Sebelumnya...
"Eh, hape siapa tuh?" tanya seorang pemuda yang tadi kulihat berlari-lari.
"Gak tau. Gue nemu di bawah tadi."
Ia sedikit mengernyit. Mungkin heran dengan cara bicaraku. "Bisa kuambil?"
"Emangnya lo siapa?"
"Kamu gak kenal aku? Aku Yadi, Ketua OSIS."
Masa sih ini ketua OSIS kami?
"Dia emang ketua OSIS," serobot seseorang di dekatku. Laki-laki berambut hitam pekat yang tadi kutanyai. "Kasih aja ke dia."
"Oh." Aku pun mengangguk dan memberikan benda itu.
Saat kondisi mulai tak lagi kondusif, kudengar perintah yang menyuruh kami keluar dari ruangan ini. Aku berjalan keluar bersama orang-orang tak berkepentingan yang lain. Sesaat sebelum melewati pintu, aku menatap sekali lagi gadis itu dan menyadari sesuatu. Itu gadis yang kemarin. Seseorang yang mengajakku bermain bersamanya.
Apa maksudnya semua ini? Dan aroma mawar tadi...?
Aku belum sempat memikirkan semua dan sudah terdorong keluar. Gamang dan berdebar, lalu aku melihat pada gadis yang tadi bersama Bu Bertha. Ia masih pucat dan pandangannya kosong. Jari-jarinya bergetar dan diremas-remas khawatir. Ia ikut pergi bersama kami semua. Tapi pikirannya tak berada di sini. Sesekali tubuhnya membentur orang di depannya.
Kami kembali ke gedung sekolah. Tapi aku tak pergi ke kelas, melainkan mengikuti gadis itu yang masuk ke kelas X-3. Aku sudah hendak berbalik saat kulihat ia keluar lagi. Seperti orang linglung ia bergerak ingin pergi, tapi kemudian berbalik lagi. Kali ini, baru ia benar-benar pergi. Kuikuti dari belakang. Namun ia tak sadar sama sekali. Bahkan mungkin jika ada badak melintas di depannya pun ia tak akan sadar.
Setelah melintasi banyak kelas--- termasuk kelasku sendiri, X-7---gadis itu berbelok ke tempat loker. Sambil melihat ke kiri dan kanan secara terburu, ia membuka pintu loker, mengambil sebuah bungkusan hitam besar.
Cepat-cepat ia menutup pintu dan berbalik. Kembali kuikuti, tapi saat akan melewati lorong penghubung, dua orang gadis mencegatku.
"Hai, Hansel," sapa Dela, seorang kakak kelas yang suka sekali beramah-tamah padaku. "Kamu udah dengar tentang Nixie?"
"Nixie?"
Melati menyahut, "Kamu gak tau ada yang bunuh diri di perpus? Serem banget tau. Sumpah, aku takut banget."
Aku mengabaikan sikap ketakutan dua gadis itu.
Jadi namanya Nixie. "Gue tau kok. Tapi sorry ya, gue ada urusan bentar. Gue pergi dulu." Aku melewati mereka begitu saja.
"Hansel mau ke mana?" teriak salah seorang yang tak kutahu siapa.
"Ada urusan. Jangan ikuti gue!"
Tadi sekilas kulihat ia berjalan ke samping gedung ekstrakurikuler. Aku mencari ke sana dan tak menemukan siapa pun. Aku menelusuri jalan itu dan melihat pintu samping. Terbuka lebar dan memperlihatkan orang-orang yang berlalu-lalang di dalam. Tak mungkin ia masuk ke gedung ekstrakurikuler dari sini, padahal bisa lewat depan. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan terus ke belakang.
Dan benar saja. Gadis itu ada di sana. Berdiri di depan sebuah tempat pembakaran sampah yang terletak agak jauh di belakang. Aku melewati beberapa pohon dan sosoknya semakin jelas. Seorang gadis kurus dengan rambut panjang sepinggang.
"Gak mungkin karena ini. Gak mungkin. Pasti bukan..." ia bergumam sambil berdiri mematung. Kuku jarinya ia gigiti.
"Lo ngapain?"
Ia tersentak dan memelotot kaget. Aku mengalihkan pandang darinya menuju ke tempat pembakaran sampah.
"Papan apa itu?" Aku melihat sebuah kayu datar yang hampir dilalap api sepenuhnya, tapi belum hancur. Dan membaca tulisan besar pada bagian tengah atas, "Ouija?"
🥀🥀🥀
Sincerely,
Dark Pappermint
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
atmaranii
ni cwe yg d prolog itu ya..yg mlm2 k skolh..trus d gnggu hntu kpla bntg
2021-09-24
0
novita setya
ada sihir2nya nih
2021-08-14
1
El. Lyra
sumpahh ini bener-bener bikin greget ceritanya
2021-01-17
2