Hari ini Alana bangun dengan kondisi yang baik. Wajahnya sudah tidak terlalu pucat lagi, dia juga mulai membuat Raiden jengkel di pagi hari.
“Cepat panggil perawat untuk melepaskan jarum infus ini!“
Alana sudah tidak tahan dengan kondisinya yang sulit bergerak secara bebas, dia juga harus menelpon bawahannya untuk menyelediki dari kelompok mana orang-orang yang sudah menyakitinya.
“Ini masih pukul 6 pagi, Ana. Sebentar lagi perawat akan datang dan melepaskan jarum infus itu, Oke."
Raiden baru tidur jam 3 pagi. Tapi malam pria itu masih belum pergi dan mengajaknya untuk membahas soal kerja sama mereka, Devano mengatakan bahwa dia harus pergi ke luar negri untuk mengunjungi anak perusahaannya. Jadi, dia memutuskan untuk membahasnya tadi malam.
Pria itu masih belum cukup puas tidur. Saat Alana membuat suara, dia langsung terbangun dan sedikit kesal dengan tingkah laku wanita yang menjadi bosnya tersebut.
“Aku harus menelpon."
Pada akhirnya Raiden menjadi sangat kesal dengannya. Dia bahkan lebih mementingkan menghubungi orang lain dari pada kesehatannya.
“Aku bisa mewakili mu. Siapa yang ingin kau hubungi?“
“Tidak bisa, ini adalah hal yang penting dan hanya aku yang bisa berbicara.“
Dengan kesal, Raiden memalingkan wajahnya. Ini adalah pertama kalinya mereka berada dalam ruangan yang sama dalam waktu yang lama, sekarang dia paham. Jika dia berada di sekitarnya lebih lama lagi di lain waktu, mungkin dia akan segera gila dengan sifat keras kepalanya.
“Aku harus menelpon."
Sekali lagi, Alana berbicara. Raiden yang mendengarnya langsung berjalan keluar untuk memanggil seorang perawat, dia sudah tidak tahan mendengar omelan wanita tersebut.
Tidak berapa lama, seorang perawat masuk ke dalam ruangan dan langsung melepas jarum infusnya. Dia juga mengatakan pada Alana agar tidak terlalu banyak bergerak, karena lengan dan kepalanya baru saja di jahit.
Setelah perawat itu keluar, Raiden langsung menatap Alana dengan wajah kesal.
“Apakah kau sudah puas sekarang?“
“Berikan ponsel ku.“
Mendengar jawaban Alana yang tidak sesuai dengan pertanyaannya, membuat Raiden menangis sedih dalam hati.
“Untungnya kau adalah adik dan Bos ku. jika tidak, aku pasti sudah meninggalkan mu di sini sendirian,“ ucap Raiden kesal.
Alana yang menjadi lawan bicaranya memasang wajah biasa, seolah-olah Raiden tidak pernah berbicara padanya.
Setelah mendapatkan ponselnya, Alana langsung mengusir Raiden.
“Kau harus pergi ke Negara B sekarang."
“Kenapa?“
“Aku sudah membeli perusahaan MK yang sekarang mengganti namanya menjadi QA. Itu adalah cabang pertama dari perusahaan kita.“
Mendengar penuturan Alana. Raiden menjadi terkejut, dia tidak tahu kapan Alana mendapatkan perusahaan itu untuk mereka. Ana terlalu misterius baginya.
“Apakah kau tidak ingin pergi?“
“Siapa yang akan menjaga mu jika aku pergi?"
“Apakah aku terlihat seperti anak kecil yang perlu di jaga?“
Raiden terdiam sesaat, dia tahu ada makna lain di setiap kata Alana. Wanita itu tidak membutuhkan orang lain.
“Tapi aku tidak bisa meninggalkan mu sendirian."“
“Pergilah sekarang, temui Presiden Negara B setelah kau tiba di sana."
“Baiklah."“ Raiden mengalah, dia tahu bahwa percuma untuk melawan Alana berdebat. Dia tidak akan bisa menang.
Setelah kepergiannya, Alana langsung menghubungi bawahannya di organisasi miliknya.
“Apakah kalian sudah mendapatkan informasi dari kelompok mana orang-orang itu?“
Dia bahkan langsung bertanya. Sang bawahan yang mendengar hal itu hanya bisa bersabar, dia paham bagaiman sikap Bos mereka yang sebenarnya.
“Sudah, Bos.“
“Bagus, setelah aku keluar. Kita akan menghancurkan mereka.“
“Bagaimana dengan dalangnya, Bos? Bukankah kita harus lebih dulu mencari tahu siapa dalangnya “
"Aku sudah tahu siapa itu, siapkan semua senjata dan keperluan kita. Setelah keluar dari rumah sakit kita langsung menuju ke markas mereka."
“Baik, Bos.“
Setelah itu Alana memutuskan sambungannya, ia terbaring menatap langit-langit kamar rumah sakit. Ana mulai mengingat kejadian 2 tahun lalu, saat mengingatnya. Hatinya menjadi sakit dan kebenciannya menjadi semakin besar.
Ketika dia sedang asyik dengan lamunannya, tampa dia sadari. Ada yang membuka pintu dan masuk.
“Selamat pagi Alana."
Alana yang mendengar itu langsung melihat ke arah suara tersebut. Dia mengerutkan keningnya saat melihat orang yang datang.
“Apakah kita saling mengenal?" tanya Alana dengan suara datar.
“Kau tidak mengenali ku?"
“Tidak!“
Bagaimana dia bisa mengenali orang lain. Hidupnya hanya berfokus dengan perusahaan dan balas dendamnya, dia hanya mengingat wajah orang-orang yang menyakitinya.
“Aku adalah orang yang kau bantu dari para pereman waktu itu. Perkenalkan nama ku Myra dan ini putra pertamaku Mike.“
"Oh.“
Jika orang lain yang mendengar jawaban singkat Alana, mereka pasti langsung sakit hati dan mengutuknya. Namun, berbeda dengan Myra dan keluarganya. Mereka bahkan tidak memasang wajah kesal sama sekali.
Dengan santai, Myra dan Mike berjalan ke arah Alana. Mereka duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur, Alana yang melihat itu sedikit curiga. Dia juga dapat melihat tatapan menilai Mike padanya.
“Kau sudah sarapan?“
“Belum."
Alana tidak memahami apa maksud dan tujuan kedua orang itu datang menemuinya. Dia bahkan belum pernah berkelan dengan mereka sebelumnya.
“Kebetulan jika begitu! Aku sengaja membawa sup untuk mu.“
"Aku bisa memakan makanan rumah sakit."
“Tidak, aku tahu makanan rumah sakit tidak terlalu enak di lidah mu. Jadi kau harus memakan masakan ku, ini sangat enak dan bergizi.“
“Apa kita pernah dekat? Mengapa kau begitu perhatian pada ku?“
“Aku hanya ingin membalas perbuatan baik mu."
Myra tersenyum padanya, dia tahu bagaimana kebencian Alana terhadap arti sebuah keluarga. Jadi dia sangat memahami tingkah lakunya yang sedikit kasar.
“Tapi aku tidak membutuhkan hal itu."
Mendengar hal itu, Mike yang sedari tadi diam akhirnya mengangkat suaranya. Dia juga sudah sangat paham dengan tingkah laku Alana, bagaimana pun dia juga seorang Pisikolog Kriminal. Dia tahu bahwa ada begitu banyak rasa sakit yang wanita itu simpan, dia juga dapat melihat sebuah dinding pembatas yang di bangun oleh Alana untuk melindunginya dari orang-orang luar.
“Bolehkah aku memanggil mu adik?“
Alana langsung menatap aneh Mike, dia bahkan tidak mengenalnya dan mereka juga baru saja bertemu. Jadi mengapa dia mengajukan permintaan bodoh seperti itu.
“Tidak!“
Mike tersenyum ramah. Bagaimana pun, untuk meruntuhkan dinding itu. Mereka harus bekerja dengan lebih kerasa lagi.
“Aku sudah lama ingin memiliki adik perempuan, jadi saat melihat mu. Tiba-tiba saja aku sangat ingin menjadi kakak laki-laki mu. Apakah kau tidak ingin memiliki seorang kakak?"
“Apa aku akan mendapatkan keuntungan jika memiliki seorang kakak laki-laki?“
Mendengar perkataan itu, hati Myra menjadi semakin sakit. dia sangat ingin memeluk Alana dan mengatakan padanya bahwa dia akan melindungi dan menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.
“Tentu saja ada. Jika nanti kau di ganggu orang lain, maka aku akan melindungi dan memukul mereka.“
“Sayangnya, aku tidak membutuhkan orang lain.“
Mike masih tetap tersenyum padanya. Ini hanya hal kecil untuknya, dia tidak akan menyerah untuk mengambil hati Alana.
“Kau harus mencobanya, bagaimana dengan satu bulan. Aku akan menjadi kakak laki-laki mu selama satu bulan percobaan.“
"Tidak tertarik.“
Alana tidak mengerti mengapa pria itu sangat ingin menjadi kakak laki-lakinya. Dia sangat tidak membutuhkan hal-hal yang mengenai keluarga.
“Aku akan tetap mencoba menjadi kakak laki-laki untuk mu selama satu bulan. Setelah itu kau boleh memutuskan."
“Kau!!!”
Baru kali ini Alana kalah dalam perdebatan. Dia tidak bisa berkata-kata saat pria itu mengatakan hal tidak tahu malu seperti itu.
Melihat bahwa Alana telah kalah, Mike langsung tersenyum. Tidak ada yang bisa menang dalam hal berdebat dengannya.
Myra yang tahu bahwa putranya sudah memenangkan perdebatan itu menjadi senang. Dia langsung membuka kotak bekal sarapan untuk Alana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
epifania rendo
mau percaya sama orang tapi sakit hatinya belum sembuh
2024-02-04
2
Radi
bila aku di posisi Alana aku juga akan bersikap dingin tak percaya pada orang Laen.
2024-02-02
0
maestuti dewi saraswati
semangat thor
2022-02-19
3