Teror

Ketenangan yang dirasakan warga desa Pasir beberapa bulan terakhir ini, menjadi sirna.

Dirumah salah satu warga, Eva duduk memeluk lututnya, mencoba menghapus bayang-bayang kejadian seram yang baru dia rasakan.

Malam itu para warga desa Pasir membawa senjata seadanya, mulai dari pentungan, sebilah kayu, parang dan juga pisau dapur. Mereka berjaga disudut jalan. Mata dan telinga mereka dibuka lebar-lebar, siap menghadapi apa yang terjadi dikemudian.

Sedangkan dirumah salah satu warga tempat Eva menginap, Eva mencoba menenangkan diri dengan segelas teh hangat.

 "Kamu istirahat saja dulu, Nak. Apa pun yang terjadi, kami di sini," ucap bu Murni lembut.

Saat siang, Eva kembali memberanikan diri kembali kerumahnya. Saat dirumah dia kembali terkejut melihat rumahnya berantakkan sekali. Sofa diruang tamu berserakan, dilantai tergeletak cangkul dengan lumpur masih menempel di mata cangkulnya.

Dia memeriksa dapur, perabot dapur juga berserakan, gelas, pirang berserakan dilantai. Bahkan ada yang pecah. Di dinding dapur, terdapat tulisan.

"bukan milikmu." bibir Eva bergetar ketakutan. Dia frustasi dan akhirnya cuma bisa menangis.

Eva masuk kekamarnya, didalam kamar terdapat banyak tinta merah seperti darah disepanjang kamar, juga terdapat diatas ranjang, bahkan didalam wc. Eva semakin histeris, saat pintu kamarnya tertutup sendiri.

Eva berteriak, "Siapa kau? Jangan main-main denganku..." teriak Eva frustasi.

Eva membuka pintu kamar, namun terkunci. Dia berusaha membukanya, namun tetap tak bisa. Saat dia hendak keluar dari jendela, sesosok wanita berpakaian putih dan darah diwajah dan dirambutnya, seketika muncul dihadapannya. Eva berteriak, mundur kebelakang.

Dia duduk disudut ranjang, sambil menangis tersedu-sedu.

Kembali pintu kamarnya digedor-gedor tanpa henti. Disamping rumahnya, terdengar seperti langkah seseorang, Eva membeku diam. Dia berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Terdengar orang itu, seperti mengali lubang disamping rumahnya. Eva tidak berani melihat. Setelah sekian lama diam, akhirnya Eva tidak lagi mendengar suara teror itu lagi. Akhirnya dia memberanikan keluar dari jendela.

Dia melihat ada galian lubang disamping rumahnya. Eva bergidik melihatnya. Didalam lubang itu terdapat kertas, Eva mengambilnya dan membacanya.

"Kau akan mati." Eva kembali gemetar.

 Lalu berlari meninggalkan rumah, tidak jauh dari sana, kembali dia diteror sama boneka, yang wajahnya terlihat hancur, berlumuran darah. Eva segera berlari dan berteriak meminta tolong. Beberapa menit kemudian warga ramai-ramai menemui Eva.

Eva menceritakan semua kejadian yang baru saja dialaminya. Para warga mendatangi rumah Eva. Mereka mengerutkan kening, rumah Eva terlihat bersih, dan mereka juga memeriksa dapur dan kamar Eva. Semuanya terlihat aman-aman saja, tidak seperti yang diceritakan Eva. Eva berusaha menyakinkan warga, bahwa dia tidak berbohong. Namun warga hanya diam, salah satu dari mereka pun menganti jendela Eva pakai terali.

"Tapi, kok cuma rumah kamu saja ya yang diteror? Warga yang patroli malam tadi, nggak ada melihat keanehan, dan malam tadi rumah-rumah warga aman-aman saja. Kenapa pas pulang dan disiang hari kamu juga diteror?" tanya ibu-ibu yang heran dengan kejadian yang menimpa Eva.

"Bukan apa, soalnya pas kejadian pembunuhan itu, banyak warga yang jadi korban tanpa pandang bulu. Tapi ini kok, hanya dirumahmu saja. Coba kamu pikirkan, mungkin ada musuh atau orang yang tidak suka padamu. Sehingga membuatmu ketakutan seperti ini." ucap salah satu warga. Saat para warga sudah pulang.

Kembali Eva diteror. Saat dia dikamar, terdengar suara seseorang berjalan diluar kamarnya. Suara berat dan lambat, seperti menyeret sesuatu diruang tengah.

Dengan tangan gemetar, perlahan Eva membuka pintu kamar. Dia mengintip dicelah pintu.

Terlihat seorang pria tengah menyeret cangkul yang kotor. Tubuh pria itu dipenuhi lumpur, dan ditangannya tergenggam kain lusuh seperti baju Fatur, saat terakhir dia dimasukkan kedalam penjara. Eva menutup mulutnya, menahan napas. Seketika sosok itu berbalik, wajahnya samar melihat kearah pintu kamar Eva. Bola matanya terlihat merah, wajahnya juga terlihat hancur dan berdarah-darah.

Eva ngeri melihat sosok itu. Lebih ngeri lagi sosok itu berlari membawa cangkul mendekati kamarnya. Eva cepat-cepat menutup kamar dan mengkuncinya. Jantungnya berdegup kencang, dia hanya terdiam. Sosok itu berusaha membuka pintu kamar Eva.

Menggedor-gedornya berkali-kali, bahkan pintu dipukul-pukul pakai cangkul tersebut. Makin lama, pintu nampak sedikit berlubang. Eva semakin ketakutan, dan berlari kekamar mandi dan mengkuncinya. Dia keluar setelah beberapa jam bersembunyi dikamar mandi. Dia lemas. Ditambah lagi dia belum sarapan.

Namun keheningan beberapa saat berubah menjadi menakutkan lagi. Eva memengang dadanya, napasnya terengah-engah. Dia menempelkan telinganya dipintu, berharap sosok itu tidak ada lagi.

"Apakah dia sudah pergi?" gumam Eva. Namun keheningan itu hanya sesaat.

"Eva..." suara berat itu terdengar dibalik pintu. Eva membekap mulutnya.

Menahan supaya tidak berteriak. Sosok itu tahu namannya. Bagaimana mungkin? Dia siapa? Lalu, suara sesuatu diseret kembali terdengar. Namun kali ini, suara itu terdengar mendekat ke sisi jendela kamar. Eva melangkah mundur, menyadari sosok itu sekarang mencoba masuk kedalam kamar.

Diluar jendela, samar-samar dia melihat bayangan tubuh penuh lumpur itu. Pria itu memukul cangkulnya kearah jendela. Eva hanya diam membeku ditempat. Tubuhnya tak kaku hendak melarikan diri. Pria itu menerjang jendela dengan kakinya. Terlihat lumpur membekas dijendela. Matanya memerah menatap Eva, sedangkan disudut bibirnya terlihat robek, darah segar masih menempel dibibirnya.

Pria itu menjulurkan tangannya ditengah pecahan kaca jendela, mencoba membuka jendela. Eva menarik napas. Dia berusaha bergerak untuk mengagalkan sosok itu masuk. Eva mengambil bantal dan memukul tangan itu. Sang pria semakin cepat mengangkat cangkulnya keatas menghantam kaca jendela. Eva merasa putus asa. Ditengah kegaduhan terdengar suara langkah kaki dari ruang tengah. Langkah itu cepat dan tegas.

Eva berjalan menuju pintu. Dia merasa ada harapan orang lain akan menolongnya. Tapi ada juga secercah ketakutan yang hinggap pada dirinya.

"Siapa yang datang?" gumam Eva. Namun pria berlumpur dijendela masih berusaha masuk.

"Eva kamu dimana?" ujar pria diruang tengah. Eva berusaha mendengarkan dengan baik, memastikan bahwa itu benar-benar manusia dan seseorang yang baik dan mau menolongnya.

"Eva... Kamu dimana sih?" ujarnya lagi. Eva menghela napas pelan. Dia yakin itu manusia. saat dia membuka pintu, dia kaget melihat sosok berwajah hitam legam memegang cangkul dan memukul pintu kamarnya. Dia tertawa cukup keras. Terdengar mengerikan. Akhirnya Eva pingsan. Saat bangun, dia sudah berada di ranjang. Dia cepat-cepat melihat jendela, kacanya jendelanya utuh.

"Bukannya tadi pecah ya? Dimana pria berlumpur itu?" gumamnya. Kepalanya terasa sakit, dan badannya lemas. Karena belum makan. Dia keluar dari kamar dan pergi membeli makanan. Dia memutuskan untuk menginap dirumah temannya.

Terpopuler

Comments

Abu Yub

Abu Yub

lanjut thor/Ok/

2025-03-27

1

lihat semua
Episodes
1 Akhir yang berdarah
2 Narapidana
3 Maladaptive daydreamer
4 Malam Petaka
5 Kejutan Dari Tuhan
6 Harapan Baru
7 Permulaan
8 Hiburan Malam
9 Membalas sang bayangan
10 Vonis
11 Pelakor yang tersakiti
12 Tunggu aku disana
13 Untukmu Astuti
14 Ayah yang gagal
15 Bui
16 Kau akan mati
17 Teror
18 Kehidupan yang terbalik
19 Mimpi Buruk
20 Hari-hari yang mencekam
21 Belancang
22 Permainan Akan Berakhir
23 Wanita Iblis
24 Penyelidikan
25 Teka teki
26 Cindai
27 Penyergapan
28 Dominasi
29 Lawan
30 Playing Victim
31 Raja Kegelapan
32 Fiko vs Eva
33 Terjebak di masalah yang sama
34 Sabotase
35 Bertemu dengan Fatur, adalah maut bagi mereka
36 Pertemuan
37 Gara-gara belacan
38 Harusnya aku
39 Jangan pernah lupa
40 Mengusik
41 Permainan baru saja dimulai
42 Prilaku terbaik didunia
43 Segenap Jiwa yang hilang
44 Manipulator
45 Asusila
46 Kejutan
47 Liburan ke Panti
48 Dukungan Fatur
49 Penjagaan ketat
50 Pembicara kedamaian
51 Propaganda
52 Berjuang demi kedamaian
53 Debat panas
54 Duta perdamaian
55 Baba yang terbaik
56 Kenapa kau begitu dingin?
57 Bukan siapa-siapa
58 Dia, bukan siapa-siapaku
59 Memanipulasi
60 Melindungi?
61 Porak poranda
62 Penjemputan obat-obatan
63 Cari Perhatian
64 Tengil
65 Calon Abang ipar
66 Badut-badut lumpur
67 Ketegangan di pengungsi
68 Demo
69 Serangan panik
70 Jatuh lagi
71 Capek, Tuhan
72 Kelinci gesit
73 Kami, ingin kamu pulang
74 Manusia Kelinci tidak tahu diri
75 Devil
76 Bantuan jalur udara
77 Penyerangan
78 Misteri kematian pak Hanif
79 Jejak berdarah
80 Luka di Bawah Langit Malam
81 Jejak Luka di Malam Kelam
82 Teror yang tak berhenti
83 Bayang-bayang kematian
84 Jejak darah di desa Pasir
85 Rahasia kematian di desa Pasir
86 Siapa yang membunuh Agus?
87 Benang Merah pembunuhan di desa Pasir
88 Siapa pria bermasker itu?
89 Malam panjang di desa Pasir
90 Rahasia kelam di desa Pasir
91 Di Jebak atau terjebak?
92 Tidak mau ambil resiko
93 Malam tanpa rumah
94 Jejak kematian di desa Pasir
95 Perdebatan tanpa Akhir
96 Sebuah Rencana
97 Satu bulan menuju kebenaran
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Akhir yang berdarah
2
Narapidana
3
Maladaptive daydreamer
4
Malam Petaka
5
Kejutan Dari Tuhan
6
Harapan Baru
7
Permulaan
8
Hiburan Malam
9
Membalas sang bayangan
10
Vonis
11
Pelakor yang tersakiti
12
Tunggu aku disana
13
Untukmu Astuti
14
Ayah yang gagal
15
Bui
16
Kau akan mati
17
Teror
18
Kehidupan yang terbalik
19
Mimpi Buruk
20
Hari-hari yang mencekam
21
Belancang
22
Permainan Akan Berakhir
23
Wanita Iblis
24
Penyelidikan
25
Teka teki
26
Cindai
27
Penyergapan
28
Dominasi
29
Lawan
30
Playing Victim
31
Raja Kegelapan
32
Fiko vs Eva
33
Terjebak di masalah yang sama
34
Sabotase
35
Bertemu dengan Fatur, adalah maut bagi mereka
36
Pertemuan
37
Gara-gara belacan
38
Harusnya aku
39
Jangan pernah lupa
40
Mengusik
41
Permainan baru saja dimulai
42
Prilaku terbaik didunia
43
Segenap Jiwa yang hilang
44
Manipulator
45
Asusila
46
Kejutan
47
Liburan ke Panti
48
Dukungan Fatur
49
Penjagaan ketat
50
Pembicara kedamaian
51
Propaganda
52
Berjuang demi kedamaian
53
Debat panas
54
Duta perdamaian
55
Baba yang terbaik
56
Kenapa kau begitu dingin?
57
Bukan siapa-siapa
58
Dia, bukan siapa-siapaku
59
Memanipulasi
60
Melindungi?
61
Porak poranda
62
Penjemputan obat-obatan
63
Cari Perhatian
64
Tengil
65
Calon Abang ipar
66
Badut-badut lumpur
67
Ketegangan di pengungsi
68
Demo
69
Serangan panik
70
Jatuh lagi
71
Capek, Tuhan
72
Kelinci gesit
73
Kami, ingin kamu pulang
74
Manusia Kelinci tidak tahu diri
75
Devil
76
Bantuan jalur udara
77
Penyerangan
78
Misteri kematian pak Hanif
79
Jejak berdarah
80
Luka di Bawah Langit Malam
81
Jejak Luka di Malam Kelam
82
Teror yang tak berhenti
83
Bayang-bayang kematian
84
Jejak darah di desa Pasir
85
Rahasia kematian di desa Pasir
86
Siapa yang membunuh Agus?
87
Benang Merah pembunuhan di desa Pasir
88
Siapa pria bermasker itu?
89
Malam panjang di desa Pasir
90
Rahasia kelam di desa Pasir
91
Di Jebak atau terjebak?
92
Tidak mau ambil resiko
93
Malam tanpa rumah
94
Jejak kematian di desa Pasir
95
Perdebatan tanpa Akhir
96
Sebuah Rencana
97
Satu bulan menuju kebenaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!