Dari jauh aku melihat seseorang di depan, berdiri termenung menatap pada lokerku. Tangannya terulur, kemudian buru-buru ia menyimpan tangannya saat mendengar suaraku. "Mau ngapain?"
Cowok itu gelagapan. Seperti habis tertangkap basah mengutil sesuatu. "Eh, enggak. Apa ini lokermu?"
"Iya."
"Sorry, kirain ini lokernya sepupuku." Orang itu bergegas cepat-cepat. Aku terus mengikuti ke mana arah dia pergi. Masih buru-buru dan tampak kikuk.
"Aneh." Aku mengalihkan pandangan, dan membuka pintu loker guna mengambil buku untuk pelajaran selanjutnya. Namun kemudian aku membeku di tempat, saat melihat sebuah surat dengan bagian belakang bergambar mawar tergeletak di atas buku-buku. Tanganku terulur mengambilnya. Merah muda dan wangi sekali.
***
"Gila!" pekik Tengku. "Mau dipikirin berapa kali pun, rasanya masih gak bisa dipercaya kalo sekarang kita lagi ditantangin sama penjahat untuk permainan berbahaya kayak gini."
"Jadi lo berpikir ini kayak surat tantangan gitu?"
" Ya iyalah, Bos. Apa lagi? Jelas-jelas waktu itu dia ngajakin Bos main. Gue gak tau kenapa akhirnya dia meninggal, tapi yang jelas si penjahat asli nantangin Bos, kan?"
"Lo bener. Mereka nantangin, tapi dengan cara yang lebih halus. Tapi aneh gak sih, kenapa mereka bikin petunjuk untuk kejahatan yang akan mereka lakukan?"
Tengku tercenung. "Apa ini jebakan?"
"Gak mungkin," bantahku. "Surat sebelumnya nyeritain Nixie dan bener dia yang jadi korban."
"Apa ini surat dari orang yang tau tentang kejadian sebenarnya dan pingin ngungkapin semuanya, tapi gak bisa ngelakuin sendiri. Mungkin dia cuma orang lemah dan sebagainya?"
Ah, Tengku benar. Aku tak pernah memikirkan kemungkinan itu. "Wah, lo makin pinter, ya," pujiku.
Tengku tampak jemawa.
"Mm, ngomong-ngomong tentang orang yang ngirim surat. Tadi gue jumpa Ketus OSIS di depan loker."
"Demi apa! Sebelum lo nemu surat ini?"
"Iya."
Aku tahu Tengku saat ini memikirkan apa yang kupikirkan.
"Apa lo tau kalo Ketos itu sepupu Nixie?"
Aku tercengang. "Gue gak tau."
"Tapi kenapa dia gak mau minta tolong langsung?"
"Itu gue juga gak tau."
"Apa mungkin si penjahat itu kenal dan udah mewanti-wanti agar dia tutup mulut?"
"Bisa jadi, Ku. Tapi udah deh, jangan dibahas dulu kalo kita belum dapet bukti lain. Gimana kalo kita baca aja suratnya. Ada orang yang lagi bahaya ini."
Kami mencari tempat yang agak sepi untuk membaca surat tersebut dan memilih toilet sebagai tempat yang tepat. Pintu sengaja kami kunci agar tak ada yang dapat mencuri dengar.
Saat surat yang lagi-lagi beraroma mawar itu dibuka, kami membaca dengan saksama dalam hati.
Cowok itu benar-benar menakutkan. Kami sama sekali gak nyaman dengan kehadiran dia di sekolah ini. Tampangnya sih kayak cowok baik-baik, tapi jika diperhatikan lebih baik, kalian bakal sadar ada sesuatu yang berbahaya dalam dirinya. Tatapannya terlalu tajam dan sadis untuk manusia normal. Belum lagi pemikiran-pemikirannya yang kadang suka nyeleneh. Pernah tuh sekali waktu teman sekelasnya cerita: waktu itu sekelas lagi heboh sama kecoak yang entah muncul dari mana. Saat yang lain ketakutan dia malah ketawa-ketawa gak jelas. Hal itu memang gak aneh untuk orang yang gak takut sama kecoak karena beberapa anak lain juga ada yang begitu. Tapi yang gak lazim itu saat dia nangkap dan buang kecoak tersebut. Bukannya langsung dibuang gitu aja. Dia malah matahin semua kaki-kaki kecoak tersebut lebih dulu, baru dibuang keluar jendela. Katanya, "Itu biar dia gak bisa balik lagi ke kelas kita." Terus balik ketawa lagi.
Banyak banget yang gak nyaman sama dia. Belum lagi obsesinya yang selalu ingin jadi nomor satu di bidang akademik. Dia bahkan pernah nuduh anak lain curang dalam ujian biar bisa menjatuhkan anak tersebut. Dia cocok banget buat jadi public enemy. Sayangnya, kami gak berani berurusan dengan dia. Pasti menyenangkan banget kalau ada orang yang bisa ngusir dia jauh-jauh dari sini.
"Lo mikirin apa yang ada dipikiran gue?"
"Kayaknya. Ini Jay?" sahut Tengku meminta persetujuan dan aku mengangguk. "Kalo dia juga target, terus siapa yang bunuh Nixie. Dari surat itu kayaknya menjurus ke dia. Apa kita salah? Masa sih dia bener-bener bunuh diri? Kalo bener bunuh diri kenapa ada semua hal ini?"
Aku juga memikirkan hal tersebut. Kejadian ini aneh banget. Namun tiba-tiba aku menyadari sesuatu. "Surat ini bukan petunjuk siapa pembunuhnya! Tapi suratnya cuma menuntun kita kepada target pembunuhan. Mungkin si pengirim cuma minjam sudut pandangan orang lain untuk mendeskripsikan calon korban."
Wajah Tengku seketika semringah. "Bos, bener. Sebelumnya dia gunain sudut pandangan Jay untuk Nixie. Dan sekarang pake sudut pandang orang-orang yang gak suka sama Jay. Tapi..." Tengku terlihat seperti memikirkan sesuatu.
"Apa?"
"Gimana kalo ini cuma pengalihan?"
"Maksudnya? Karena kita udah curiga sama Jay, dia membuat dirinya seolah-olah jadi target biar kita gak curiga sama dia?"
"Yap."
Benar juga. "Kalo gitu, kita tinggal awasin dia aja, kan? Kalo memang dia target, dia jadi aman dengan pengawasan kita, kalo dia pelaku, kita jadi tau gerak-geriknya."
Tengku tersenyum yang berarti sebuah persetujuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
atmaranii
ahh..aku ajh pusing...klo BKN Jay pelakunya...msa iya s Ali atau grissel...atau mlh sepupunya Hansel..Randall...😂😂😂yg SK bkin crta thriller
2021-09-24
0
mbemndut
surat mawar itu petunjuk korban bukan sih?
2021-07-01
0
Susi Iskandar
baru kali ini aku baca novel judul part episodnya sama.... 😂😂😂😂... meskipun ada beberapa episod yg berbeda judulny
2021-03-27
1