CHAPTER 6

Damien pulang dengan amarahnya yang masih memuncak. Tindakan Florynn tadi benar-benar memancing emosinya.

Damien berjalan masuk ke dalam apartemennya tetapi tidak menemukan Amara didalamnya. Damien kira Amara belum pulang dari kantornya tetapi melihat sepatu hak tinggi Amara di rak, Damien tahu Amara sudah pulang.

Harum semerbak masakan kemudian tercium. Damien tebak Amara sedang memasak makan malam mereka dan secara otomatis kaki Damien berjalan ke arah dapur.

Damien memperhatikan Amara yang sedang memasak dari belakang. Berusaha tidak menimbulkan suara agar wanita itu tidak tahu mengenai kehadirannya. Sebab jika ketahuan, Damien pasti akan malu ketangkap basah memperhatikan wanita itu secara terang-terangan begini.

Setidaknya dengan memperhatikan Amara dapat meredakan emosi Damien beberapa waktu lalu.

Tangan Amara terus bergerak mengaduk makanan yang hampir matang diatas panci kemudian mengangkat gagang panci dan hendak memindahkannya ke atas piring sebelum Amara merasakan seakan ada seseorang yang tengah memantaunya dari jauh.

Amanda menoleh melalui ekor matanya dan alangkah terkejutnya menemukan Damien berdiri tegap sembari menyenderkan tubuhnya pada dinding dan lebih anehnya lagi tengah memperhatikan kegiatannya sedari tadi.

Secara refleks akrena kurang fokus, tangan Amara kehilangan keseimbangan dan jarinya berakhir menyentuh pinggiran wajan yang panas.

“Akh!” pekiknya kemudian meletakkan wajan itu ke atas meja dan segera mengelus jarinya yang mulai terasa panas dan berdenyut.

Damien melebarkan matanya, ia segera melangkah lebar menuju Amara, meraih tangannya kemudian menyalakan kran air dan mengarahkan tangan Amara tepat dibawah aliran kran air. Membiarkan jarinya basah diguyur oleh air dari kran.

Amara memperhatikan setiap gerak-gerik Damien, mulai dari pria itu mengurut pelan jarinya kemudian dengan sangat hati-hati mengelusnya, meniupnya dan melakukannya secara berulang-ulang. Amara benar-benar harus mengerjap beberapa kali untuk memastikan penglihatannya bahwa hal yang ia saksikan itu bukanlah mimpi.

“Jarimu terluka,” ujar Damien dengan nada paniknya yang berhasil menyentak lamunan Amara.

“Karenamu,” lanjut Amara membuat gerakan tangan Damien terhenti.

Amarah menjauhkan jarinya dari jangkauan Damien kemudian hendak menuangkan isi makanan dari panci ke atas piring menggunakan tangannya yang satu lagi namun perkataan Damien menghentikannya.

“Biar aku saja,” ujar Damien singkat mengambil ahli panci dari jangkauan dan Amara kemudian mulai menuangkan isinya ke atas piring.

Amara masih setia memperhatikan setiap gerak-gerik pria itu kemudian emnggeleng pelan. Bahkan untuk mengucapkan kata maaf saaja pria itu gengsi. Amara kenal betul dengan kepribadian suaminya itu. Damien memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan harga diri yang tinggi. Mengucapkan kata terima kasih dan maaf tidak ada dalam kamusnya karena selama ini oranglah yang mengucapkan hal-hal itu kepadanya.

Pria emosian dan tidak berperasaan seperti Damien tidak mungkin akan dengan mudah jatuh cinta pada seseorang. Fakta itu membuat Amara mendengus sekali, sepertinya dirinya harus berusaha lebih keras lagi untuk membuatnya jatuh hati atau jika tidak maka Amara akan dinyatakan kalah dari Damien.

Dan Amara tidak suka dengan kekalahan.

Amara memutuskan untuk duduk saja dimeja makan dan membiarkan Damien melakukan sisa pekerjaannya.

Makan malam pun dimulai dengan keheningan yang kembali menyelimuti mereka berdua seperti biasanya. Tidak ada yang berniat untuk memulai topik pembicaraan, mereka berdua hanya fokus pada makanan masing-masing, hanya suara dentingan sedok yang terdengar sepanjang ruangan.

“Kau kemana siang ini?” tanya Damien tiba-tiba yang berhasil merenggut fokus Amara.

Amara melirik sekilas ke arah Damien kemudian kembali menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.

“Kantor,” jawab Amara singkat.

Seolah terpikirkan sesuatu, Amara mendadak menegakkan punggungnya dan menatap serius ke arah Damien.

Damien menaikkan alis kanannnya ketika mendapat Amara yang tengah memusatkan fokus ke arahnya.

“Di kantor…baby,” balas Amara yang terkesan ada jeda di awal namun akhirnya Amara dapat menyelesaikan kaliamtnya.

Amara tidak boleh lupa akan taruhan yang diberikan Damien untuk membuat pria itu jatuh hati padanya dan saat ini Amara sedang berusaha untuk meluluhkan hati Damien.

Jujur Amara tidak tahu kalau tindakannya barusan benar atau salah, sebab saat ini Amara mendapati Damien yang tertawa terbahak-bahak. Pria itu mengeluarkan tawa kerasnya. Tawa yang tidak pernah Amara lihat sebelumnya. Benar-benar tertawa lepas.

“Damien…”panggil Amara pelan, sebab semakin keras Damien tertawa semakin Amara merasa tersinggung.

Amara menyesali perkataannya sebelumnya dan sekarang ia terlalu malu untuk mengingatnya kembali.

“Damien, berhentilah tertawa…” ujar Amara memperingati tetapi pria itu masih sibuk meredakan tawanya.

Amara yang merasa kesal akhirnya kembali lepas kendali, dengan nada kesalnya dia berujar, “Diam atau kutusuk mulutmu dengan pisau ini,” ancam Amara sembari mengangkat pisau yang ia gunakan untuk memotong steak yang ada didepannya itu.

Damien akhirnya menghentikan tawanya kemudian menatap pisau yang diarahkan oleh Amara kepadanya itu.

“Daripada dengan pisau, lebih baik dengan bibirmu,” ujar Damien yang langsung membuat Amara melebarkan matanya.

Dasar pria gila !

Amara dengan segera menurunkan pisau itu dan kembali melahap steaknya tanpa memperdulikan Damien lagi. Lebih tepatnya berusaha mati-matian untuk menghiraukan kehadiran pria itu.

“Belajarlah lebih baik lagi untuk menggodaku,” ujar Damien setelah tawanya reda sembari menatap usil ke arah Amara.

Sedangkan pipi Amara sudah merah padam menahan malu, dia tidak menjawabi lagi kalimat Damien dan terus fokus pada makanannya saja. Amara berniat menyelesaikan makanannya dengan cepat dan segera beranjak pergi dari sana.

“Tetapi yang tadi tidaklah buruk baby,” balas Damien membuat Amara refleks menoleh ke arah pria itu, tatapan mereka beradu dan dengan tidak tahu dirinya Damien mengedipkan matanya ke arahnya.

Amara langsung membuang wajah ke samping, menyesal sudah karena mengangkat pandangannya barusan.

“Berbicara sambil makan bisa membuatmu meninggal,” ujar Amara menfeluarkan kalimat pedas yang lagi-lagi berhasil mengundang tawa singkat dari Damien.

Pelipis Amara berkerut bingung, ada apa dengan Damien. Apa pria itu kerasukan sesuatu? Kenapa dia gampang sekali tertawa, padahal Amara melontarkan kalimat menusuknya, tetapi bukannya marah pria itu tertawa. Mungkin stress karena bekerja terlalu banyak membuat pria itu sedikit tidak waras sekarang.

“Kau ke kafe tadi,” ujar Damien kembali serius pada obrolan mereka yang terputus tadi.

Amara menghentikan kunyahannya kemudian menangguk pelan. Ia menelan makanannya dan berujar, “Aku membeli kopi tadi, tunggu…”

Amara merasakan ada yang aneh, ia menangkat kepalanya dan menatap penuh selidik ke arah Damien.

“Kau membuntutiku?” tanya Amara kepada Damien.

“Kau berbicara dengan seorang pria,” melainkan menjawab pertanyaan Amara, Damien malah membahas topik yang lain.

Amara menaikkan alis kanannya, menatap penuh menantang ke arah Damien, “Dan kau cemburu?”

Hening, Damien tidak menjawabinya lagi membuat Amara semakin mengembangkan senyumnya. Apakah secepat ini Damien akan kalah dalam taruhan yang pria itu buat sendiri. Entah kenapa Amara sudah merasakan euforia kemenangannya akan datang sebentar lagi.

“Setelah kau menjadi istriku, setiap gerak-gerikmu aku tahu Amara,” balas Damien singkat mmebuat Amara mendelik, tetapi tidak bisa menepis fakta itu.

Sebagai seseorang yang berpengaruh, Damien mempunyai banyak kolega bisnis dan kenalannya, jadi tidak menutup kemungkinan Damien juga memiliki banyak musuh. Walaupun selama ini Amara sudah memperkerjakan bodyguard untuk menjaga dirinya, tetapi Damien tetap mengutus orang kepercayaannya untuk mengikuti Amara. Wanita itu juga tidak bisa menolak walaupun terkadang ia merasa tidak nyaman, sebab nyawanya dipertaruhkan disini.

“Jadi intinya kau cemburu?” tanya Amara lagi sembari menatap lurus ke arah Damien, menunggu jawaban pria itu.

“Tidak, hanya saja jika kau mau berselingkuh, usahakan jangan sampai tertangkap oleh para wartawan.”

Terpopuler

Comments

Fika Chu

Fika Chu

ceritanyaa menarik👌👌

2025-03-08

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 CHAPTER 40
41 CHAPTER 41
42 CHAPTER 42
43 CHAPTER 43
44 CHAPTER 44
45 CHAPTER 45 [WARNING]
46 CHAPTER 46 [WARNING]
47 CHAPTER 47
48 CHAPTER 48
49 CHAPTER 49
50 CHAPTER 50
51 CHAPTER 51
52 CHAPTER 52
53 CHAPTER 53
54 CHAPTER 54
55 CHAPTER 55
56 CHAPTER 56
57 CHAPTER 57
58 CHAPTER 58
59 CHAPTER 59
60 CHAPTER 60
61 CHAPTER 61
62 CHAPTER 62
63 CHAPTER 63
64 CHAPTER 64
65 CHAPTER 65
66 CHAPTER 66
67 CHAPTER 67
68 CHAPTER 68
69 CHAPTER 69
70 CHAPTER 70
71 CHAPTER 71
72 CHAPTER 72
73 CHAPTER 73
74 CHAPTER 74
75 CHAPTER 75
76 CHAPTER 76 [WARNING]
77 CHAPTER 77 [WARNING]
78 CHAPTER 78
79 CHAPTER 79
80 CHAPTER 80
81 CHAPTER 81
82 CHAPTER 82
83 CHAPTER 83
84 CHAPTER 84
85 CHAPTER 85
86 CHAPTER 86
87 CHAPTER 87
88 CHAPTER 88
89 CHAPTER 89
90 CHAPTER 90
91 CHAPTER 91
92 CHAPTER 92 [WARNING]
93 CHAPTER 93
94 CHAPTER 94
95 CHAPTER 95
96 CHAPTER 96
97 CHAPTER 97
98 CHAPTER 98
99 CHAPTER 99
100 CHAPTER 100
101 CHAPTER 101
102 CHAPTER 102
103 CHAPTER 103
104 CHAPTER 104
105 CHAPTER 105
106 CHAPTER 106
107 CHAPTER 107
108 CHAPTER 108
109 CHAPTER 109 [WARNING]
110 CHAPTER 110 [WARNING]
111 CHAPTER 111
112 CHAPTER 112
113 CHAPTER 113
114 EPILOG
Episodes

Updated 114 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
CHAPTER 40
41
CHAPTER 41
42
CHAPTER 42
43
CHAPTER 43
44
CHAPTER 44
45
CHAPTER 45 [WARNING]
46
CHAPTER 46 [WARNING]
47
CHAPTER 47
48
CHAPTER 48
49
CHAPTER 49
50
CHAPTER 50
51
CHAPTER 51
52
CHAPTER 52
53
CHAPTER 53
54
CHAPTER 54
55
CHAPTER 55
56
CHAPTER 56
57
CHAPTER 57
58
CHAPTER 58
59
CHAPTER 59
60
CHAPTER 60
61
CHAPTER 61
62
CHAPTER 62
63
CHAPTER 63
64
CHAPTER 64
65
CHAPTER 65
66
CHAPTER 66
67
CHAPTER 67
68
CHAPTER 68
69
CHAPTER 69
70
CHAPTER 70
71
CHAPTER 71
72
CHAPTER 72
73
CHAPTER 73
74
CHAPTER 74
75
CHAPTER 75
76
CHAPTER 76 [WARNING]
77
CHAPTER 77 [WARNING]
78
CHAPTER 78
79
CHAPTER 79
80
CHAPTER 80
81
CHAPTER 81
82
CHAPTER 82
83
CHAPTER 83
84
CHAPTER 84
85
CHAPTER 85
86
CHAPTER 86
87
CHAPTER 87
88
CHAPTER 88
89
CHAPTER 89
90
CHAPTER 90
91
CHAPTER 91
92
CHAPTER 92 [WARNING]
93
CHAPTER 93
94
CHAPTER 94
95
CHAPTER 95
96
CHAPTER 96
97
CHAPTER 97
98
CHAPTER 98
99
CHAPTER 99
100
CHAPTER 100
101
CHAPTER 101
102
CHAPTER 102
103
CHAPTER 103
104
CHAPTER 104
105
CHAPTER 105
106
CHAPTER 106
107
CHAPTER 107
108
CHAPTER 108
109
CHAPTER 109 [WARNING]
110
CHAPTER 110 [WARNING]
111
CHAPTER 111
112
CHAPTER 112
113
CHAPTER 113
114
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!