Setelah melihat mobil yang dinaiki oleh keluarga Santoso meledak di dasar jurang. Lelaki tersebut pun membawa Ray pergi dari sana. Ray yang masih terlelap dalam gendongannya pun terbangun akibat guncangan dari tubuh lelaki itu.
"Eehh? Paman siapa? Mami mana? Papi mana?" tanya Ray yang tidak melihat kedua orangtuanya tersebut.
Namun lelaki itu bungkam. Dia tidak sedikitpun menjawab pertanyaan dari bibir mungil bocah tersebut. Ray yang ketakutan karena dibawa oleh orang asing tersebut pun berteriak dan memukul-mukul tubuh lelaki itu.
"Lepaskan! Mami! Papi! Tolong ... Tolong Ray!" teriak Ray dengan begitu kerasnya.
"Diam! Kalau tidak aku lempar tubuhmu ini ke dasar jurang!" bentak lelaki tersebut.
Ray yang mendengar itupun langsung terdiam. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Namun air matanya setia menetes tanpa henti. Dia begitu rindu akan Mami dan Papinya.
"Mami Papi tolong Ray. Ray takut!" ujarnya lirih.
*****
Reynaldi terlihat sangat syok saat mendapat kabar dari orang kepercayaannya jika putra semata wayangnya dan menantunya telah tewas. Lelaki paruh baya itupun berjalan perlahan dengan air mata yang mengalir deras dipipinya.
"Tidak ... Tidak ... Ini tidak mungkin. Itu pasti bukan mobil anakku. Tidak mungkin!" teriak Reynaldi frustasi.
Para pengawal dan pelayan yang ada di sana pun hanya menunduk terdiam tanpa berani melihat wajah tuannya yang sedang berduka. Mereka turut bersedih atas kehilangan tuan dan nona mudanya tersebut.
"Lalu ... Dimana Ray? Dimana cucuku itu berada?" tanya Reynaldi disela-sela tangisnya mengingat akan cucu lelakinya tersebut.
"Maaf tuan, kami tidak menemukan adanya tuan muda." jawab salah satu orang kepercayaannya itu.
"Apa? Lalu dimana cucuku sekarang!" tanya Reynaldi yang begitu frustasi.
Lelaki itu berharap jika cucunya dalam keadaan baik-baik saja. Hanya Ray lah satu-satunya harapan dan penerus garis keturunannya.
"Kami masih mencari keberadaan tuan muda, tuan!" ujar orang itu.
"Cepat cari cucuku! Temukan dia! Jangan sampai dia terluka atau kalian semua akan ku penggal!" teriak Reynaldi yang begitu marah dan frustasi.
"Baik tuan." tukas orang tersebut lalu pergi dari hadapan tuannya dan pergi mencari pewaris keluarga Wijaya tersebut.
*****
"Saya sudah melakukan apa yang tuan minta. Sekarang lepaskan anak saya tuan!" ujar lelaki itu dengan tatapan tajam.
Lelaki yang duduk dibalik kursi kerjanya itu hanya tertawa mendengar ucapan dari suruhannya tersebut.
"Bagus!Aku suka dengan cara kerja mu!. Kau menepati semua janjimu." tukas lelaki itu dengan senangnya. Dia pun membalikkan kursi yang tadinya menghadap dinding ruangan tersebut.
Nampak dengan jelas lelaki paruh baya yang masih terlihat sangat gagah duduk dengan kaki menyilang di sana. Lelaki itu adalah Jaejoong. Dia tertawa dengan puasnya. Karena telah berhasil menyingkirkan penerus keluarga Wijaya, musuh sekaligus saingan bisnisnya.
"Lalu dimana anak dari lelaki yang kau bunuh itu?" tanya Jaejoong dengan tatapan mengintimidasi.
"Apa?. Dia juga sudah tewas bersama orang tuanya." ujar lelaki tersebut.
"Benarkah?. Waaaahhh ... Kau memang pembunuh yang paling kejam. Kau tega menghabisi nyawa anak tidak berdosa beserta kedua orang tuanya." tukas Jaejoong dengan tawa yang menggema diseluruh ruangannya.
"Kau yang membuatku menjadi monster mengerikan seperti itu tuan." ujar lelaki tersebut.
"Baiklah, berhubung kerja mu bagus. Aku akan melepaskan anakmu. Tapi ingat! Jika kau berani berkhianat kepada ku, aku tidak akan membunuhmu. Tapi aku akan membunuh anakmu itu dengan tanganku sendiri!" ancam Jaejoong.
Lalu Jaejoong pun meminta salah satu pelayannya untuk melepaskan anak dari lelaki tersebut. Tak lama kemudian, terlihat anak lelaki berusia delapan tahun datang bersama salah satu pelayan di sana.
"Ayah!" ujar anak tersebut lalu berlari menghambur ke pelukan sang ayah. Lelaki itupun memeluk putranya dengan sangat erat dan membawanya pergi dari tempat mengerikan tersebut.
Di sisi lain ...
Terlihat seorang bocah sedang menangis histeris di dalam sebuah kamar. Dia berulang kali memanggil nama ayah dan ibunya. Namun tidak ada satupun jawaban dari sana. Dia benar-benar seorang diri terkunci di sana.
Tak lama kemudian pintu kamar tersebut terbuka. Bocah berusia tiga tahun itupun tengah terlelap dilantai akibat terlalu lelah menangis.
"Heh? Ini siapa ayah?" tanya bocah berusia delapan tahun itu. Dia kaget melihat ada seorang anak kecil di dalam kamarnya.
"Dia adalah adikmu. Mulai saat ini, kamu menjadi kakak. Jadi dijaga baik-baik ya adiknya. Apa kamu suka adik?" tanya sang ayah.
" Adik? Benarkah!" ujar bocah itu dengan mata yang berbinar. Sang ayah hanya mengangguk. Sedangkan bocah tersebut begitu senang dan gembira karena dia telah mempunyai adik.
"Aku akan selalu menjaga adik kecil ku ini. Ayah tidak perlu khawatir!." tukas bocah tersebut dengan senang.
*****
Pencarian terus menerus dilakukan untuk mencari keberadaan cucu penerus keluarga Wijaya. Reynaldi bahkan menyewa orang-orang terbaik untuk menemukan cucunya tersebut. Namun hampir satu bulan lamanya cucu lelakinya itu belum ditemukan. Lelaki paruh baya itupun tengah duduk sambil memandangi foto mendiang anak, menantu dan cucunya yang ada dibingkai besar yang tergantung di dinding besar kamarnya tersebut. Ada raut kesedihan diwajah lelaki tersebut.
Saat tengah sibuk memandang foto keluarga kecil yang bahagia tersebut, suara dering ponsel miliknya pun berbunyi. Dilihatnya nomor panggilan tidak dikenal tersebut. Dengan berat hati Reynaldi pun mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo!"
"Hallo, benar ini dengan tuan Reynaldi." tanya orang dari balik telepon itu.
"Benar. Saya sendiri. Siapa anda dan mau apa?" tanyanya tanpa basa - basi.
"Anda tidak perlu tau siapa saya. Saya hanya ingin memberitahu jika saat ini cucu anda sedang bersama dengan saya." ujar orang tersebut
"Apa? Dimana dia sekarang?" tanya Reynaldi yang begitu terkejut mendengar penuturan orang tersebut.
" Temui saya malam ini jam sebelas malam di gedung xxx. Jangan pernah melaporkan hal ini ke polisi. Atau cucu anda akan menerima akibatnya." ujar lelaki tersebut lalu memutuskan sambungan teleponnya.
"Hallo? Hallo!" teriak Reynaldi frustasi.
Sesuai perjanjian dengan penelepon tersebut, Reynaldi dan ditemani beberapa pengawalnya pun datang ke tempat janjian mereka bertemu. Hampir lama menunggu, dan akhirnya orang tersebut datang ke tempat itu dengan membawa dua bocah lelaki.
Atensi mata paruh baya itupun tertuju pada bocah dalam gendongan lelaki tersebut.
"Ray!" ujar Reynaldi dengan senangnya.
"Kakek!" teriak Ray dengan wajah bahagia karena melihat kakeknya yang begitu menyayanginya itu.
Reynaldi mengambil Ray dalam gendongan lelaki tersebut dan dengan penuh kasih sayang menciumi serta memeluk cucu satu-satunya itu dengan lembut.
"Ray ... Kau masih hidup nak? Kau baik-baik saja kan sayang?" ujar kakeknya dengan air mata yang mengalir.
"Kakek. Mami Papi tidak ada. Ray sendiri sama paman dan kakak itu." ujar Ray sambil menunjuk lelaki dan bocah kecil yang digandengnya. Mata Reynaldi pun menatap lelaki itu.
"Siapa kau? Kenapa cucu ku bisa ada bersama mu?" tanya Reynaldi dengan tatapan curiga.
Lelaki itupun menceritakan semuanya kejadian yang dialami ayah dan ibu Ray. Dia juga mengaku kepada Reynaldi kalau dia yang sudah melenyapkan anak dan menantunya itu. Wajah Reynaldi begitu terkejut mendengar pengakuan lelaki tersebut. Lelaki tua itupun murka dan langsung menghajar tubuh lelaki itu dengan brutal dan ganasnya. Lelaki itupun hanya diam saja tanpa perlawanan dan tidak ada niatan untuk membalas pukulan Reynaldi sama sekali.
Terdengar suara tangisan dua bocah di sana dengan kencangnya. Ray dan anak dari lelaki itu menangis histeris melihat dua orang di sana berkelahi dengan brutalnya.
"Kau tau. Nyawa dibayar dengan nyawa! Aku akan menghabisi mu. Aku akan mengirim mu ke neraka!" ujar Reynaldi masih terus memukuli tubuh lelaki itu walaupun sekarang nafasnya sudah benar-benar habis.
"Tuan. Maafkan saya tuan. Saya terpaksa melakukannya. Saya minta maaf tuan. Saya rela jika tuan memukul saya. Tapi tolong jangan bunuh saya tuan. Anak saya tidak punya siapa-siapa selain saya tuan. Dia masih butuh saya." ujar lelaki itu mengiba.
"Dasar tidak tau malu! Kau takut anakmu tidak punya siapa-siapa tapi kau membuat cucuku tidak punya orang tua. Aku akan buat anakmu merasakan apa yang di rasakan cucuku saat ini!" ujar Reynaldi yang kembali memukuli tubuh lelaki tersebut.
Tiba-tiba tanpa diundang Jaejoong pun tiba di tempat dimana Reynaldi bertemu dengan lelaki itu. Jaejoong pun bertepuk tangan melihat Reynaldi memukuli lelaki suruhannya itu.
"Wah wah wah ... Ada yang bersenang-senang ternyata. Kenapa tidak mengajakku, hah?" tanyanya dengan tawa menyeringai.
Reynaldi sudah geram dan ingin menghajar wajah orang biadab di hadapannya itu. Namun dihalangi oleh orang yang di hajarnya itu.
"Jangan tuan. Dia orang yang sangat licik. Tolong pergilah selamatkan cucu anda dari sini." ujar lelaki itu.
"Hei kau pengkhianat!" teriak Jaejoong kepada lelaki itu. Lelaki itupun terdiam dipanggil seperti itu.
"Berani sekali kau berbohong kepadaku. Punya nyali juga kau, hah?" ujar Jaejoong dengan geramnya.
"Lepaskan dia. Kau bajingan Jaejoong!" tukas Reynaldi dengan geram.
"Aku? Bajingan? Hahahaha ..." Jaejoong tergelak dengan keras mendengar ucapan adik tirinya tersebut.
"Kau lupa hah? Bahwa kau yang membuatku menjadi bajingan seperti ini!" teriaknya dengan keras.
Reynaldi mengisyaratkan salah satu pengawalnya untuk membawa Ray dan anak dari lelaki itu untuk pergi meninggalkan tempat itu ketika Jaejoong lengah.
"Kau yang membentuk aku untuk berbuat keji seperti ini! Semuanya ini karena ulahmu!" ujar Jaejoong dengan geramnya.
"Kau akan mati juga di tangan ku, Rey! Aku akan menghabisi semua keturunan Wijaya dan melenyapkannya!" teriaknya dengan keras.
Perkelahian sengit di antara mereka berdua pun tak bisa di hindari. Jaejoong dan Reynaldi saling adu kemampuan dalam hal pukulan dan tendangan. Cukup lama mereka berdua berduel seperti layaknya jagoan tersebut. Dan tiba-tiba Jaejoong berbuat licik dan mengeluarkan sebilah pisau dari balik bajunya. Pisau tersebut akan ditusukkannya kepada Reynaldi. Dan ...
"SSRRRREEEEKKK!!!"
Sebuah tusukan pun menembus ke perut seseorang. Reynaldi begitu terkejut saat mengetahui bahwa lelaki misterius yang tidak diketahui namanya itu menjadi tameng tubuhnya.
"Tuan cepat lari dari sini. Pergilah tuan. Tolong jaga dan rawat anakku. Katakan jika ayahnya begitu mencintainya." ujar lelaki itu sebelum tubuhnya ambruk.
Reynaldi pun berlari meninggalkan tempat itu dibantu oleh beberapa pengawal yang datang bersamanya. Desingan peluru pun terdengar di sana mengiringi kepergian Reynaldi. Para pengawal Reynaldi melontarkan tembakan demi tembakan ke arah Jaejoong dan anak buahnya agar tidak bisa mengejar Reynaldi beserta pengawalnya.
Setelah kejadian itu, Reynaldi pun membawa Ray dan anak dari lelaki itu pergi jauh dari sana dan mengubah semua identitas kedua anak tersebut agar tidak diganggu lagi dengan orang-orang jahat disekelilingnya. Rayyan pun berganti nama menjadi Aditya dan bocah lelaki itu semula bernama Sandi berganti nama menjadi Alvian.
Alvian pun di pinta oleh Reynaldi untuk menjadi orang yang paling setia dan selalu berada di samping Aditya sampai kapanpun. Melayani tuan muda tersebut dalam segala hal. Bahkan Alvian pun harus menjadi pelindung Aditya dalam keadaan apapun. Terlebih dengan tugas yang diberikan Reynaldi tersebut. Alvian memang begitu menyayangi Aditya. Aditya sudah dianggap seperti adik sendiri olehnya. Begitupun dengan Aditya. Tidak ada orang yang bisa mengerti dirinya selain Alvian. Dan dia juga begitu menyayangi lelaki itu seperti kakak kandungnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments