RAMOS
"Pokoknya papa hanya setuju kau menikah dengannya ! "
" Terserah papa saja "
Reihan membanting pintu kamarnya saat papanya bersikeras menjodohkan ia dengan anak temannya di kampung
" Reihan buka pintunya kau harus mendengarkan papa dulu "
Suara papanya tampak begitu keras memanggil Reihan
Reihan sama sekali tak bergeming, ia lebih memilih melawan papanya dengan cara seperti itu ketimbang harus beradu mulut
" Lakukanlah Pa ,sesuka papa "
Reihan duduk di kursi kerjanya
Lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya
" Apa mereka sudah gila menjodohkan aku dengan perempuan jadi - jadian itu
aku tak bisa membayangkan jika harus hidup bersamanya"
Berdiri di depan kaca lalu berteriak
" Bunuh saja aku pa, aku tak sanggup jika harus menikah dengan diaaaa, bagaimana dengan semua perempuan cantik yang masih ada di dalam hatiku, mantanku claudia yang masih sangat aku harapkan,
dan pacarku Maria yang berbodi sungguh bahenol itu, Aihhhhh , apa aku di haruskan meninggalkan mereka hanya demi seoarang gadis kampung yang sama sekali tak masuk dalam kriteriaku "
Lalu Reihan merebahkan tubuhnya di atas kasur ia pun meletakkan bantal diatas kepalanya lalu teringat kejadian 18 tahun yang lalu saat ia di ajak oleh papa dan mamanya untuk berlibur kekampung halaman teman papa dan mamanya itu,
Flash back
Perjalanan terasa indah kala itu,
di tambah lagi suasana pedesaan yang sangat asri Reihan bersama kakak perempuannya sangat betah berada disana
Didalam perjalanan mereka berdua melihat kekiri dan kekanan ,membuka kaca mobil lalu mengeluarkan kepala mereka untuk melihat pemandangan alam yang benar - benar indah di apit oleh pegunungan, air sunga yang sangat jernih yang tidak akan di temui di perkotaan
" Mamaa Reihan buka kaca ya, matikan AC nya "
" Iya sayang " Mama nya tersenyum melihat kelakuan dua bocah itu, wajar saja ini adalah pertama kalinya mereka mengajak Reihan dan Jihan untuk berlibur ke desa
"Pa, matikan AC nya " Mama Reihan menyuruh papa Reihan mematikan AC mobil, karena ia sibuk mengamati kertas yang berisikan alamat rumah teman lamanya itu
Reihan kecil pun berteriak
"Kak lihat banyak sekali burung diatas sana"
Reihan menunjuk kearah pepohonan di atas sana
" Ah cuma burung saja kau sudah heboh, bukankah kau juga punya burung, itu .. tu "
Jihan menggoda adiknya, membuat Reihan kecil menangis kembali
karena kakaknya Jihan memang sangat iseng
" Mama lihat kakak, ia menganggu ku lagi "
"Jihann... sudah jangan kau ganggu lagi adikmu itu "
" Uweekk dasar cengeng , itu saja menangis "
Jihan menjulurkan lidahnya
" Ma, ini jalannya kemana lagi "
Papanya tampak bingung, karena mereka sudah lama sekali tak kemari, ternyata di desa ini sudah banyak di bangun rumah - rumah semi permanen
" Tunggu Pa, ini sepertinya kita belok kanan aja Pa, nanti di sana kalau nggak salah rumah mereka "
Sambil mengamati kertas yang di pegang di tangannya
Tak butuh waktu lama
Mobil mereka pun berhenti di sebuah rumah sederhana yang beratapkan daun nipah rumah tersebut, sangat asri sekali di sekitarnya di kelilingi bunga - bunga dan di belakang rumah tampak hamparan padi membentang, benar - benar menenangkan sekali
"Ayo cepat kita turun , Jihan cepat bantu Reihan untuk turun dari mobil "
" Baik Ma "
"Mama aja, Reihan nggak mau di pegang sama kak Jihan "
Reihan masih terlihat kesal pada kakaknya
Tetapi bukan Jihan namanya jika ia tak iseng padan Reihan dengan cepat ia memegang tangan Reihan
" Ayo anak baik cepat turun sama kakak Jihan yang cantik ini"
Jihan kembali menggoda adik semata wayangnya itu ,awalnya Reihan menolak tetapi karena pemandangan di luar sana menarik hatinya ia memilih untuk mengikuti perkataan kakaknya itu
Dari dalam rumah tersebut
keluarlah sepasang suami istri
Dua orang suami istri tersebut menyambut mereka di depan pintu dengan sambutan yang begitu ramah sekali , tampak seorang anak kecil lelaki kira - kira berusia 2 tahun bertubuh kurus digendong oleh perempuan itu
" Akhirnya kalian sampai juga kemari, aku pikir kalian tak jadi mampir kemari "
"Aku sudah sangat rindu padamu Andi"
Memeluk sahabatnya dengan erat
" Ya ampun ini Jihan dia cantik sekali persis sepertimu Laila
Perempuan bertubuh kurus itu memeluk tubuh Jihan, Jihan yang sangat ramah pun
membalas pelukan tubuh perempuan itu, mereka memang selalu di ajarkan sopan santun, dan atitude dari kecil
Ya karena Adab itu memang sangat harus di tanamkan sejak kecil, seperti pepatah yang mengatakan Ilmu tanpa adab sia - sia,
orang yang berilmu belum tentu beradab, tetapi orang beradab sudah tentu berilmu
" Tante juga cantik, apa kabar tante "
Jihan menyapa dan mencium tangan perempuan itu
" Ah kau bisa saja sayang, kau benar - benar manis sekali nak ,kau seperti ibumu sangat mempesona sekali "
"Terimakasih tante "
Jihan tersenyum kembali
Laila bertanya kembali " Mana putri kalian "
Belum sempat perempuan itu menjawab
Dari kejauhan tampak seorang anak perempuan bertubuh hitam legam, ia berumur 4 tahun tetapi postur tubuhnya yang tinggi membuat ia seperti anak kelas dua sekolah dasar, tetapi wajar saja kedua orang tuanya memang tinggi besar, cuma kedua orang tuanya berkulit putih bersih, dulu sewaktu lahir ia putih sekali, mungkin karena terlalu banyak main makanya kulitnya menjadi hitam legam, hehe
Rambutnya terlihat acak - acakan sekali, ia pulang dengan sepeda nya ciri khas anak kampung pada umumnya
"Hah , itu dia Ramos , dia ini sudah seperti anak lelaki saja bermain tanpa memakai sendal , ayo cepat masuk !"
" Ramos cepat salam dulu om dan tante, ini ada kakak jihan dan mas Reihan datang jauh - jauh dari kota"
" Iya Bu, " Ramos langsung menghampiri kedua orang tua Reihan, mencium tangan keduanya
" Ini Ramos kan " Orang tua Reihan terkejut sekali melihat Ramos yang dulu putih sekali sekarang menghitam
" Iya dia itu kebanyakan main di sawah sama kerbau dan sapi jadi begitu lah "Ayah Ramos tertawa begitu juga kedua orang tua Reihan
" Iya nanti kalau sudah besar nanti dia tak akan mau lagi bermain di sawah hahahahaa "
Kedua keluarga itu tertawa renyah
Lalu Dengan isengnya Ramos mengelap tangannya yang kotor di baju Reihan sehingga membuat Reihan kecil menangis
" Mamaaa lihatlah dia mengelap tangannya di bajuku"
Reihan tampak ketakutan sekali, tetapi berbeda dengan Ramos ia malah tertawa cekikian ia terlihat begitu puas sekali
mengerjai Reihan
Jihan pun tertawa geli melihat tingkah Ramos yang jahil sekali terhadap Reihan
" Aku mau pulang saja" bersembunyi dibelakang ibunya.
" Eh nggak boleh begitu ,kita kan baru sampai "
Ibu Ramos langsung terpancing emosinya melihat kelakuan Ramos yang jahil itu
" Lihatlah ayah, kelakuan Ramos ini nakal sekali ia membuat Reihan menangis"
" Ramoss ayo cepat minta maaf sama
Mas Reihan! "
Ramos pun langsung berlari masuk dengan menjulurkan lidahnya kearah Reihan yang menangis tentu saja membuat Reihan bersembunyi dibelakang papanya karena ketakutan sekali melihat Ramos
" Sudah nggak apa - apa Ramos itu hanya bercanda saja "
Mama Reihan memeluk erat Reihan yang ketakutan itu
"Ayo masuklah kedalam, duduk dulu , bawa masuk pakaian kalian aku sudah menyiapkan kamar untuk kalian"
Mereka pun masuk kedalam rumah kayu tersebut
" Ayo duduk lah, biar Ratna membuatkan kalian minuman dulu "
"Aduh Joko, Ratna kalian nggak usah terlalu repot - repot begitu "
" Tidak apa - apa, tamu itu adalah Raja yang harus dijamu sebaik mungkin, duduklah sebentar aku akan membuatkan minuman dulu "
Ayah Ramos pun membuka obrolan
" Hmm inilah kehidupan kami sekarang,
kalian taulah semenjak kami memutuskan untuk menikah aku dan Ratna memutuskan untuk kembali kedesa karena rumah orang tua Ratna tidak ada yang mengurusnya sedangkan semua saudaranya pergi merantau , mereka semua menyerahkan hasil pertanian kepada Ratna "
Orang tua Ramos mulai bercerita
" Ah kau ini selalu merendah terus justru aku sangat senang jika kau tinggal di desa jadi jika kami ingin berlibur bisa bermain ketempatmu bukan begitu mas ,lagian kalian saja yang selalu bersikap rendah hati, kalian juragan tanah yang tidak sombong,
padahal jika kalian mau menjual tanag gampang saja kan"
Papa Reihan menggoda kedua orang tua Ramos
"Tentu saja , tapi itu tidak akan aku lakukan, Ramos dan Dion harus berusaha mencari uang sendiri, agar tak bergantung dengan warisan orang tua saja "
Ayahnya tampak berbicara serius sekali
Tak berapa lama mereka mengobrol, terdengar lagi teriakan dari Reihan , semua keluarga berlari keluar rumah melihat Reihan yang memang tak mau masuk iya memilih bermain di depan pintu,
ternyata Ramos kembali membuat ulah kali ini ia menaruh cacing di kepala Reihan
"Ramos apa yang kau lakukan , kau tau Reihan ini jauh - jauh datang dari kota untuk berlibur kesini "
Ibu Ramos berlari mengejar Ramos dengan sapu ijuk
"Sudahlah Ratna , Ramos itu masih kecil dia tidak mengerti apa - apa"
" Aku heran dia ini tidak bisa sama sekali bersikap manis sedikit saja , padahal dia anak perempuan"
menghela nafas panjang
"Kau lupa buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya bukan begitu yudi"
Menyenggol siku ayah Ramos ,lalu tertawa geli.
"Ayahnya dulu salah satu cover boy di kampus nya, hehehe "
Ratna masih mengejar Ramos yang berkeliling mengayuh sepeda kecilnya dengan cepat , dengan memakai topi berwarna coklat lalu memakainya terbalik nafas Ratna tampak terengah - engah mengejar Ramos
" Ratna sudahlah hentikan "
ayah Ramos mendekatinya
Ratna memiliki sakit jantung turunan dari ayahnya sejak gadis ia sering pingsan dan kambuh kembali saat ia melahirkan Dion adik Ratna
tetapi Yudi ayah Ramos sangat mencintai Ratna ibunya cinta mereka tak usah di ragukan lagi
Yudi ayah Ramos langsung mendekati Ratna dan memapahnya agar kembali masuk kedalam Rumah
" Aku heran sekali melihatnya ia anak perempuan tapi kelakuannya seperti anak lelaki lihatlah dia sudah seperti tarzan saja rambut nya keras sekali untuk keramas saja dia tidak mau, aku sungguh pusing meliha kelakuannya, bagaimana jika nanti aku sudah tidak ada di dunia ini "
Ratna tampak sedih
" Apa yang kau katakan sayang, kau akan terus hidup dan kita akan menua bersama "
Ayah Ramos menenangkan ibunya
Jihan kakak Reihan yang duduk di bangku kelas 6 SD tertawa geli melihat kelakuan Ramos menurutnya Ramos itu unik dan membuatnya ingin tertawa terus, berbeda dengan Reihan yang dari tadi sembunyi di belakang ibunya
Mereka semua pun kembali masuk kedalam Rumah dan bercerita kembali tentang masa muda mereka " Reihan maafkan anak tante ya Ramos memang seperti itu"
mengusap kepala Reihan dengan lembut
" Iya tante aku takut sekali di mirip tarzan"
Semua yang berada di ruangan tersebut tertawa mendengar kata - kata yang terucap dari mulut Reihan termasuk papa dan mamanya
" Kau sekarang takut nanti kalau kalian sudah besar Ramos yang akan takut padamu"
Ayah Reihan menggodanya
Reihan tentu saja tidak mengerti, berbeda dengan Jihan ia justru ikut - ikutan menggoda Reihan
Mereka senyum - senyum sendiri, tak lama Ramos kembali lagi masuk dengan membawa sekeranjang jambu air berwarna merah yang manis sekali
" aku membawakan ini untuk kalian"
Ramos tersenyum manis sekali, meski ia sekarang menghitam dulu waktu masih berusia satu tahum Ramos sempat di kira anak orang bule, karena kulitnya yang putih dan rambutnya yang pirang
Itulah kelebihan Ramos masih kecil saja ia selalu perduli dengan keluarganya ia selalu membawa pulang apapun yang ia temui di jalanan
"Siapa yang memberinya nak?"
" Tadi Ramos membantu bude panen jambu jadi bude memberikan ini untukku"
Ayahnya sangat menyayangi Ramos berbeda sekali dengan ibunya ia selalu menjadi musuh ibunya di rumah , karena mungkin pengaruh letihnya ibu Ramos melahirkan Dion hanya berjarak satu tahun saja sehingga perhatian ibunya lebih kepada Dion yang juga sakit - sakitan hingga Ramos terabaikan
"Ramos cepatlah kau kebelakang cuci dulu piring di belakang"
Dengan cekatan bocah empat tahun itu berlari kebelakang ia langsung mecuci banyak piring yang berserakan
"Ratna kau yakin menyuruhnya dia itu masih sangat kecil"
" Sudahlah Laila itu hal yang biasa di desa anak - anak seumuran Ramos harus di tuntut mahir di dapur apalagi dia anak perempuan pertama bagaimana nanti jika aku harus di panggil tuhan terlebih dahulu , aku harap ia bisa hidup mandiri tampa aku nantinya "
Air mata Ratna bercucuran memikirkan nasib Ramos dan Dion adiknya karena sampai saat ini belum ada obat untuk penyakit jantung dari lahir yang ia derita kala itu
" Sudahlah aku tak mau melihat kau menangis ", Ayah Ramos tampak memaksakan senyumannya ia terlihat begitu tabah jika sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya
"Ayo kalian beristirahatlah dulu dikamar pasti Jihan dan Reihan letih sekali dalam perjalanan kemari"
" Reihan capek ma"
" Ayo sayang kita istirahat di kamar tante Ratna"
Reihan masih takut dengan Ramos ia berjalan di belakang ibunya tampak poto - poto orang tua Ramos masih muda menempel di dinding Ratna ibu Ramos tampak begitu cantik sekali berbeda sekali dengan bentuknya sekarang yang kurus dan hanya tinggal tulang belulang
" Ma itu poto siapa ?" Jihan menunjuk poto yang menempel di dinding
" Itu poto tante Ratna nak"
"Cantik sekali ya ma , tante Ratna masih muda"
"Tante mu sekarang juga masih muda nak , cuma karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya membuat ia tampak seperti orang tua"
" Tante mu sangat cantik, bahkan ia dulu adalah primadona di kampus, siapapuh akan jatuh hati padanya, termasuk papamu itu "
Mama Reihan bercerita
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Dilan Dilan
lucuuu sma ramous 🤣🤣🤣🤣
2022-09-02
0
Sri Hartini
mantap thoor
2022-02-19
0
Nabila
wkwkwk 😁😁😁😁. jadi ingat masa kecil Q ...
2022-02-05
1