Vonis

"Kau pikir ini cukup untuk menakutiku? Aku sudah menghancurkan hidupmu Hasan." jawab Fatur menyepelekan Hasan.

Hasan tertawa kecil, tawa yang terdengar dingin.

"Kau tidak tahu siapa aku sebenarnya kan? Aku sudah lama hidup dalam kegelapan. Sekarang kau juga akan merasakannya."

Seketika hening, di kegelapan malam, Fatur tetap waspada. Namun tiba-tiba dari belakang, pisau telah menancap belakang Fatur. Fatur tersungkur. Kini dia tahu, ayahnya bukan hanya orang yang selalu keras pada ibu dan adik-adiknya. Tapi juga seorang pembunuh.

Fatur meringis mencoba berdiri, tapi kembali tusukan pisau kembali menancap ke pundaknya. Air mata Fatur menetes, tiba-tiba bayangan dia membunuh Vino berkelebat di ingatannya.

"Ternyata ini yang dirasakan Vino, saat sebelum dia mati!" bathinnya.

Kini dia menyadari sisi lain sang ayah. Fatur tertawa getir.

"Aku tidak akan mati ditanganmu ayah, sebelum aku membalas semua rasa sakit umi ku! Kau dan si pelakor itu harus menderita!" lirihnya.

"Kenapa? Mulai takut ya?" Hasan menendang Fatur dengan cukup keras. Fatur meringis, dia mengusap air matanya.

"Kuat Fatur. Kamu sudah sering mendapatkan kekerasan ini! Seharusnya kamu tidak perlu terkejut."

"Ini yang kau sebut balas dendam Hasan? Kau terlalu lemah!" ejek Fatur.

Hasan tersenyum tipis. Darah dari tubuh Fatur terus mengalir.

"Lemah? Kau belum melihat apa yang mampu kulakukan untuk menghancurkanmu!" ujar Hasan dingin.

Menginjak belakang Fatur. Fatur terbatuk-batuk menahan sakit. Fatur sempoyongan berdiri. Hasan kembali menyayat lengan Fatur. Dengan segala kekuataannya Fatur bangkit dan menendang Hasan dengan penuh kebencian.

"Aku tidak pernah ingin membunuhmu Hasan. Tapi aku berencana untuk membunuh mentalmu. Tapi sepertinya kamu berambisi untuk membunuhku." seru Fatur tersenyum sinis.

Hasan tertawa kecil. Hasan bangkit dengan menatap Fatur benci. Hasan hanya tersenyum kecil, lalu bangkit menghajar Fatur.

Perkelahian semakin panas. Darah membanjiri lantai rumah tersebut. Hasan menghantam kepala Fatur dengan kepala pisaunya.

"Kau hanya mengandalkan kekuataan, sedangkan aku mengunakan insting." ucap Hasan menyeringai.

Fatur hanya diam, menyerang Hasan lagi. Hasan melompat mundur, lalu kembali menyerang Fatur. Fatur bisa menghindari serangan itu. Hasan mengambil sepotong kayu di lantai dan memukul kaki Fatur. Fatur terjungkal. Dengan gerakan gesit merebut kayu yang ada ditangan Hasan, dan memukul Hasan. Hasan meringis. Fatur kembali meninju wajah Hasan. Darah berhamburan keluar dari mulutnya.

"Kau kuat. Tapi tidak cukup kuat untuk melawanku!" ujarnya sambil bangkit perlahan. Fatur mendekat, mengayunkan kayunya.

"Kau terlalu ceroboh..." ejek Hasan.

Hasan berdiri menendang kayu ditangan Fatur. Lalu berusaha menikamnya dengan pisaunya, yang baru saja dia ambil di lantai. Namun Fatur berusaha untuk menahan tangan Hasan agar tidak menikam lehernya. Tekanan dari Hasan semakin kuat, hingga membuat Fatur terjepit. Fatur berusaha meraih kayu yang tergeletak tak jauh dari nya. Dia meraihnya secara perlahan dan memukul kepala Hasan.

Hasan mengerang dan mundur beberapa langkah.

Kedunya terengah-engah berdiri saling berhadapan penuh dengan luka. Tapi tak satu pun dari mereka berniat untuk berhenti.

"Kita berdua itu sama," ujar Fatur.

"Aku adalah bayanganmu!" Fatur tertawa

 sinis. Fatur menyeka darah dari wajahnya.

"Mungkin kau benar!" jawab Hasan tersenyum dingin.

"Tapi hanya ada satu pembunuh disini dan harus ada juga yang terbunuh. Yang jelas itu bukan aku." keduanya kembali saling menyerang.

Kali ini dengan gerakan beringas. Fatur memukul kepala Hasan dengan potongan kayu, membuat pria itu terhuyung. Namun Hasan membalas menusukkan pisau di perut Fatur membuatnya berteriak kesakitan. Mereka kembali menyerang hingga keduanya jatuh tersungkur ke lantai. Kelelahan. Namun masih memancarkan kebencian yang sedang membara. Hasan bangkit dengan pisau yang masih dia genggam erat. Namun sebelum ia menyerang lagi, terdengar langkah kaki dari luar rumah. Namun Hasan mengabaikan itu semua. Kembali menyerang Fatur secara membabi buta.

"Jangan bergerak!" teriak polisi menghentikan gerak Hasan menghajar Fatur.

"Polisi?" lirih Hasan. Fatur hanya tersenyum lemah.

"Kau pikir aku bodoh datang sendirian? Kamu lah yang bodoh, hanya mengandalkan insting. Kau pikir aku hanya ingin bertarung? Tidak. Aku hanya ingin menghancurkanmu di depan semua orang!" Hasan mengertakkan giginya. Matanya penuh dendam.

"Ini belum selesai. Aku akan kembali. Disaat itu, pastikan kau punya tempat untuk berlari." polisi datang memborgol Hasan.

Fatur dibawa kerumah sakit. Hasan dan Fatur sama-sama hidup dengan naluri gelap yang tidak akan pernah padam.

Pertarungan di rumah kosong itu hanya awal dari konflik panjang antara dua pria yang sama-sama diliputi kegelapan dan dendam yang tak terpadamkan.

Hasan diadili atas tuduhan penyerangan dan pengrusakan, meskipun pihak berwajib belum menemukan identitas asli "Orang Asing" yang terlibat dalam perkelahian malam itu. Di tengah kebingungan tersebut, Fatur muncul sebagai saksi utama. Memainkan peran sebagai korban yang terluka malam itu.

Hasan tidak menyadari bahwa "orang asing" itu adalah Fatur. Merasa terpojok oleh situasi ini, ia duduk di kursi terdakwa, tatapannya tajam penuh tanda tanya, sedangkan Fatur duduk di kursi saksi dengan raut wajah polos.

Hakim membuka sidang dengan wajah serius, bertanya pada Hakim.

"Saudara Fatur, ceritakan kepada pengadilan apa yang kamu ketahui tentang kejadian di rumah kosong itu." Fatur menghela napas panjang.

Berpura-pura mencoba menenangkan hatinya. Sebelum dia berbicara. Hasan yang melihat itu, mendengus kesal, menatap Fatur tajam. Dia menduga-duga apa yang Fatur katakan. Sedangkan dia tidak ada di lokasi kejadian.

"Malam itu, saya sedang berjalan melewati rumah kosong itu. Saya mendengar suara gaduh, dan ketika saya masuk mencoba melihat apa yang terjadi, saya mendapati beliau Hasan Bahri menyerang seorang pria. Ketika pria itu melarikan diri, Hasan langsung menyerang saya tanpa alasan. Saya mencoba membela diri, tapi dia sangat agresif."

"Bohong! Dia tidak ada di lokasi kejadian dan saya tidak ada menyerangnya."

Hakim mengetukkan palu untuk menenangkan ruang sidang.

"Saudara Hasan, anda akan mendapatkan giliran untuk bicara. Diam dan biarkan dulu saksi berbicara." Fatur melanjutkan dengan suara gemetar yang dibuat-buat, untuk menarik simpatik. Hasan nampak geram. Dia tidak menyangka, Fatur bisa berakting dengan baik.

"Dia memukul saya, melemparkan benda-benda ke arah saya. Saya hampir tidak bisa keluar dari sana hidup-hidup. Saya beruntung, masih bisa hidup." suara Fatur terdengar tercekat.

"Saya tidak tahu apa tujuannya memukul saya. Tapi yang saya pikirkan, mungkin dia akan membunuh siapa saja

yang ada didekatnya malam itu."

Jaksa kemudian menyampaikan bahwa "orang asing" yang sempat berkelahi dengan Hasan menghilang tanpa jejak. Hasan mengerutkan keningnya. Ada sesuatu tidak beres. Kenapa "orang asing" itu menghilang. Pikirnya. Dia yakin, ada sesuatu yang disembunyikan dikasus ini.

"Walaupun demikian, kesaksian saudara Fatur dan bukti dari lokasi kejadian cukup memberitahu bahwa terdakwa melakukan tindakkan kekerasan dan pengrusakan." jelas Jaksa. Hasan nampak bingung.

Setelah mendengar semua kesaksian, hakim menjatuhkan putusan. "Hasan Bahri dinyatakan bersalah atas penyerangan dan pengrusakan. Terdakwa dijatuhi hukuman penjara lima tahun. Namun, mengingat korban yang dirugikan, hukuman ini kami kurangi menjadi tiga tahun, jika terdakwa bersedia menyerahkan sebaguan besar hartanya.

Setelah mendengar semua kesaksian, hakim menjatuhkan putusan. "Hasan Bahri dinyatakan bersalah atas penyerangan dan pengrusakan. Terdakwa dijatuhi hukuman penjara lima tahun. Namun, mengingat korban yang dirugikan, hukuman ini dapat dikurangi menjadi tiga tahun jika terdakwa bersedia menyerahkan kepada saudara Fatur dan menanggung biaya hidupnya hingga selesai kuliah."

"Kau pikir ini membuatmu menang? Kau hanya anak licik yang mencoba memanfaatkan keadaan."

"Keadilan tidak hanya soal hukuman, pak Hasan. Anda telah menghancurkan kehidupan saya, dan saya hanya ingin kembali membangun hidupku."

Saat sidang selesai. Saat Hasan dibawa pergi oleh petugas, dia menatap Fatur dengan dendam.

"Kau pikir ini akan selesai sampai disini saja? Aku akan membalasmu." bentak Fatur hendak menyerang Fatur. Fatur tersenyum kecil.

"Aku adalah bayanganmu ayah." bisiknya dingin. Membuat Hasan semakin marah.

"Bangsat kau..." teriak Hasan.

Fatur tersenyum puas. Hasan meringkuk di balik jeruji besi, sementara Fatur mendapatkan keuntungan dari sana. Eva yang sedari tadi saat di persidangannya sangat geram melihat Fatur. Kini mengikuti Fatur.

"Fatur..." teriak Eva. Yang dipanggil membalikkan badannya. Dia tersenyum dingin melihat Eva.

"Ada apa ibu tiriku sayang?" ujar Fatur dengan nada mengejek. Eva nampak emosi dan diliputi benci, menampar wajah Fatur dengan cukup keras. Fatur hanya tersenyum mendapat tamparan itu.

"Kenapa ibu tiriku? Kenapa kau menampar anak tirimu ini? Takut ya, karena sebagian harta ayahku, sudah bisa aku dapatkan." Fatur tertawa penuh kemenangan.

"Makanya jangan serakah jadi manusia. Menikmati sendiri uang ayahku, sedangkan aku, umiku dan adik-adikku yang menemaninya dari nol, malah disia-siakan. Aku sengaja memanfaatkan situasi ini. Karena ayah setelah berpacaran denganmu, dia melepaskan tanggungjawabnya terhadap aku. Jadi nggak salah dong, aku ambil bagianku? Kau hanya pelakor tidak tahu diri. Murahan dan menjijikkan." seru Fatur. Dia menatap Eva dingin.

"Memang kurang ajar kamu ya. Memang anak yang tak tahu diuntung." Eva kembali mencoba melayangkan kembali tamparan. Namun tangan Eva bisa ditangkap oleh Fatur. Fatur menampar wajah Eva dengan cukup keras sebelum meninggalkannya.

Terpopuler

Comments

Memed Adrianto

Memed Adrianto

pusing baca alur cerita nya ndak jelas

2025-02-08

0

lihat semua
Episodes
1 Akhir yang berdarah
2 Narapidana
3 Maladaptive daydreamer
4 Malam Petaka
5 Kejutan Dari Tuhan
6 Harapan Baru
7 Permulaan
8 Hiburan Malam
9 Membalas sang bayangan
10 Vonis
11 Pelakor yang tersakiti
12 Tunggu aku disana
13 Untukmu Astuti
14 Ayah yang gagal
15 Bui
16 Kau akan mati
17 Teror
18 Kehidupan yang terbalik
19 Mimpi Buruk
20 Hari-hari yang mencekam
21 Belancang
22 Permainan Akan Berakhir
23 Wanita Iblis
24 Penyelidikan
25 Teka teki
26 Cindai
27 Penyergapan
28 Dominasi
29 Lawan
30 Playing Victim
31 Raja Kegelapan
32 Fiko vs Eva
33 Terjebak di masalah yang sama
34 Sabotase
35 Bertemu dengan Fatur, adalah maut bagi mereka
36 Pertemuan
37 Gara-gara belacan
38 Harusnya aku
39 Jangan pernah lupa
40 Mengusik
41 Permainan baru saja dimulai
42 Prilaku terbaik didunia
43 Segenap Jiwa yang hilang
44 Manipulator
45 Asusila
46 Kejutan
47 Liburan ke Panti
48 Dukungan Fatur
49 Penjagaan ketat
50 Pembicara kedamaian
51 Propaganda
52 Berjuang demi kedamaian
53 Debat panas
54 Duta perdamaian
55 Baba yang terbaik
56 Kenapa kau begitu dingin?
57 Bukan siapa-siapa
58 Dia, bukan siapa-siapaku
59 Memanipulasi
60 Melindungi?
61 Porak poranda
62 Penjemputan obat-obatan
63 Cari Perhatian
64 Tengil
65 Calon Abang ipar
66 Badut-badut lumpur
67 Ketegangan di pengungsi
68 Demo
69 Serangan panik
70 Jatuh lagi
71 Capek, Tuhan
72 Kelinci gesit
73 Kami, ingin kamu pulang
74 Manusia Kelinci tidak tahu diri
75 Devil
76 Bantuan jalur udara
77 Penyerangan
78 Misteri kematian pak Hanif
79 Jejak berdarah
80 Luka di Bawah Langit Malam
81 Jejak Luka di Malam Kelam
82 Teror yang tak berhenti
83 Bayang-bayang kematian
84 Jejak darah di desa Pasir
85 Rahasia kematian di desa Pasir
86 Siapa yang membunuh Agus?
87 Benang Merah pembunuhan di desa Pasir
88 Siapa pria bermasker itu?
89 Malam panjang di desa Pasir
90 Rahasia kelam di desa Pasir
91 Di Jebak atau terjebak?
92 Tidak mau ambil resiko
93 Malam tanpa rumah
94 Jejak kematian di desa Pasir
95 Perdebatan tanpa Akhir
96 Sebuah Rencana
97 Satu bulan menuju kebenaran
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Akhir yang berdarah
2
Narapidana
3
Maladaptive daydreamer
4
Malam Petaka
5
Kejutan Dari Tuhan
6
Harapan Baru
7
Permulaan
8
Hiburan Malam
9
Membalas sang bayangan
10
Vonis
11
Pelakor yang tersakiti
12
Tunggu aku disana
13
Untukmu Astuti
14
Ayah yang gagal
15
Bui
16
Kau akan mati
17
Teror
18
Kehidupan yang terbalik
19
Mimpi Buruk
20
Hari-hari yang mencekam
21
Belancang
22
Permainan Akan Berakhir
23
Wanita Iblis
24
Penyelidikan
25
Teka teki
26
Cindai
27
Penyergapan
28
Dominasi
29
Lawan
30
Playing Victim
31
Raja Kegelapan
32
Fiko vs Eva
33
Terjebak di masalah yang sama
34
Sabotase
35
Bertemu dengan Fatur, adalah maut bagi mereka
36
Pertemuan
37
Gara-gara belacan
38
Harusnya aku
39
Jangan pernah lupa
40
Mengusik
41
Permainan baru saja dimulai
42
Prilaku terbaik didunia
43
Segenap Jiwa yang hilang
44
Manipulator
45
Asusila
46
Kejutan
47
Liburan ke Panti
48
Dukungan Fatur
49
Penjagaan ketat
50
Pembicara kedamaian
51
Propaganda
52
Berjuang demi kedamaian
53
Debat panas
54
Duta perdamaian
55
Baba yang terbaik
56
Kenapa kau begitu dingin?
57
Bukan siapa-siapa
58
Dia, bukan siapa-siapaku
59
Memanipulasi
60
Melindungi?
61
Porak poranda
62
Penjemputan obat-obatan
63
Cari Perhatian
64
Tengil
65
Calon Abang ipar
66
Badut-badut lumpur
67
Ketegangan di pengungsi
68
Demo
69
Serangan panik
70
Jatuh lagi
71
Capek, Tuhan
72
Kelinci gesit
73
Kami, ingin kamu pulang
74
Manusia Kelinci tidak tahu diri
75
Devil
76
Bantuan jalur udara
77
Penyerangan
78
Misteri kematian pak Hanif
79
Jejak berdarah
80
Luka di Bawah Langit Malam
81
Jejak Luka di Malam Kelam
82
Teror yang tak berhenti
83
Bayang-bayang kematian
84
Jejak darah di desa Pasir
85
Rahasia kematian di desa Pasir
86
Siapa yang membunuh Agus?
87
Benang Merah pembunuhan di desa Pasir
88
Siapa pria bermasker itu?
89
Malam panjang di desa Pasir
90
Rahasia kelam di desa Pasir
91
Di Jebak atau terjebak?
92
Tidak mau ambil resiko
93
Malam tanpa rumah
94
Jejak kematian di desa Pasir
95
Perdebatan tanpa Akhir
96
Sebuah Rencana
97
Satu bulan menuju kebenaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!