Malam Petaka

FLASHBACK

Saat itu dunia seperti tahu, apa yang akan terjadi dirumah tangga Hasan Bahri yang sudah berjalan 6 tahun. Seharian suntuk, tak melihat matahari sedikit pun. Mendung. Seperti biasanya, Zainab disiang-siang seperti ini, selalu disibukkan oleh pekerjaan rumah dan lainnya. Siang itu dia disibukkan mencuci pakaian, sehingga tidak sadar kalau suaminya sudah pulang dari menebas rumput disekeliling rumah.

Bencana itu pun datang, disiang yang mendung itu. Tatkala Hasan Bahri, menemukan Melinda yang baru berusia 3 bulan, tertidur dibawah dapur kayu, ditambah lagi anak itu, tertidur disaat buang air besar. Langsung saja amarah sang ayah memuncak keubun-ubun, dan mendatangi istrinya yang sedang sibuk mencuci pakaian. Zainab kaget, ketika semua pakaian diember yang sudah dicuci diambil satu persatu, dan dilemparkannya ketanah, lalu ember yang kosong dilempar kedinding rumah.

“Ada apa sih bang?" Zainab menghembus nafas panjang, terlihat rona kekesalannya terhadap sang suami. Wanita itu mengurut-urut dadanya pelan, agar lebih bisa sabar menghadapi suaminya ini. Sudah biasa pertengkaran terjadi dirumah tangganya. Hampir setiap hari.

“Dasar perempuan tidak berguna. Mengurus anak saja tidak becus, lalu apa yang kau bisa lakukan perempuan bodoh?" teriak Hasan bergema diseluruh ruangan. Hasan bercakak pinggang. Angkuh. Seolah-olah dia adalah dewa, ketika marah. Harus berhati-hati dan harus ditakuti.

Tetapi perempuan yang ada didepannya itu, bukanlah perempuan sembarangan, yang memiliki rasa takut pada lelaki didepannya itu. Dia tidak takut sama sekali. Dia bisa saja melawan, kalau dia mau. Namun hari ini, dia mencoba untuk lebih sabar, agar masalah ini tidak akan melebar, dan tetangga tau lagi mereka bertengkar.

“Ada apa sih bang? datang-datang malah marah-marah? Abang rindu aku ya? kalau rindu bilang aja rindu bang, nggak usah malu-malu. Jangan marah itu dijadikan alasan untuk mendapat perhatianku.”

Zainab berdiri mengelus-elus tangan kekar suaminya itu mesra. Sedikit kerlingan mata genit, dan suara yang sok-sok dilembutkan. Namun respon Hasan, diluar dugaan Zainab. Dia mendorong istrinya, hingga terjatuh kedinding rumah mereka. Kepala zainab terbentur kedinding,  membuat wanita itu meringis kesakitan. Drama pertengkaran itu tidak hanya sampai disitu saja. Ternyata drama pertengkaran ini masih terus berlanjut.

“Kau sama sekali tidak becus menjadi seorang istri dan ibu. Sekarang kau masuk kerumah dan lihatlah anakmu. Lihat apa yang terjadi padanya!" perintah Hasan, menarik tangan Zainab kasar memasuki rumah.

Zainab terpekur, melihat keadaan Melinda tidur dibawah dapur kayu. Sebelum dia mengambil buah hatinya. Sejenak ia sempat melirik kesuaminya. Dia tidak habis pikir, kenapa suaminya itu tidak langsung memindahkan sang anak ketempat yang lebih bersih, sebelum menemui  dirinya dan memarahinya. Bukan satu hal yang sulit, jika menyangkut perihal memindahkan saja.

Setelah memandikan Melinda, dia pikir suaminya sudah reda amarahnya. Namun Hasan masih tetap menyimpan kekesalan terhadap sang istri. Ketika hendak menidurkan Melinda, Hasan mendekati sang istri. Tanpa basa-basi menarik tangan Zainab kasar, mendorongnya hingga terjatuh dengan keras kelantai.

Tak sampai disitu, Hasan menempeleng wajah Zainab hingga tersungkur. Zainab bangkit dengan rasa sakit bercampur sedih dihatinya. Dia berdiri menatap suaminya tanpa berkedip. Ditatap seperti itu, membuat darah suaminya semakin naik darah. Dia merasa istrinya menantang dirinya.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau menantangku? Marah padaku dan tidak terima diperlakukan seperti ini?" Zainab menarik nafas panjang.

 “Kenapa sih bang, abang selalu saja berbicara kasar denganku?  Bisa tidak, sekali saja abang bersikap lembut kepada istrinya? Aku ini istrimu, bang!!  Bukan seseorang untuk dijadikan lampiasan amarah dan kekesalan."

ucapan Zainab, membuat Hasan semakin berang.

Terjadilah malapetaka yang sesungguhnya, keduanya beradu argument lagi. Tidak ada satupun yang mau mengalah. Keduanya telah tersulut emosi. Siapa sih yang tidak tersulut emosi, jika disetiap pertengakaran, selalu mengusik keluarga Zainab. Keluarga Zainab, dimata Hasan itu tidak ada apa-apanya. Bagi Hasan keluarga Zainab itu manusia-manusia bodoh, tidak berpengalaman, tidak berpendidikan.

Siapa sih yang tidak sakit hati, jika keluarga sendiri dikatai seperti itu, lebih-lebih lagi yang dikatai itu adalah ayah dan ibunya. Seperti biasanya yang telah menjadi kebiasaan dikampung Pasir itu, selalu jika ada pertengkaran, selalu banyak orang yang datang untuk melerai dan ada yang datang hanya untuk menonton saja.

Melinda yang tadi tertidur, setelah disusui oleh Zainab. Akhirnya terbangun disebabkan, teriakkan Hasan memaki-maki Zainab beserta keluarganya. Seorang bocah, berumur empat tahun berdiri diam disudut ruangan menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya. Salah satu para tetangga, mengendong Melinda dan mencoba menenangkannya, begitu pun dengan anak laki-laki yang berdiri disudut ruangan tadi.

Fatur, Melinda, beserta ibunya suka sekali menonton tv dirumah tetangga. Malam itu bisa dikatakan malam petaka, bagi ketiga orang ini. saat pulang dari menonton tv, berulang kali pintu diketuk. Tidak ada jawaban dari dalam. Bahkan seseorang yang berada didalam rumah semakin meringkuk, tak mau ambil peduli siapa yang, mengetuk pintu tengah malam seperti ini. Padahal jelas-jelas dia sudah tau, siapa si pengetuk pintu. Yang tak lain dan tak bukan, adalah istri beserta anak-anaknya.

Dia lebih memilih diam. Baginya tidur adalah segala-galanya, diluar itu tidak penting sama sekali.

Akhirnya setelah beberapa kali tidak ada jawaban dari dalam rumah. Zainab memutuskan tidur didapur. Zainab memeluk kedua anaknya itu, agar mereka tidak takut. Padahal dirinya, juga takut akan terjadi sesuatu lebih buruk lagi. Apalagi disekeliling dapur, masih ada yang tidak didinding. Terlihat kali semak-semak belukar didepan mereka. Zainab makin ngeri, jika membayangkan ada sesuatu yang datang dari balik-balik semak belukar itu. Yang bisa membahayakan dirinya, dan juga anak-anaknya.

Zainab terperanjat ketika air satu ember mengguyur dirinya dan juga anak-anaknya yang berada diperlukannya. Zainab menoleh, melihat siapa yang telah menyiram dirinya dan pelakunya adalah sang suaminya sendiri. Zainab menatap suaminya sendu. Kenapa suaminya bisa sekejam itu, kepada anak dan juga istrinya.

"Mana sarapan paginya? Kok belum masak? Dasar pemalas!" bentak Hasan menendang Halimah. Halimah hanya menghela napas panjang. Saat sudah memasak. Dia mendengar keributan di jalan depan rumahnya. Zainab mendekati kerumunan itu dan bertanya dengan salah satu tetangga.

“Ada apa ni pak? Kok rame sekali?" tanya Zainab kepada salah satu tetangga.

“Biasalah bu, seperti yang sering terjadi beberapa tahun belakangan ini. Selalu terjadi pembunuhan dirumah kosong ini. Beberapa orang tetangga telah menemukan bagian tubuh terpotong dan selalu terdapat sepucuk surat yang bertulisan, "Untuk korban berikutnya, harus lebih hati-hati lagi..." Zainab mengeryitkan dahinya, bingung dengan apa yang terjadi.

“Ya sudahlah pak, semoga pembunuhnya cepat ditemukan. Kita berdoa saja! tidak ada kejahatan yang abadi didunia ini pak. Saya permisi dulu ya pak" Zainab undur diri, segera melangkah masuk kedalam rumah. Saat didalam rumah, dia menatapi kedua anaknya intens.

Dia sangat bersyukur, malam tadi mereka terbebas dari pembunuhan keji itu. Jika mereka yang jadi korban apa jadinya hidup mereka, berakhir ditangan pecundang yang tak memiliki rasa kemanusiaan. Zainab mendekati sang buah hati, mengelus-elus pipi keduanya, dan menyelimuti keduanya.

Sedangkan sang suami, setelah tragedi penyiraman air ditubuhnya, pergi entah kemana.

“Umi, umi lagi apa?" tanya Fatur kepada ibunya itu.

“hay sayang, anak umi udah bangun? Fatur lapar ya?  Bentar ya nak, umi lagi goreng belacan kesukaan Fatur." kata sang ibu tersenyum, mengelus-elus wajah tampan anaknya itu.

Men cuil hidung putranya, dan mengelitiknya gemas. Anak itu tertawa menghindari gelitikan  sang ibu. Zainab berhenti  mengelitik sang buah hati, ketika dilihatnya Fatur sudah tidak kuat menahan gelitikan dirinya.

“Apa yang bisa Fatur bantu umi?" Fatur mendekati ibunya, memandangi wajah yang tak pernah lelah dimakan usia itu. Walaupun dunia begitu kejam pada dirinya. Memandangi tangan sang ibu menggoreng terasi. Setelah semuanya siap, Fatur mengambil piringnya untuk diisi nasi dan terasi oleh ibunya.

                         ***

"Aku sangat suka goreng terasi, makan dengan nasi hangat, rasanya nikmat sekali..." linangan air mata mulai mengalir di mata Fatur.

"Aku hargai setiap perhatian yang diberikan oleh umiku. Tapi siapa sih yang bisa menerima, jika tidak dijadikan prioritas dalam keluarganya? Mungkin aku terlalu banyak menuntut, atau aku memang haus kasih sayang. Pantas jika aku haus perhatian, karena sedari kecil aku tidak pernah mendapat belaian kasih sayang dari ayahku." tetesan air mata menetes deras di pipinya, lalu cepat-cepat dia hapus. Dia tidak mau terlihat lemah di depan Astuti.

Terpopuler

Comments

Graziela Lima

Graziela Lima

Cerita yang mampu.

2024-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 Akhir yang berdarah
2 Narapidana
3 Maladaptive daydreamer
4 Malam Petaka
5 Kejutan Dari Tuhan
6 Harapan Baru
7 Permulaan
8 Hiburan Malam
9 Membalas sang bayangan
10 Vonis
11 Pelakor yang tersakiti
12 Tunggu aku disana
13 Untukmu Astuti
14 Ayah yang gagal
15 Bui
16 Kau akan mati
17 Teror
18 Kehidupan yang terbalik
19 Mimpi Buruk
20 Hari-hari yang mencekam
21 Belancang
22 Permainan Akan Berakhir
23 Wanita Iblis
24 Penyelidikan
25 Teka teki
26 Cindai
27 Penyergapan
28 Dominasi
29 Lawan
30 Playing Victim
31 Raja Kegelapan
32 Fiko vs Eva
33 Terjebak di masalah yang sama
34 Sabotase
35 Bertemu dengan Fatur, adalah maut bagi mereka
36 Pertemuan
37 Gara-gara belacan
38 Harusnya aku
39 Jangan pernah lupa
40 Mengusik
41 Permainan baru saja dimulai
42 Prilaku terbaik didunia
43 Segenap Jiwa yang hilang
44 Manipulator
45 Asusila
46 Kejutan
47 Liburan ke Panti
48 Dukungan Fatur
49 Penjagaan ketat
50 Pembicara kedamaian
51 Propaganda
52 Berjuang demi kedamaian
53 Debat panas
54 Duta perdamaian
55 Baba yang terbaik
56 Kenapa kau begitu dingin?
57 Bukan siapa-siapa
58 Dia, bukan siapa-siapaku
59 Memanipulasi
60 Melindungi?
61 Porak poranda
62 Penjemputan obat-obatan
63 Cari Perhatian
64 Tengil
65 Calon Abang ipar
66 Badut-badut lumpur
67 Ketegangan di pengungsi
68 Demo
69 Serangan panik
70 Jatuh lagi
71 Capek, Tuhan
72 Kelinci gesit
73 Kami, ingin kamu pulang
74 Manusia Kelinci tidak tahu diri
75 Devil
76 Bantuan jalur udara
77 Penyerangan
78 Misteri kematian pak Hanif
79 Jejak berdarah
80 Luka di Bawah Langit Malam
81 Jejak Luka di Malam Kelam
82 Teror yang tak berhenti
83 Bayang-bayang kematian
84 Jejak darah di desa Pasir
85 Rahasia kematian di desa Pasir
86 Siapa yang membunuh Agus?
87 Benang Merah pembunuhan di desa Pasir
88 Siapa pria bermasker itu?
89 Malam panjang di desa Pasir
90 Rahasia kelam di desa Pasir
91 Di Jebak atau terjebak?
92 Tidak mau ambil resiko
93 Malam tanpa rumah
94 Jejak kematian di desa Pasir
95 Perdebatan tanpa Akhir
96 Sebuah Rencana
97 Satu bulan menuju kebenaran
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Akhir yang berdarah
2
Narapidana
3
Maladaptive daydreamer
4
Malam Petaka
5
Kejutan Dari Tuhan
6
Harapan Baru
7
Permulaan
8
Hiburan Malam
9
Membalas sang bayangan
10
Vonis
11
Pelakor yang tersakiti
12
Tunggu aku disana
13
Untukmu Astuti
14
Ayah yang gagal
15
Bui
16
Kau akan mati
17
Teror
18
Kehidupan yang terbalik
19
Mimpi Buruk
20
Hari-hari yang mencekam
21
Belancang
22
Permainan Akan Berakhir
23
Wanita Iblis
24
Penyelidikan
25
Teka teki
26
Cindai
27
Penyergapan
28
Dominasi
29
Lawan
30
Playing Victim
31
Raja Kegelapan
32
Fiko vs Eva
33
Terjebak di masalah yang sama
34
Sabotase
35
Bertemu dengan Fatur, adalah maut bagi mereka
36
Pertemuan
37
Gara-gara belacan
38
Harusnya aku
39
Jangan pernah lupa
40
Mengusik
41
Permainan baru saja dimulai
42
Prilaku terbaik didunia
43
Segenap Jiwa yang hilang
44
Manipulator
45
Asusila
46
Kejutan
47
Liburan ke Panti
48
Dukungan Fatur
49
Penjagaan ketat
50
Pembicara kedamaian
51
Propaganda
52
Berjuang demi kedamaian
53
Debat panas
54
Duta perdamaian
55
Baba yang terbaik
56
Kenapa kau begitu dingin?
57
Bukan siapa-siapa
58
Dia, bukan siapa-siapaku
59
Memanipulasi
60
Melindungi?
61
Porak poranda
62
Penjemputan obat-obatan
63
Cari Perhatian
64
Tengil
65
Calon Abang ipar
66
Badut-badut lumpur
67
Ketegangan di pengungsi
68
Demo
69
Serangan panik
70
Jatuh lagi
71
Capek, Tuhan
72
Kelinci gesit
73
Kami, ingin kamu pulang
74
Manusia Kelinci tidak tahu diri
75
Devil
76
Bantuan jalur udara
77
Penyerangan
78
Misteri kematian pak Hanif
79
Jejak berdarah
80
Luka di Bawah Langit Malam
81
Jejak Luka di Malam Kelam
82
Teror yang tak berhenti
83
Bayang-bayang kematian
84
Jejak darah di desa Pasir
85
Rahasia kematian di desa Pasir
86
Siapa yang membunuh Agus?
87
Benang Merah pembunuhan di desa Pasir
88
Siapa pria bermasker itu?
89
Malam panjang di desa Pasir
90
Rahasia kelam di desa Pasir
91
Di Jebak atau terjebak?
92
Tidak mau ambil resiko
93
Malam tanpa rumah
94
Jejak kematian di desa Pasir
95
Perdebatan tanpa Akhir
96
Sebuah Rencana
97
Satu bulan menuju kebenaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!