Hari ini Alana memutuskan untuk pergi ke kantor sendiri, dia pergi pagi-pagi buta untuk menghindari media yang beberapa hari ini selalu meminta untuk bertemu dengannya.
Alana tidak suka dengan sorotan. Baginya itu sangat merepotkan dan akan memancing orang-orang yang tidak relevan datang merusak semua rencananya.
Setelah sampai, dia menghidupkan komputernya dan mulai melihat perkembangan perusahaan keluarga Alaric dan Jareda. Bagaimana pun balas dendamnya akan di mulai 3 tahun lagi, jadi dia memutuskan untuk mencari tahu tentang perkembangan mereka agar dapat menemukan titik lemah mereka.
Alana juga sudah mendapatkan kabar bahwa kedua orang itu memutuskan untuk bertunangan dan akan menyelenggarakan pesta pernikahan tahun depan. Memikirkan bagaimana perjuangannya membantu pria itu, membuat Alana semakin benci karena sudah di perlakukan seperti sampah oleh mantan tunangannya.
Saat melihat foto pertunangan mereka yang mewah, Alana hanya tersenyum tipis dan bergumam pelan.
“Berbahagialah, karena 3 tahun lagi aku akan menghancurkan semua kehidupan bahagia kalian.“
Wanita itu kini menjadi wakil Direktur di perusahaan Alaric. Sedangkan wanita yang di sebut adiknya selama 18 tahun menjadi seorang artis kecil, adik perempuannya masih tidak tahu bahwa dia sedang di manfaatkan oleh anak angkat ayahnya.
Selain kabar pertunangan anak angkat keluarga Alaric. Alana juga mencari tahu tentang kakeknya. Saat ia mengetahui bagaimana kondisi sang kakek, Alana langsung lemah dan ingin segera kembali. Namun dia tidak bisa melakukannya karena misinya untuk menjadi kuat belum terpenuhi dan jika dia kembali sekarang maka Olivia akan membuat drama kembali.
Alana masih mengingat dengan sangat jelas kehidupannya selama di keluarga Alaric setelah kedatangan Olivia. Wanita itu sudah memainkan banyak drama menjijikan untuk merusak hidupnya.
“Aku pasti akan datang Olivia, jadi ku mohon tunggulah aku sebentar lagi.“ Bukan sekedar janji. Kata-kata itu terdengar seperti sumpah yang di penuhi dendam.
Saat Alana sedang sibuk dengan pemikirannya, Raiden tiba-tiba masuk dan menatap wanita tersebut dengan gugup.
“Ana."
Alana hanya memandang Raiden dengan diam, dia tahu bahwa Raiden sedang gugup saat berbicara padanya.
“Katakan,“ ucap Alana tidak sabar.
“Kemarin Tuan Alvin menghubungi ku dan mengatakan pada ku bahwa mereka ingin bertemu dengan mu untuk membicarakan bisnis.“
“Bukankah itu urusan mu!“
“Mereka juga ingin membicarakan tentang pembuatan aplikasi baru dengan mu,“ tambah Raiden.
“Kau bisa menjadi wakil ku untuk bertemu dengan mereka. Setelah sepakat aku akan membuatnya.“
Mendengar penolakan wanita itu, Raiden menjadi tidak enak. Dia tidak tahu harus bagaimana untuk meyakinkan Ana agar bersedia bertemu dengan Direktur perusahaan Wesley.
“Mereka sangat ingin bertemu dengan mu Ana, jika kita bisa bekerja sama dengan mereka. Perusahaan kita akan menjadi lebih berkembang."
“Aku tidak bisa, jika mereka tidak mau dengan perusahaan ku. Maka abaikan saja. Ada begitu banyak perusahaan yang bersedia bekerja sama dengan kita.“
Setelah mendengarkan hal itu, wajah Raiden menjadi tidak enak. Pada akhirnya dia gagal untuk meyakinkan Alana.
“Baiklah, aku akan mengatakan kepada mereka."
Raiden langsung keluar dari ruangan Ana. Dia harus segera menghubungi Alvin untuk memberitahu pria itu bahwa Ana tidak bersedia di ajak bertemu.
“Halo Tuan Alvin.“
“Ya Tuan Raiden."
“Begini tuan, tentang pertemuan, sepertinya tidak mungkin. Ana mengatakan pada ku bahwa jika kalian bersedia maka aku bisa menjadi wakilnya. Saat ini dia sedang sibuk dengan aplikasi barujadi tidak bisa bertemu dengan kalian."
Mendengarkan penjelasan Raiden, hati Alvin sedikit sedih. Mengapa wanita itu sangat sulit untuk di ajak bertemu, dia bahkan sudah memimpikan mobil baru dan sekarang mimpinya harus hancur akibat penolakan Alana.
“Apakah tidak bisa di atur ulang Tuan Raiden?"
“ Maafkan saya Tuan Alvin, sepertinya tidak bisa.“
Raiden menghirup nafas dalam-dalam, dia juga sangat gugup saat mengatakan hal seperti ini, Jika lawan bicaranya orang biasa, maka dia tidak akan segugup ini.
“Baiklah, aku mengerti. Biarkan aku bertanya pada kakak ku bagaiman dengan kerja sama kita.“
“Terima kasih atas pengertiannya, Tuan Alvin,“ ucap Raiden.
“Hm.“
Setelah itu Raiden memutuskan sambungannya dan berjalan menuju kantornya. Dia masih merasa tidak enak ketika mendengar nada tidak percaya Alvin saat mendengar bahwa Ana menolaknya.
Saat dia mulai bekerja, tiba-tiba saja sekretarisnya mengetuk pintu.
“Masuk.“
Wanita muda itu memberi hormat padanya dan mulai berbicara.
“Ada yang ingin bertemu dengan Anda Pak.“
“Siapa?"
“Seorang wanita, namanya Merlin."
Mendengar nama itu, ekspresi Raiden berubah menjadi tidak sedap di pandang. Dia tahu apa tujuan wanita itu datang padanya. Setelah berfikir beberapa saat Raiden memutuskan untuk bertemu dengannya.
“Biarkan dia masuk.“
“Baik, Pak.“
Setelah itu sang sekretaris permisi keluar. Tidak berapa lama seorang wanita masuk kedalam ruangannya dengan ekspresi sedih serta air mata yang mengalir, Raiden yang melihat itu hanya diam saja dan tetap memasang wajah datarnya.
“Hai.“ Merlin tersenyum dan menyapanya dengan ramah. Dia berencana mendapatkan kembali cinta Raiden apa pun caranya. "Bagaimana kabar mu?“ tanya Merlin.
“Katakan saja apa yang ingin kau sampaikan pada ku, tidak perlu untuk berbasa-basi dengan bertanya bagaimana kabar ku," ucap Raiden.
Ketika Merlin mendengar perkataan Raiden, Merlin menjadi sedikit cemas. Dia juga sadar bahwa Raiden sangat membencinya dan hal itu akan membuatnya kesulitan untuk mendapatkan Raiden kembali.
“Aku hanya ingin melihat mu, kau tahu bahwa aku sangat merindukan mu."
Merlin sengaja mengucapkan kata-kata itu dengan nada lembut dan penuh kerinduan, dia ingin memperlihatkan pada Raiden bahwa dirinya benar-benar merindukannya.
“Jika kau sudah selesai, maka silahkan keluar,“ ucap Raiden tetap tenang.
Raiden sudah tidak ingin lagi mendengarkan setiap kata-kata yang di keluarkan wanita itu. Bagaimana pun dia masih ingat seperti apa kejamnya Merlin mengkhianatinya di masa lalu, dan dia juga tahu bahwa Merlin bahkan sudah memberikan kesuciannya pada mantan sahabatnya.
Sebenarnya dia tidak pernah melihat wanita dari masa lalu atau kesuciannya. Tapi, khusus untuk Marlin yang sudah membuatnya serta adiknya menderita, tidak akan ada maaf untuknya.
“Apakah kau tidak mau memaafkan ku?“ tanya Merlin sedih
“Aku sudah melupakan semuanya." Ya, Raiden sudah melupakan, bukan berarti dia sudah memaafkan. Hanya saja, untuk apa mengingat setiap luka di masa lalu, hal tersebut jugalah yang menjadi alasan kesibukannya selama ini.
Mendengarkan hal itu, Marlin menjadi sedikit bersemangat. Dia berpendapat bahwa Raiden tidak lagi membencinya dan sudah melupakan semua kejahatan serta penghianatan yang dilakukannya dimasa lalu.
“Kalau begitu, apakah kita bisa memulai hubungan kita seperti dulu lagi? Aku berjanji tidak akan mengkhinati mu,“ ucap Merlin semangat.
Saat Raiden mendengar kata-kata tidak tahu malu Merlin, pria itu langsung tertawa jahat. Raiden bahkan tidak pernah menduga bahwa wanita yang pernah dia sayangi ternyata sangat tidak tahu diri.
“Apakah kau sudah berkaca? Kau bahkan sudah menjadi bekas pria itu. Lalu bagaimana bisa aku masih bersedia menjalin hubungan dengan mu lagi.“
Saat Merlin mendengar perkataan Raiden, dia menjadi semakin cemas. Merlin bahkan takut jika semua rencananya untuk mendapatkan Raiden kembali gagal total.
“Aku tahu aku salah, saat itu aku di jebak oleh pria itu. Aku mohon maafkan aku,“ ucap Merlin menyesal.
“Sungguh hal yang menggelikan saat mendengar kata di jebak dari mulut mu.“
Melihat bahwa pria itu sudah tidak lagi ingin menerimanya. Merlin memasang wajah sedih dan air mata membasahi kedua pipinya.
“Bukankah dulu kau sangat mencintai ku, aku tahu aku memang bersalah, tapi tidak bisakah kau mengingat bagaimana perjuangan kita dulu sebelum kau membuka perusahaan dengan Tom dan Gio. Aku selalu menemani mu saat kau sedih dan terpuruk karna gagal.“
Mendengar hal itu, Raiden menjadi diam. Perkataan Merlin benar, dia selalu memberikan dukungan padanya dan selalu menemaninya saat dia terpuruk.
Merlin yang melihat perubahan ekspresi di wajah Raiden menjadi senang. Dia tahu bahwa hal tersebut adalah kelemahan Raiden, namun kesenangan dan lamunan itu berakhir dengan cepat setelah Alana datang.
“Jadi apa, jika kau memang wanita yang tulus mencintainya. Kau tidak akan menusuknya dari belakang.“
Mendengar suara dingin dan acuh itu, Raiden menjadi sadar kembali. Alana benar, jika dia mencintainya dengan tulus dia tidak akan menusuknya dari belakang dan mengkhianatinya.
“Siapa kau?“ tanya Merlin tidak senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
epifania rendo
tidak tau malu
2024-02-03
2
yanti
wanita tdk tau malu...
2024-01-21
1
Vin G
anda sangat lucu 🤣🤣🤣😒
2023-04-11
0