Di jam istirahat kedua, kami memutuskan untuk mengisi kembali tenaga dengan mejeng di kantin dan kompak memesan nasi dan soto. Sambil menunggu pesanan, di sampingku Grisel tampak serius sekali mencatat semua keanehan pasal kematian Nixie, pernyataan-pernyataan yang pernah diutarakan Tengku yang bersumber dari Cynthia, dan kesaksian dari si cupu licik Jay. Bukannya aku suka sembarangan menilai. Tapi dari pandangan subjektifku, laki-laki itu mencurigakan sekali. Ada sosok mengerikan yang tersembunyi di balik tampang lemah itu. Dari kata-katanya juga aku merasakan banyak siasat dan tipu muslihat licik. Belum lagi kecenderungan tertawa ngakaknya itu.
"Jadi, apa menurut kalian Jay adalah pelakunya?"
Aku dan Tengku terdiam sejenak, sebelum Tengku mulai buka suara. "Aku belum yakin, Sel. Tapi si Joker itu memang aneh banget." Aku setuju sekali dengan julukan baru ini. "Memang dia punya alibi kuat hari itu, tapi tetap aja, untuk orang yang suka sama Nixie sampe segitunya, sikap dia terlalu mencurigakan." Mengenai alibi Jay, selepas menunjukkan foto tersebut pada kami, ia menjelaskan apa saja yang ia lakukan pada hari itu. Ia berada di tempat bimbingan belajar, dan ada pula saksi yang menguatkan pernyataannya, yaitu Diana, cewek jutek yang tadi kami temui sebelum masuk. Selain sekelas mereka juga satu tempat bimbel. Sebuah kebetulan yang aneh.
"Menurut kalian Diana itu bisa dipercaya?" ungkapku.
"Entah kenapa aku sih percaya," sahut Grisel. "Diana itu kan ranking satu umum angkatan kita..."
"Serius?" kagetku dan Tengku berbarengan.
"Serius," sahut Grisel lagi, tapi dengan nada agak malas. Kuakui aku memang tak terlalu tertarik dengan orang-orang pintar di sekolah kami. Dan lagi, di sini perihal ranking tak terlalu digembar-gemborkan. Tidak ada pengumuman di mading siapa-siapa saja yang mendapat ranking tertinggi dan sebagainya.
"Kalau gak salah, hari itu aku sempat ngeliat dia di tempat bimbelnya, yang kebetulan, ada di depan kafe di perempatan paling dekat sama sekolah kita."
"Lo yakin?"
Grisel mengangguk padaku. "Iya, soalnya aku cukup tertarik sama anak-anak berprestasi di sekolah kita. Jadi aku sering perhatiin dia. Apalagi ternyata kami tinggal di perumahan yang sama, walau gak pernah bicara sih sebelumnya."
Tiba-tiba Tengku menyela, "Mungkin bener cewek itu pergi bimbingan, tapi masih ada kemungkinan kalo dia menutupi kebohongan Jay."
"Iya sih, kamu benar juga." Grisel menyetujui, begitupun denganku yang membalas dengan anggukan.
"Jadi kita udah sepakat kalo Jay itu tersangka utama?" Habisnya kami berusaha kuat untuk mematahkan alibi pemuda itu, yang berarti kami bertiga memang sama-sama curiga dengannya, kan?
"Memang belum ada bukti yang kuat, tapi untuk sementara kita harus awasi dia," usul Grisel yang kusetujui.
Bersamaan dengan pesanan kami tiba, seorang cowok jangkung berambut cokelat memasuki area kantin. Wajahnya tampak tak memedulikan sekeliling dengan gaya jalan yang sedikit malas, sampai matanya menyorot ke arah meja kami, seketika kulihat cahaya terang mengelilingi dirinya. Ia tersenyum cerah dan bergerak kemari.
"Itu pacarnya Nixie yang mutusin dia," jelas Tengku, "yang waktu itu dijelasin sama Cynthia, si Dieter."
Kuperhatikan cowok itu lebih saksama. Berambut cokelat tapi berkulit agak gelap. Beberapa detik selanjutnya, ia sudah berdiri di dekat meja kami. "Hai, Grisel."
Aku terperanjat, begitu pun dengan Tengku. Sementara Grisel hanya mendongak dengan tampang terpaksa. "Ada apa?" Baru kali ini aku mendengar nada jutek dalam suara Grisel, selalunya dia sopan dan sangat manis---bahkan di saat mengancam.
"Aku boleh ikut gabung gak? Gak ada temen nih. Boleh, kan?" Ia memandangiku dan Tengku bergantian. Ingin sekali aku menolak permintaan itu dan mendampratnya jauh-jauh dari kami, tapi tidak bisa. Siapa tahu dia bisa dimanfaatkan. Wah, sekarang aku terdengar seperti seseorang yang suka mengambil kesempatan di saat apa pun.
"Boleh," sahutku yang dibarengi dengan pelototan dari Tengku yang tidak terima.
"Thanks. Kayaknya kalian deket ya sama Grisel?" Ia memandang Grisel penuh arti.
"Lo siapanya Grisel?" tembak Tengku, mengutarakan apa yang juga ada dalam pikiranku.
"Lo?" Dia sedikit bingung, mungkin tak terbiasa dengan lo-gue begitu. Tapi detik berikutnya, wajahnya berubah malas. "Gu-e...," ah, lagi-lagi aku harus mendengar nada bicara aneh begini, "...ini mantan terindahnya Grisel."
🥀🌹🥀
Sincerely,
Dark Pappermint
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Nay'anna
ketika dbab ningsih cerita,kya.a yg hipnotis ningsih gantung diri grissel deh..
kerja sama ama jay dan dimas.. 🤔🤔
2021-06-15
1
Nengsih Nengsih
aku kok curiganya ma grissel tapi dia nggak sendiri sama cowok tapi siapa yaa???
2020-11-24
3