Dua minggu berlalu. Kondisi Nara mulai membaik demikian pula calon bayi yang tengah dikandungnya. Tapi oleh dokter dia masih diharuskan bedrest untuk sementara waktu agar kesehatannya benar-benar pulih lebih dulu.
Dia hanya diperbolehkan duduk di sofa kamar atau di kursi dekat jendela kamar yang menghadap ke taman samping, untuk menghilangkan kejenuhannya jika harus terus berada di atas tempat tidur. Seperti sore ini, dia meminta tolong perawat Bunga untuk membantunya duduk di samping jendela.
Setidaknya di atas kursi itu, dia bisa melihat suasana di luar rumah, walaupun masih di dalam pagar utama yang mengelilingi kediaman Yoga.
Apalagi di luar kamarnya terlihat kolam ikan hias yang cukup besar, dengan sudut siku tembok taman yang diberi hiasan air terjun, hingga terdengar suara gemericik air mengalir dari atas dan berjatuhan ke dasar kolam.
Nara tersenyum sembari melihat dan mengelusi perutnya yang mulai terasa lebih padat meskipun masih terlihat rata.
"Anak Ibu yang sehat ya, Nak. Kita berdua harus kuat dan sehat, agar bisa segera keluar dari kamar dan berjalan-jalan ke sana," ucapnya lembut dan lirih hampir tak terdengar.
Sepasang mata sendu Nara menatap kembali ke arah taman, memperhatikan air terjun buatan setinggi dua setengah meter itu.
Melihat gemericik air terjun itu tak ayal membawa ingatan Nara pada sebuah kenangan yang tercipta indah antara dirinya dan Alan, dulu.
Dulu, kala itu, di suatu sore yang masih menjelang, mereka berdua menghabiskan waktu dengan berdiri bersama di atas bebatuan kali yang besar di bawah air terjun alami di sebuah obyek wisata tak jauh dari ujung kota.
Alan memeluknya dari belakang, berdua menatap air yang mengalir turun dengan deras hingga percikannya membasahi pakaian yang mereka kenakan. Kemesraan yang tidak akan pernah dilupakannya.
Sesekali kekasihnya itu merentangkan kedua pasang tangan mereka yang saling menggenggam erat, seraya menengadahkan kepala, seolah menikmati kesejukan berbalut dinginnya hembusan angin basah yang menerpa wajah dan tubuh mereka.
Tubuh yang menyatu erat, dengan dirinya yang merasa begitu nyaman dan bahagia, berada dalam rengkuhan kedua tangan Alan yang terus menghangatkannya.
"Aku mencintaimu, Dinara Larasati. Hanya kamu yang ada di hatiku, hanya satu cintaku, yaitu dirimu yang akan aku nikahi dan aku jadikan sebagai istriku, sebagai pendamping hidupku selamanya ...," ucap Alan sore itu dengan penuh kesungguhan.
"Aku juga mencintaimu, Alandra Setiawan. Aku akan selalu menjaga hatiku untukmu, memberikan cintaku hanya untukmu, sebagai istrimu, sebagai pendamping hidupmu selamanya ...." Dan itulah yang diucapkan Nara sebagai jawaban untuk Alan.
Namun setelah semua ungkapan tulus dari hati keduanya terikrar, mengapa justru perpisahan yang harus mereka jalani saat ini.
Takdir. Takdirlah jawabannya. Takdirlah yang telah memisahkan mereka, membentangkan jarak tanpa ada lagi jalan untuk saling mendekat dan kembali menyatukan hati.
Jarak itu adalah Yoga, pernikahan Nara dengan Yoga. Jarak yang rasanya akan sangat sulit untuk ditiadakan agar Nara bisa kembali bersama dengan Alan sang kekasih hati.
Maafkan aku, Lan. Maafkan aku yang telah mengingkari ucapanku sendiri. Aku yang dulu telah berjanji untuk mendampingimu selamanya, sekarang kenyataannya akulah yang telah meninggalkanmu untuk hidup bersama orang lain.
Setelah beberapa hari ini Nara bertahan untuk tidak menangisi keadaannya, sore ini airmatanya kembali mengucur deras membasahi seluruh wajahnya, setelah mengingat kenangan terindahnya bersama Alan.
Saat tangan kanannya terus mengelusi perut ratanya, ditariknya tangan kirinya ke atas, ke arah wajahnya. Dikepalkannya telapak tangan dan jemari lentiknya menjadi satu, hingga terlihat jelas cincin permata tanda cinta pemberian Alan, satu-satunya lelaki yang akan selalu dicintainya dalam hidup ini, satu-satunya untuk selamanya.
"Aku minta maaf, Lan. Aku tahu semua ini bukan salah kita. Tapi tetap saja kenyataannya, akulah yang telah meninggalkanmu, tak bisa bersamamu lagi ...."
Lirih, Nara berbicara sambil menatap lekat cincin terindah dalam pandangan matanya itu. Berulang kali diciuminya cincin tersebut seraya terus memuaskan diri menumpahkan tangisan yang telah ditahannya selama beberapa hari.
"Apa yang harus aku lakukan, Lan? Katakan padaku, apa yang bisa aku lakukan agar setidaknya aku merasa tenang jika tahu dirimu akan baik-baik saja di sana, tanpa diriku lagi bersamamu."
Nara masih terus terisak di antara ucapan lirihnya yang terus menyebut nama sang kekasih hati.
Tiba-tiba terdengar dering nada panggilan khusus dari ponselnya yang tergeletak di tepi tempat tidur. Perawat Bunga yang setia menjaga dan menemani Nara segera bangkit dari duduknya di belakang Nara untuk mengambilkan ponsel wanita sendu itu dan menyerahkan kepada pemiliknya.
Nada dering khusus itu Nara pasang untuk menandai semua pesan dan panggilan dari Alan saja, sehingga tanpa harus melihat nama kontak yang tertera lebih dulu, dia sudah tahu jika Alan yang meneleponnya.
"Alan ...," ucap Nara setelah membuka panggilan dari Alan.
"Nara sayang, aku baik-baik saja di sini. Jadi jangan khawatirkan diriku lagi. Ingatlah saja bahwa aku selalu menjaga dan melindungimu dari sini. Dan ingatlah selalu jika aku akan selalu mencintaimu apa pun yang terjadi. Aku hanya minta satu hal padamu."
Nara terkejut mendengar semua ucapan Alan yang seolah-olah lelaki itu mendengar semua yang Nara sampaikan dalam tangisannya tadi. Dia mencoba menepis perasaan itu karena baginya sudah hal yang biasa jika ikatan rasa di antara mereka memang selalu seerat ini adanya.
"Alan, apa yang kau inginkan ...?"
"Aku hanya ingin kamu bahagia di sana, Ra. Apa pun alasannya, kamu harus bahagia. Jangan pikirkan hal yang akan membuatmu sedih dan terluka. Pikirkan saja hal-hal lain yang akan membuatmu senang dan tersenyum melewati hari-harimu di sana. Dan satu lagi ...."
"Apa?"
"Aku mencintaimu, Dinara Larasati. Aku mencintaimu sama seperti yang pernah aku ucapkan padamu di bawah air terjun sore itu. Perasaanku masih sama seperti itu dan akan selamanya seperti itu."
Deggg...!!! Nara terkejut mendengar ucapan Alan kali ini. Bagaimana dia tahu jika Nara sedang mengingat tentang kenangan mereka waktu itu?
"Alan, kamu ...."
"Aku mencintaimu, Ra. Jangan pernah lupakan itu. Dan satu hal lagi, kamu harus bahagia di sana. Hanya itu yang aku inginkan. Berbahagialah, Nara."
Nara kembali menangis. Isaknya semakin keras, membuat perawat Bunga segera memberikan beberapa lembar tisu untuknya, kemudian menyiapkan segelas air putih di samping Nara.
Perawat muda berparas ayu itu tidak pernah berbicara pada Nara selain yang berhubungan dengan kondisi kesehatannya. Mulutnya terkunci rapat, kendati selama dua minggu menjaga Nara, dia sedikit banyak sudah mengetahui semua permasalahan yang terjadi antara Alan, Nara dan Yoga.
Nara membersihkan wajahnya dengan tisu meskipun tangisnya belum juga berhenti. Kemudian dia meminum segelas air putih yang sudah disiapkan oleh Bunga.
Sambungan telepon dengan Alan masih berlangsung. Keduanya sama-sama terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Pikiran tentang mereka, tentang kisah cinta mereka, yang tak seindah harapan mereka.
Setelah sejenak menenangkan diri, Nara memantapkan hati untuk mengambil sebuah keputusan yang baru saja dipikirkannya.
Keputusan yang akan menjadi keputusan terburuk yang pernah diambilnya, karena bertentangan dengan hati kecilnya sendiri. Keputusan yang pastinya akan merubah semua tentang mereka berdua ke depannya.
Aku tidak ingin terus-menerus menjadi bebanmu, jika kita selalu berada dalam kedekatan seperti ini, Lan. Maafkan aku.
"Lan, bisakah aku meminta satu hal darimu?"
"Katakan, Ra. Apa yang kamu inginkan dariku?"
Nara menata hatinya yang gelisah, juga nafasnya yang terasa mulai sesak.
"Jangan hubungi aku lagi, Lan."
.
.
.
Jangan lupa untuk selalu menyemangati kami dengan Like, Komentar, Bintang 5, Vote & Favorit.
Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.
Salam cinta dari kami.
💜Author💜
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Zabdan N Iren
😓😓😓🥺🥺🥺
2022-06-02
0
Dinny Marni
nyeseekkk ya Allah...kenapa berasa aku yang jadi Alan padahal aku perempuan whahaha😭😭😭
2022-06-01
0
ratu adil
kshan
2022-05-25
0