CHAPTER 11

Pintu lift terbuka menampilkan area lorong lantai paling atas dari gedung hotel milik Damien itu. Amara melangkahkan kakinya sepanjang karpet berudu berwarna merah itu hingga sampai pada sebuah pintu raksasa di ujung.

Amara menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ketika renanya tak sengaja menangkap celah dari sisi pintu. Damien tidak mengunci pintu kamarnya.

Amara tidak menyangka Damien bisa seceroboh ini, bagaimana jika ada orang asing yang sengaja menyamar atau bahkan musuhnya yang datang dan mendapatkan kesempatan untuk menyergap pria itu seperti ini.

Amara tahu betul akan dunia bisnis yang kejam, apalagi saling menjilat untuk naik pangkat atau menjalin hubungan bisnis, pernikahan kontrak seperti yang mereka lakukan dan perjanjian-perjanjian lain yang pastinya mendatangkan keuntungan besar untuk kedua belah pihak, namun jangan lupakan konsekuensi yang akan dihadapi.

Amara memegang gagang pintu itu kemudian mendorongnya pelan, memberi akses pada penglihatannya untuk masuk terlebih dahulu dan menjelajah kamar hotel milik Damien itu.

Dengan pintu yang sudah terbuka sudah cukup lebar itu, Amara kembali memberanikan diri untuk mengetuk. Hening, tidak ada jawaban dari dalam kamar membuat Amara semakin dilanda rasa bimbangnya.

Amara mengambil langkah masuk ke dalam kemudian dengan gerakan pelan menutup kembali pintunya, sekaligus menutup satu-satunya akses cahaya dari lampu lorong diluar yang menyinar masuk melalui celah pintu yang terbuka tadi.

Amara menjejalkan pandangannya ke sekitar, ke arah kasur namun Amara sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan Damien disana. Bahkan sprei kasurnya masih rapi, seolah Damien belum pernah berbaring disana sama sekali. Amara membuka pintu toilet yang berada tepat disampingnya dan ternyata juga kosong.

“Damien?” Amara memanggil pelan pria itu, berharap mendapat jawaban namun nihil. Hanya hening yang ia dapati sebagai jawaban.

Amara memutuskan untuk tidak menghidupi lampu, biarlah gelap yang menemani mereka berdua, setidaknya sampai Amara memastikan keadaan Damien baik-baik saja dan pergi dari sana. Sebab Amara tidak sanggup melihat raut Damien yang menemukan dirinya rela pergi dari apartemen untuk mencarinya.

Lebih tepatnya Amara merasa gengsi, Amara juga tidak tahu harus bereaksi seperti apa nantinya. Jadi lebih baik mereka bertemu pandang dalam keadaan gelap.

Amara masih terus mencari keberadaan Damien hingga renanya tak sengaja menangkap gorden balkon yang bergoyang pelan sekaan terbang tersapu angin dari arah balkon luar.

Apa Damien sedang berada di balkon?

Tiba-tiba sebuah pemikiran menyerang Amara dengan segera. Seketika jantung Amara berpacu lebih cepat dari biasanya, memikirkan Damien yang berada di balkon luar sendirian di tengah kegelapan seperti ini, apakah Damien mau bunuh diri?

Amara yang merasa panik langsung melempar tasnya ke lantai kemudian mengambil langkah lebar ke arah balkon, kemudian menyibak gorden balkon itu dengan cepat.

Pintu balkon yang memisahkan area balkon luar dengan area dalam kamar sudah terbuka alhasil membuat gerakan Amara tidak terhambat.

“Damien, kau jangan gila. Nyawamu hanya satu, kau bukan seekor kucing,” teriak Amara panik begitu ia melangkahkan kaki ke area balkon.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah hening. Benar-benar hening.

Amara sudah siap dengan dirinya yang memergoki Damien tengah memegangi tiang pembatas balkon atau bahkan bersiap untuk loncat.

Tetapi yang ia dapat sekarang itu apa?

Damien, pria itu tengah duduk dengan tenang pada sofa besar yang terdapat di area balkon. Dengan wajah tampannya itu Damien menatap Amara tanpa berkedip, bahkan genggaman tangannya pada gelas wine juga berhenti di udara, Damien mengurungkan niatnya untuk kembali menyesap wine-nya.

Amara merasa malu. Rasanya Amara ingin menenggelamkan dirinya saja dalam lautan manik biru Damien yang masih saja tidak memalingkan tatapannya dari Amara.

Berbeda dengan Amara yang sudah setengah mati ingin menghilang dari sana, Damien masih duduk dengan gagah. Atasannya sudah ia lepas, menampilkan bahu lebar pria itu dengan dada bidangnya. Perutnya yang terekspos bebas itu terlihat sempurna berkat hobi olahraganya, dalam sekali toleh pun orang-orang akan tahu Damien seksi dengan tubuh atletisnya.

Damien hanya memakai celana panjangnya yang masih lengkap dengan tali pinggang yang mengikat pinggang yang ramping namun kokoh.

Tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali, baik keduanya hanya saling menyelami tatapan mereka dengan pikiran masing-masing yang menerawang jauh.

“Maaf, kupikir kau pingsan…maksudku ini malam natal, jadi…”

Sial, kenapa Amara menjadi tergagap seperti ini? Amara ingin menampar pipinya sendiri untuk menyadarkan dirinya agar tidak terlihat gugup di depan Damien. Tetapi mau berusaha bagaimanapun, Amara berakhir pada fakta bahwa ia sudah mempermalukan dirinya sendiri.

Amara sudah tidak ada harga diri lagi untuk berhadapan dengan Damien setelah ini.

“Maaf, aku akan pergi saja…” lanjut Amara lagi sembari membasahi bibirnya yang terasa kering kemudian bersiap untuk pergi dari sana. Lagian dia sudah memastikan Damien dalam keadaan baik-baik saja, bahkan pria itu bisa duduk santai sembari minum wine.

Amara sudah hendak berbalik dan beranjak pergi sebelum suara tawa seseorang berhasil menghentikan langkahnya, membuat tubuhnya mematung sebagai reaksi dan otaknya membeku, tidak dapat berpikir jernih.

Amara tidak salah dengar kan?

Damien tidak dapat menahan tawanya setelah melihat ekspresi Amara yang barusan. Rasanya Damien ingin mengambil ponselnya dan mengabadikan raut Amara itu namun sayang, Damien bahkan tidak ingat lagi dimana ia membuang ponselnya itu terakhir kali.

Wajah Amara yang terlihat kikuk, alisnya naik terkejut dengan kedua matanya yang membulat sempurna. Bibirnya membeku saat menyadari kehadiran Damien disana dengan kondisi santainya, kemudian berakhir dengan manik hazelnya yang mengerjap pelan saat mendapat Damien tertawa kecil sekarang.

Menggemaskan.

Dan Damien tak kuasa untuk menahan tawanya.

“Tetaplah disini Amara, jangan pulang,” Damien berujar dengan suaranya yang terkesan serak dan berat.

Amara menatap bingung ke arah Damien, “Kenapa? Kau terlihat baik-baik saja,” balas Amara semabri kembali meneliti keadaan pria itu yang tampak tidak sekarat, terlebih botol-botol wine yang sudah kosong itu, Damien benar-benar menikmati sedang menikmati waktu sendiriannya sekarang.

Jujur Amara kaget dengan permintaan Damien yang terkesan mendadak itu, refleks dirinya langsung membangun batasan diantara mereka.

Damien mengusap pelipisnya yang terasa berdenyut tiba-tiba, sepertinya dia terlalu banyak minum. Entah berapa botol sudah dia habiskan. Damien akhirnya meletakkan geals wine-nya ke atas meja.

Setidaknya dari rasa sakit dan frustasi yang menghimpit jantungnya hingga membuat Damien sesak saat ia mencoba tidur sekarang ataupun mimpi buruk yang menyapu bersih tenaganya hingga membuatnya berakhir berbaring lemah di atas kasur, Damien memutuskan untuk membuat dirinya mabuk saja agar semua rasa sesak itu hilang.

Tetapi nahasnya, tampaknya cara Damien tidak sepenuhnya berhasil. Melainkan mabuk, kepala Damien malahan sangat sakit dan berdenyut berat sekarang, seakan ingin pecah.

Saat punggung tangan Damien tidak sengaja bersentuhan dengan pelipisnya, Damien merasakan demam panasnya sudah mulai menyerang dirinya.

“Aku juga berharap aku tidak apa-apa, tetapi nyatanya tidak begitu,” ujar Damien dengan suaranya yang semakin kecil dan tidak berdaya.

Amara dapat melihat Damien yang menutup kedua matanya kemudian menyenderkan bahu telanjangnya ke sandaran sofa, membiarkan angin malam menerpa dan menjelajahi tubuh bagian atasnya secara suakrela.

“Masuklah ke dalam, disini dingin. Nanti kau masuk angin,” ujar Amara layaknya seorang ibu yang tengah mengomeli anaknya yang bandel.

“Aku ingin mati saja,” ujar Damien secara tiba-tiba, menghiraukan perintah Amara sebelumnya.

Amara kembali tertegun, ia menatap Damien dengan prihatin, Tatapannya melunak dan Amara memberanikan diri untuk mengambil langkah mendekati Damien.

“Aku ingin mati saja.”

Damien lagi-lagi mengeluarkan kalimat yang sama.

“Damien…” panggil Amara pelan kemudian mengambil tempat di sebelum Damien.

“Wanita itu kembali menghampiriku. Mimpi buruk sialan itu tidak bisa hilang,” ujar Damien lagi, kini nada bicaranya semakin lemah.

Damien yang selama ini selalu terlihat gagah dan berwibawa, sekarang meringkuk dan kehilangan tenaganya. Amara benar-benar melihat sisi Damien yang berbeda hari ini. Damien yang sellau tampil sempurna, kini akhirnya menunjukkan kelemahan terbesarnya.

Damien mengangkat tangan kanannya kemudian dengan sekali gerakan, ia menjambak rambutnya sendiri kemudian berakhir mengepalkan tangannya dan memukuli kepalanya sendiri, berniat dengan melakukan hal seperti itu, rasa pening yang menyiksanya itu dapat hilang.

Kesakitan dibalas dengan kesakitan yang lebih besar.

Terpopuler

Comments

Fika Chu

Fika Chu

mkn pnsran m si dami....msalalunya, why??

2025-03-08

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 CHAPTER 40
41 CHAPTER 41
42 CHAPTER 42
43 CHAPTER 43
44 CHAPTER 44
45 CHAPTER 45 [WARNING]
46 CHAPTER 46 [WARNING]
47 CHAPTER 47
48 CHAPTER 48
49 CHAPTER 49
50 CHAPTER 50
51 CHAPTER 51
52 CHAPTER 52
53 CHAPTER 53
54 CHAPTER 54
55 CHAPTER 55
56 CHAPTER 56
57 CHAPTER 57
58 CHAPTER 58
59 CHAPTER 59
60 CHAPTER 60
61 CHAPTER 61
62 CHAPTER 62
63 CHAPTER 63
64 CHAPTER 64
65 CHAPTER 65
66 CHAPTER 66
67 CHAPTER 67
68 CHAPTER 68
69 CHAPTER 69
70 CHAPTER 70
71 CHAPTER 71
72 CHAPTER 72
73 CHAPTER 73
74 CHAPTER 74
75 CHAPTER 75
76 CHAPTER 76 [WARNING]
77 CHAPTER 77 [WARNING]
78 CHAPTER 78
79 CHAPTER 79
80 CHAPTER 80
81 CHAPTER 81
82 CHAPTER 82
83 CHAPTER 83
84 CHAPTER 84
85 CHAPTER 85
86 CHAPTER 86
87 CHAPTER 87
88 CHAPTER 88
89 CHAPTER 89
90 CHAPTER 90
91 CHAPTER 91
92 CHAPTER 92 [WARNING]
93 CHAPTER 93
94 CHAPTER 94
95 CHAPTER 95
96 CHAPTER 96
97 CHAPTER 97
98 CHAPTER 98
99 CHAPTER 99
100 CHAPTER 100
101 CHAPTER 101
102 CHAPTER 102
103 CHAPTER 103
104 CHAPTER 104
105 CHAPTER 105
106 CHAPTER 106
107 CHAPTER 107
108 CHAPTER 108
109 CHAPTER 109 [WARNING]
110 CHAPTER 110 [WARNING]
111 CHAPTER 111
112 CHAPTER 112
113 CHAPTER 113
114 EPILOG
Episodes

Updated 114 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
CHAPTER 40
41
CHAPTER 41
42
CHAPTER 42
43
CHAPTER 43
44
CHAPTER 44
45
CHAPTER 45 [WARNING]
46
CHAPTER 46 [WARNING]
47
CHAPTER 47
48
CHAPTER 48
49
CHAPTER 49
50
CHAPTER 50
51
CHAPTER 51
52
CHAPTER 52
53
CHAPTER 53
54
CHAPTER 54
55
CHAPTER 55
56
CHAPTER 56
57
CHAPTER 57
58
CHAPTER 58
59
CHAPTER 59
60
CHAPTER 60
61
CHAPTER 61
62
CHAPTER 62
63
CHAPTER 63
64
CHAPTER 64
65
CHAPTER 65
66
CHAPTER 66
67
CHAPTER 67
68
CHAPTER 68
69
CHAPTER 69
70
CHAPTER 70
71
CHAPTER 71
72
CHAPTER 72
73
CHAPTER 73
74
CHAPTER 74
75
CHAPTER 75
76
CHAPTER 76 [WARNING]
77
CHAPTER 77 [WARNING]
78
CHAPTER 78
79
CHAPTER 79
80
CHAPTER 80
81
CHAPTER 81
82
CHAPTER 82
83
CHAPTER 83
84
CHAPTER 84
85
CHAPTER 85
86
CHAPTER 86
87
CHAPTER 87
88
CHAPTER 88
89
CHAPTER 89
90
CHAPTER 90
91
CHAPTER 91
92
CHAPTER 92 [WARNING]
93
CHAPTER 93
94
CHAPTER 94
95
CHAPTER 95
96
CHAPTER 96
97
CHAPTER 97
98
CHAPTER 98
99
CHAPTER 99
100
CHAPTER 100
101
CHAPTER 101
102
CHAPTER 102
103
CHAPTER 103
104
CHAPTER 104
105
CHAPTER 105
106
CHAPTER 106
107
CHAPTER 107
108
CHAPTER 108
109
CHAPTER 109 [WARNING]
110
CHAPTER 110 [WARNING]
111
CHAPTER 111
112
CHAPTER 112
113
CHAPTER 113
114
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!