirang, atau jangan - jangan bapak naksir pirang ya "
Rama menggoda Bryan
" Pak si pirang itu nggak pernah pacaran sejak pertama kuliah s1, banyak lelaki yang patah hati karenanya "
Terdengar suara teriakan Rama dari belakang
" Oh ya, kenapa dia begitu apa dia tidak suka lelaki"
Bryan tertawa geli
" Pirang itu tak pernah sekali pun membahas tentang cinta Pak, dia itu hanya fokus dengan ayah dan adiknya di kampung Pak "
Satu lagi informasi penting didapat oleh Bryan, Jika Ramos ternyata sangat perduli dengan keluarganya
" Oh ya.. Rumah bapak di mana pak ?"
Rama berteriak dari belakang karena sepertinya ia sudah sangat lelah mengayuh
"Jika kau lelah biar aku saja gantian mendayungnya Ram "
" Sudah dekat kok , di komplek terace hil nomor 8"
Menunjuk komplek perumahan di sebelah kiri
" Wah sepertinya kita berjodoh ya pak, kontrakan kita masuk gank kecil di samping komplek bapak itu "
Menunjuk gank kecil
"Oh jadi rumah kalian di sana "
Bryan tersenyum berarti kesempatannya untuk mendekati Ramos semakin dekat
" Iya pak gedung mewah bertingkat dua "
Bimo tertawa terpingkal - pingkal karena Rama memang iseng padahal yang di sebut gedung mewah bertingkat dua adalah rumah papan yang beratap seng tanpa dek bayangkan saja jika siang hari panasnya minta ampun
Bryan hanya tersenyum geli saja karena mereka bertiga dari tadi selalu memberikan kejutan kecil
" Oke Pak sudah sampai "
Meski di pintu gerbang tadi security tidak mengizinkan mereka masuk karena memakai becak, untunglah Bryan mengatakan rumahnya berada di barisan awal dan mereka adalah mahasiswa dari kampusnya
" Kalian tidak mampir? "
Bryan sebenarnya tidak mau menawar mereka karena mahasiwa yang ini sangat agresif pantang di tawari sesuatu dengan tidak tahu malunya mereka akan langsung mengiyakan tanpa perduli perasaan orang lain
" Tidak usah pak, kami buru - buru mau kerja lagi, tapi jangan khawatir lain kali kami akan mampir kerumah bapak "
Pekerjaan yang dimaksud adalah tidur-tiduran di rumah karena besok hari libur
"Untunglah " Bryan mengurut dadanya
dan bernafas lega ia tak bisa membayangkan jika kedua orang itu mampir kerumah bisa - bisa stok makanannya selama sebulan bisa habis dalam sekejap mata
" Ayo Bimo gantian , kau lagi yang mengayuh "
Dengan menggaruk kepalanya Rama turun dari belakang dan Bimo kembali mengayuh becak secara bergantian tampak. keringat bercucuran di dahi Rama yang hitam
Rama duduk di becak dengan mengangkat tangannya bulu keteknya yang panjang terlihat jelas, rimbun dan sangat lebat karena ia menggunakan baju tanpa lengan
Bryan kaget dan mundur kebelakang
"Astaga untung saja tadi bukan dia yang duduk di sampingku , dari kejauhan saja aromanya sangat menyengat apalagi dari dekat bisa - bisa aku tak bisa bernafas "
Bryan langsung masuk kedalam rumahnya.
" Terimakasih banyak ya, hati - hati di jalan "
Bryan mengangkat tangannya
Rama dan Bimo pun keluar dari gerbang perumahan Bryan
ia langsng membuka pintu rumah minimalisnya itu, ia tersenyum kecil
" Sepertinya jika memang jodoh tak akan sulit untuk menemui jalannya "
mendadak kasmaran Bryan tersenyum - senyum bahagia karena ternyata rumah Ramos takn terlalu jauh darinya
" Hmm kapan - kapan aku akan mencoba bermain kekontrakan mereka "
Bryan pun memandang sepeda yang ia beli kemarin
"Aku akan sering - sering berolahraga, agar bisa lebih dekat lagi dengan Ramos "
Bryan sudah membayangkan hal yang sangat jauh, ia sedang membayangkan Ramos menjadi istrinya
Rambo yang tinggal di toko pun menunggu Ramos pulang, tapi ia lupa jika Ramos pulang jam 9 malam, sebenarnya Ramos sudah melarangnya untuk jangan lagi menunggunya pulang kerja, karena sia - sia saja, tapi sepertinya Rambo terlanjur jatuh hati pada Ramos, karena di antara mereka Rambo termasuk orang terkaya di kampungya, buktinya hanya dia saja yang di biayakan orang tuanya.
Rama dan Bimo harus berjuang untuk biaya kuliah mereka
Rambo masuk kedalam toko dan duduk di meja ia memesan kue ,seperti biasa itu hanya alasan Rambo agar bisa dekat dengan Ramos
teman satu shift Ramos pun mencoleknya
" Hei lihatlah pelanggan setiamu sudah datang menunggu "
" Ah dia lagi, padahal aku sudah mengatakan jangan menunggu aku "
Ramos nampak bergerutu
"Aduh Rambo, padahal aku sudah mengatakan padanya, aku tak mau dia menungguku terus "
" Sudah pirang sebaiknya kau temui dia, kata nenekku dulu jangan kau buat lelaki menunggu lama "
" Hmm bebal sekali "
Ramos pun mendekati Rambo dengan membawa kue pesanannya seperti biasa
" Halo pirang "
" Rambo, aku kan sudah bilang aku pulang jam sembilan malam, kau tak perlu menungguku setiap hari, kau buang - buang waktu saja "
Ramos berbisik kecil memarahi Rambo karena takut terdengar pemilik toko itu
" Tak apa, ini semua untukmu aku lakukan "
Ramos melotot kearah Rambo
" Rambo aku sudah bilang jangan berharap apapaun padaku, karena itu hanya sia - sia saja "
Ramos memberi ultimatum kesekian kalinya, tetapi nampaknya Rambo adalah lelaki yang pantang menyerah ia selalu berprinsip
" Sebelum akad nikah siapapun berhak mendapatkan Ramos "
" Iya aku tau, tapi tak salahnya kan jika aku mencoba "
Rambo merapikan rambutnya
" Ya sudah terserah kau saja "
Ramos berbicara dengan wajah jutek
" Ehemmm "
Suara pemilik toko membuat Ramos segera bersikap ramah pada Rambo, Karena di toko itu semua karyawan di wajibkan tersenyum selalu, memberikan pelayanan terbaik dan membuat siapa saja nyaman berada di toko mereka
"Baiklah selamat menikmati hidangannya "
Ramos berpamitan di depan Rambo dengan memberikan senyuman terbaik
" Ya bekerjalah dengan baik calon istriku "
Rambo yang pendiam di depan teman - temannya mendadak menjadi lelaki keren di hadapan Ramos, memang ganteng sih cuma agak norak aja gayanya
Rambo meninggalkan Ramos dan kembali melayani para pembeli yang baru tiba
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Eka Dwi Jayanti
😂😂😂lucu ..aku mampir thor
2021-07-02
0
Sri Peni
jd ingat waktu kuliah di jogya, kl ada tukang bcknya pkai topi psti mhsw cari ceperan , hbs kl yv naik dosen bs2 gratis😁😁😉
2021-06-06
0
astri rory ashari
gw bayangin kalo Ramos sama Rambo jadian ntar kalo nikah si Ramos dipanggilnya BuRam...😂 bu Rambo ...😅
2021-06-01
1