Dua jam berikutnya, Alan terbangun di atas sofa dengan kepala pusing dan tubuh yang lunglai. Dilihatnya pakaian yang dia kenakan telah berubah berantakan.
Dia tidak menemukan keberadaan Nara dan juga Yoga. Namun samar-samar telinganya mendengar suara isak tangis dari dalam kamar Yoga yang berada di bagian dalam rumahnya yang cukup luas itu.
Merasa ada sesuatu yang aneh dan terjadi tanpa sepengetahuannya, Alan yang masih merasa lemas dan pusing memaksakan diri untuk berjalan tertatih ke arah kamar Yoga seraya memanggil nama kekasihnya.
Semakin dekat dengan kamar Yoga, dia semakin jelas mendengar suara tangisan yang dia pastikan itu adalah suara Nara, kekasihnya. Alan segera membuka pintu kamar di depannya itu dan tubuhnya yang semula lemas mendadak menegang penuh amarah begitu menyaksikan pemandangan menyakitkan hati di hadapan matanya.
"Yoga, apa yang sudah kamu lakukan terhadap Nara?? Kamu tahu dia adalah calon istriku ...! Kamu sendiri yang menemaniku melamarnya semalam ...!! Dasar pengkhianat kamu, Ga ...!!!"
Alan menarik paksa tubuh Yoga yang sedang membenahi pakaiannya di atas tempat tidur dan langsung meluapkan kemarahannya seketika itu juga.
Bugh ...! Buggh ...!! Bugghh ...!!!
Pukulan demi pukulan dilayangkan Alan dengan membabibuta ke arah Yoga yang hanya pasrah oleh perlakuan sahabatnya.
Di atas tempat tidur di sisi yang lain, Nara duduk menunduk memeluk tubuh polosnya yang dia tutupi dengan selimut yang ada, sementara pakaiannya masih tergeletak di lantai. Dia terus menerus menangis histeris setelah menyadari apa yang baru saja menimpanya.
.
.
.
Seandainya Yoga tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya, Alan akan tetap menikahi Nara, meski sang kekasih telah dinodai oleh sahabatnya sendiri, yang ternyata telah memendam cinta pada Nara sejak lama. Sejak pertama kali dia melihat Nara, satu tahun yang lalu.
Bahkan dari awal peristiwa itu terjadi, Alan sudah akan melaporkan perbuatan Yoga kepada pihak yang berwajib. Namun lagi-lagi dia tidak bisa berkutik lantaran Yoga berbalik mengancamnya dengan beberapa foto yang memperlihatkan dirinya dan Nara yang sedang bersama di atas tempat tidur dan seolah sedang melakukan perbuatan asusila tersebut.
Rupanya, Yoga benar-benar sudah merencanakan semuanya dengan baik dan matang. Obat bius yang dicampurkannya dalam minuman Alan dan Nara membuat mereka berdua benar-benar tidak mengingat sedikit pun apa yang telah terjadi hari itu.
Pantas saja waktu itu, Alan terbangun dengan pakaiannya yang tidak rapi lagi. Yoga bertindak dengan rencana yang runtut sehingga membuatnya menang mutlak dua kali dengan memperdaya dirinya dan sekaligus Nara. Sebaliknya, dialah yang terpaksa harus menyerah karena kalah telak.
Dan akhirnya, seperti inilah takdir hidup yang harus Alan dan Nara jalani. Kisah kasih mereka harus berujung kandas di saat impian indah pernikahan itu bahkan sudah hampir terwujud nyata.
"Alan ...."
Terdengar suara Nara memanggil nama kekasihnya, membuat Alan bergegas masuk ke dalam ruangan diikuti Yoga. Pintu ruangan itu memang sengaja dibiarkan terbuka agar Alan bisa memantau kondisi Nara dari luar.
"Aku di sini, Ra."
Alan menghampiri Nara yang sudah membuka matanya dengan tubuh yang masih terlihat sangat lemah. Ditariknya tangan Alan lalu digenggamnya erat-erat.
Alan membalasnya, lalu sebelah tangannya mengusapi kepala kekasihnya dan mencium kening Nara dengan tulus dan penuh kasih.
"Aku akan selalu menjagamu, Ra. Apapun yang terjadi!"
Yoga mengikuti masuk dan menyaksikan semuanya. Hatinya terasa sesak dan mendidih melihat wanita yang dicintainya terlihat begitu nyaman bersama Alan yang juga mencintai Nara.
Lelaki yang dikenal dingin dan arogan itu berusaha menahan emosinya. Dia mencoba bersabar, membiarkan sepasang kekasih yang akan segera terpisah itu, menikmati waktu mereka yang tersisa beberapa jam ke depan, sebelum dia menikahi Nara sesuai rencananya.
Sudut mata Nara menangkap kedatangan Yoga, lelaki yang dibencinya karena telah menodainya dan membuatnya mengandung anak dari lelaki itu. Ada ketakutan yang seketika terlihat dalam sorotan matanya yang redup.
Alan tidak peduli dengan keberadaan Yoga di dalam ruangan. Yang ada dalam pikirannya hanyalah Nara, kesehatan Nara dan ... kondisi kandungannya. Hatinya seketika terasa sesak jika mengingat hal terakhir tersebut.
Namun dia tidak lagi bisa egois dengan hanya memikirkan Nara seorang, karena sekarang ada nyawa lain di dalam tubuh kekasihnya yang tak lama lagi akan menjadi istri orang lain, yakni sahabatnya sendiri. Sahabat yang telah menikamnya dari belakang.
"Kamu tidak apa-apa, Ra? Di mana yang masih terasa sakit?"
Alan memastikan keadaan Nara tidak seburuk ketakutannya saat melihat wanita itu tiba-tiba terjatuh lemas tak sadarkan diri dalam pelukannya.
Nara menggeleng lemah. Dia terus menggenggam tangan Alan, tidak ingin ditinggalkan oleh lelaki itu, meskipun ada Yoga di sana yang memperhatikan interaksi mereka berdua dengan amarah yang tertahan di dalam dirinya.
Biarlah kali ini dia mengalah, membiarkan wanita yang dia cintai, yang sedang mengandung calon anaknya itu, tetap bersama lelaki yang dicintainya.
Biarlah saat ini dia menahan kecemburuannya karena melihat calon istrinya terus bermanja pada lelaki lain, yang tak lama lagi akan menjadi mantan kekasihnya, mantan tunangannya, mantan calon suami Nara.
Karena saat hari berganti esok, dialah yang akan resmi menyandang status sebagai suaminya, suami dari Nara, wanita yang telah dicintainya sejak lama, dan akhirnya bisa dimilikinya, meski dengan cara yang salah, cara yang gila, cara yang licik dan penuh tipu daya.
Apapun yang kamu pikirkan tentang diriku, aku tidak peduli, Ra. Namun satu yang pasti dan benar adanya adalah bahwa aku mencintaimu ....
"Jangan pergi, Lan." Tatapan Nara memelas dan penuh harap, tak ingin ditinggalkan oleh lelaki yang sangat dicintainya itu.
"Temani aku malam ini. Aku takut ...." Bola mata wanita itu bergerak ke samping, melirik sekilas ke arah Yoga yang berdiri jauh dari tempat tidur.
"Aku tidak akan ke mana-mana, Ra. Aku akan bersamamu sepanjang malam ini."
Anggukan kepala dan ciuman hangat di punggung tangannya, membuat sudut bibir Nara sedikit terangkat dan menampakkan senyum tipis.
Pintu ruangan terbuka lagi, sepasang suami-istri paruh baya masuk tanpa permisi dan langsung menghampiri Nara. Mereka adalah kedua orangtua Nara. Alan menyambut mereka dan mencium punggung tangan mereka bergantian.
"Kamu tidak apa-apa, Nak? Apa yang terjadi?" Ibu sudah berdiri di samping putri tersayangnya. Lagi-lagi Nara menggeleng lemah.
Bapak yang menyadari keberadaan Yoga di sana, wajahnya seketika berubah suram dan penuh amarah. Sementara lelaki itu tahu diri dan hanya diam di tempatnya.
Meskipun Yoga sudah mendatangi kediaman orangtua Nara dan menyatakan pertanggungjawabannya untuk menikahi Nara, orangtua Nara tetap tidak menyetujuinya karena bagi mereka calon menantu mereka adalah Alan dan dialah yang seharusnya menikah dengan si putri sulung.
Tapi entah mengapa, sekalipun belum mendapatkan restu dari calon mertuanya, Yoga tetap bersikeras menyiapkan pernikahannya dengan Nara esok hari. Hanya ijab qobul di rumah lelaki sebatang kara itu, dan tanpa dihadiri orang lain selain penghulu dan para saksi.
Terkesan egois memang, tetapi Yoga dengan kekuasaannya tidak ingin dibantah. Dia ingin pernikahannya dengan Nara dilaksanakan sesegera mungkin dan harus sah secara agama juga hukum negara, sehingga ke depannya tidak akan ada pihak lain yang bisa menganggu pernikahannya dengan wanita yang dicintainya tersebut.
Cinta gila yang membuatnya menghalalkan segala cara demi dapat memiliki Nara meskipun harus merebutnya dengan paksa dari calon suami seharusnya, yaitu Alan sahabatnya sendiri.
"Besok pagi, Nara akan saya bawa pulang ke rumah dan pernikahan kami akan dilaksanakan tepat pukul sepuluh pagi. Saya harap Bapak dan Ibu hadir tepat waktu karena Bapak harus menjadi wali nikah Nara."
.
.
.
Jangan lupa untuk selalu menyemangati kami dengan Like, Komentar, Bintang 5, Vote & Favorit.
Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.
Salam cinta dari kami.
💜Author💜
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Citraleka Dhami
Hay kak aku mampir nih
2023-06-07
0
Ai Hodijah
sebenarnya jodoh itu gak ada yang tau,tapi kalau caranya seperti itu ya salah juga,semoga nantinya mereka ada cinta meskipun di awalnya salah
2023-04-01
0
Fira Ummu Arfi
likeeeee kakk 💃💃
tinggalin jejak jg di novelku yaa kak, ASIYAH AKHIR ZAMAN.. mksh 😊
2022-08-10
0