Pukul enam sore...
Aku berjalan santai menuju ke perpustakaan yang berada di lantai tiga gedung ekstrakurikuler. Baru saja selesai mengikuti kegiatan klub, aku mendapat sebuah pesan dari pacarku untuk datang ke sana. Agak aneh sebenarnya mengingat perpustakaan selalu tutup jam lima sore. Tak peduli sepenting apa pun tugasmu yang menjadi alasan untuk tetap tinggal di sana, Bu Berta, penjaga perpustakaan berbadan raksasa serta bersuara petir, tak akan mengizinkan. Ia tipe orang yang selalu terburu-buru ingin cepat pulang. Lagi pula, agak jarang di sekolah kami yang menghabiskan waktu berlama-lama di perpustakaan.
Tapi aku mengabaikan semuanya. Pacarku itu memang suka mengajak ketemuan di tempat-tempat sepi. Aku tahu aku kesannya murahan banget, tapi memang begitulah diriku. Aku bukan gadis sok suci yang sok-sok menolak padahal dalam hati sudah ngebet setengah mati.
Tak berapa lama aku sudah tiba di depan pintu perpustakaan yang ternyata tidak dikunci. Kuputar hendel dan membukanya sedikit. Sunyi. Kuputuskan untuk membuka lebih lebar dan masuk ke dalam.
Hampir semuanya gelap dan hitam. Di sudut kanan, pada meja administrasi, terdapat sebuah lilin yang berdiri menjulang di tempatnya. Cahaya samar-samar memberi sedikit penerangan pada mataku yang belum terbiasa dengan gelap.
"Babe," panggilku ragu. Jujur aku lumayan gamang merasakan atmosfer dingin tempat ini yang serasa tidak wajar. Aku memang bukan orang yang hobi membenamkan diri dalam tumpukan buku (tentu saja imej cupu seperti ini jauh sekali denganku) tapi aku pernah sesekali mampir ke tempat membosankan ini karena sebuah keterpaksaan. Jelas sekali atmosfer kali ini berbeda. Ada yang tidak beres, amat berbahaya, dan horor itu terasa sudah mendekatiku dari belakang. Merayap pelan-pelan dengan kaki-kaki keriput berlumur cairan menjijikkan, lalu sebelum aku sempat menoleh untuk memastikan apakah benar itu hantu tanpa kepala atau sejenisnya, sebuah bayangan hitam telah menyergapku. Bukan melalui sebuah pukulan telak di kepala atau semacamnya, melainkan sebuah tepukan di pundak yang sukses membuatku tak mampu berkata-kata.
Benar-benar tak mampu berkata-kata. Mulutku seketika kaku, tak bisa digerakkan sama sekali. Detik berikutnya aku menyadari sesuatu, bukan hanya mulutku yang kaku tapi seluruh tubuhku tak bisa bergerak sama sekali.
Derit pintu lambat dan pilu terdengar dari belakang, menyayat pendengaranku. Lamat-lamat derap langkah mendekat. Langkah kaki yang diseret. Amat perlahan.
Srek...
Srek...
Srek...
Berdiri menjulang di belakang---tak bisa dilihat tapi terasa sangat tinggi dan besar. Dapat kurasakan deru napasnya yang dingin menerpa ubun-ubun. Aku meremang. Sebuah titik dingin terasa di leher. Aku ingin berjengkit tapi tak mampu. Aku diam saja menahan tangis saat titik dingin itu merayap di seluruh permukaan leherku, membentuk pola-pola-pola acak. Lalu ia menarik tangannya, berganti menjadi sebuah pelukan---dekapan dari belakang. Aura kelam yang aneh melingkupi. Saat ia mendesis di telingaku, "Selamat datang di pengadilanmu." Aku sadar telah terperangkap di tempat ini.
Dekapannya perlahan mengendur dan terlepas. Tapi ia masih berdiri di sana, memastikan aku masih dalam pengawasan.
Aku mematung ketakutan saat, lagi-lagi, kudengar sebuah suara langkah kaki menderap, keluar dari kegelapan di salah satu pojok paling jauh untuk mendekatiku.
Aku semakin ketakutan saat sosok itu mulai tertimpa cahaya remang-remang, menampakkan seseorang berjaket hoodie hitam serta celana training hitam. Ia menunduk dalam. Wajahnya tak jelas kelihatan, tapi dapat kulihat rahang kaku itu menyunggingkan senyum sinis.
Langkahnya terhenti begitu ia telah berdiri di depanku dengan jarak kira-kira dua meter. Ia mengangkat wajahnya. Dan seketika aku membelalak.
Dia...
🥀🥀🥀
Sincerely,
Dark Pappermint
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
atmaranii
thorr klo sudut pandangnya dr org yg bebeda...kasih tau thorr...msal POV Ali...atau siapa gtu jd kitu ngeh
2021-09-24
0
mbemndut
Parno sendiri, baca awalnya langsung ngicir kamar mandi wkwk, untung malem ini masih rame belum pada tidur, ya walau pun rame dikamar sendiri" dengan menggenggam handphone...
2021-07-01
0
Susi Iskandar
kalau temen aku namanya sri wahyuningsih. 😅
2021-03-26
1