Saat tiba di tempat kerja Rania sedikit berlari. Tadi dia bangun kesiangan karena semalam tak dapat tidur akibat banyak nyamuk dan suhu dingin rumah sakit.
Rania pun bernafas dengan lega saat berada di depan mesin absensi. Jam di sana masih menunjukkan kurang lima menit dari jam masuk kantor. Dengan mengatur nafas dia pun berjalan menuju kubikel tempatnya bekerja.
"Aku kira kamu gak masuk kerja, Ran." tanya Nova saat melihatku baru saja tiba.
"Aku tadi bangun kesiangan. Untung aja gak terlambat." jawabku.
Rania langsung mengaktifkan komputer di depannya dan bersiap memulai kerjanya hari ini. Saat sedang sibuk mengerjakan laporan yang ada di mejanya, tiba-tiba telepon kantor yang ada di sampingnya berbunyi.
"Hallo ..."
"Rania ... Tolong ke ruangan ku ya!" pinta suara dari balik telepon yang tak lain adalah suara dari atasan Rania, Mbak Riri.
Tanpa banyak bicara, Rania pun beranjak dari duduknya. Nova yang melihat rekan kerjanya masih pagi sudah dipanggil ke kantor atasan pun hanya bisa bergumam dan berdoa. Semoga saja hari ini bukan hari yang buruk untuk rekan kerjanya itu.
Sesampainya diruangan Mbak Riri, Rania pun mengetuk pintu ruangan itu dengan sopan. Setelah mendengar dia dipersilahkan masuk, Rania pun masuk.
"Ada apa, Mbak?" tanya Rania penasaran. Sepertinya dia tidak melakukan kesalahan.
"Ahh Rania ... Duduklah." pinta Mbak Riri. Rania pun menarik kursi di hadapan wanita berkacamata itu.
"Gini Ran, Mbak mau minta tolong. Nanti siang kamu gantiin Mbak meninjau proyek yang kemarin dibahas itu." ujar Mbak Riri.
"Kenapa harus aku Mbak? Masih ada Nova kan?" tanya Rania heran.
"Mbak tau, tapi ini permintaan si boss!" jawab Mbak Riri.
"Maksud Mbak?" tanya ku tak mengerti.
"Si boss minta kamu yang menemani dia buat meninjau proyek itu." jawab Mbak Riri.
"Tapi Mbak, laporan aku masih belum selesai." ujar ku.
"Kamu serahin aja laporan kamu ke Nova. Biar dia yang beresin. Kamu siap-siap aja gih. Minta berkasnya buat tinjauan ke pak Wisnu." jelas Mbak Riri.
"Baik Mbak!" jawab Rania pasrah. Dia pun lalu beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Ada apa ya? Kenapa pak boss ingi. aku ikut meninjau proyek bareng dengannya? Gak biasanya seperti itu!" gumam Rania dalam hati.
"Ada apa Ran? Kenapa Mbak Riri manggil kamu?" tanya Nova penasaran.
"Aku disuruh ikut pak boss meninjau proyek!" ujar ku.
"Hah? Pak boss? Tumben sekali. Biasanya kan Mbak Riri yang pergi." tanya Nova.
"Entahlah!"
"Oh ya, Nov. Laporan yang kemarin kan belum selesai. Mbak Riri bilang suruh dialihkan ke kamu. Aku kirim lewat email ya." jelas ku.
"Ooh oke!" jawab Nova dengan senang hati.
"Maaf ya, aku menambah kerjaan kamu." ujarku.
"No problem! Udah perintah kan?" jawab Nova.
*****
Setelah bersiap-siap aku pun menuju Lobby perusahaan. Menunggu kedatangan pak boss untuk meninjau proyek bersama dengannya. Tak lama kemudian terlihat mobil sedan berwarna hitam mengkilap berhenti di depan ku. Aku menatap mobil itu, seperti tidak asing. Benar saja. Ketika seorang lelaki dengan setelan jas membuka pintu mobil dan turun aku langsung mengenali orang itu. Siapa lagi kalau bukan orang mesum itu.
"Maaf membuatmu menunggu lama." tukasnya. Rania hanya terdiam dan memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kamu sudah siap? Yuk!" ajak Aditya sambil menarik tangan Rania. Rania menepis tangan Aditya dengan kasar.
"Jangan lancang menyentuhku!" kecamnya.
Mendengar ucapan Rania, Aditya malah terkekeh. Dia begitu gemas melihat gadisnya kesal seperti itu.
"Baiklah. Ayo masuk! Kita tidak punya banyak waktu." ujar Aditya. Rania masih diam tak bergeming.
"Rania ..." panggil Aditya dengan senyum menyeringai.
"Aku akan pergi dengan pak boss. Minggir lah!" ujar Rania angkuh. Aditya semakin terkekeh mendengar penjelasan gadisnya itu.
"So, kamu kenapa masih berdiri di situ? Ayo masuk! Kita akan pergi meninjau proyek bersama-sama!" jelas Aditya.
"Apa? Jadi yang di maksud Mbak Riri itu kamu? Boss?" tanya Rania tak percaya. Aditya mengangguk mengiyakan.
"Mustahil! Mimpi apa aku semalam harus pergi dengan lelaki mesum itu." gumam Rania.
" Come on Baby .... Kamu tau waktu ku begitu berharga!" ujar Aditya.
Dengan kesal Rania pun berjalan mendekat ke arah mobil itu. Aditya pun membuka pintu belakang dengan bangganya. Namun, Rania malah membuka pintu bagian depan dan duduk di samping Alvian, supir sekaligus sekertaris dari Aditya.
Aditya pun mengetuk kaca mobil bagian depan. Dan Rania pun membuka kaca mobil tersebut.
"Ada apa?" tanya Rania dengan wajah dinginnya.
"Turun!" tukas Aditya.
"Untuk apa? Bukannya kamu bilang waktu kamu begitu berharga. Kenapa jadi kamu yang membuang-buang waktu!" jelas Rania.
"Turun! Dan duduk di belakang bersama ku!" tukas Aditya dengan wajah kesalnya.
"Tidak mau!" bantah Rania.
"Kau masih meminta mu dengan baik-baik ya. Jangan sampai aku berbuat kasar sama kamu!" tukas Aditya dengan kesal.
"Sebaiknya anda pindah ke belakang, nona!" pinta Alvian.
"Tidak mau! Aku tidak mau duduk berdampingan dengan lelaki mesum. Alergi kulit ku!" jawab Rania masih dengan keras kepalanya.
Aditya menarik handle pintu yang diduduki Rania dan menarik tangan gadis itu untuk keluar dari sana.
"Hei! Apa-apaan kamu! Aduuhh sakit! Jangan tarik-tarik! Lepaskan!" ujar Rania dengan sebal dan menahan sakit pada pergelangan tangannya.
Aditya mendorong tubuh Rania masuk ke mobil bagian belakang dan dia pun langsung masuk dan duduk di samping gadis itu.
"Jalan!" perintah Aditya kepada Alvian. Perlahan mobil itupun berjalan meninggalkan lobby perusahaan.
"Sudah ku katakan, jangan berani menyentuh ku. Lelaki mesum!" teriak Rania dari kursi belakang. Aditya sampai memejamkan matanya menahan dengungan suara teriakan Rania yang begitu memekakkan telinganya.
"Sudah diam lah!. Jangan berteriak seperti itu. Telinga ku bisa pecah mendengar suaramu itu!" tukas Aditya.
"Biar saja! Aku sangat suka melihat telingamu itu hancur!" ujar Rania masih dengan berteriak.
"Berhenti! Aku mau turun!" Rania berteriak dengan kencangnya meminta mobilnya dihentikan.
"Hei! Aku bilang berhenti! Aku mau turun!" teriak Rania kepada Alvian. Namun Alvian tidak menghiraukan dan terus melajukan mobilnya.
"AKU BILANG BERHENTI ..."
"DIAM! ATAU GAK AKU BAKAL CIUM KAMU DISINI!" teriak Aditya tak kalah kerasnya. Seketika Rania langsung terdiam tak meneruskan kalimatnya. Dia tidak mau kejadian kemarin terulang kembali. Rania diam menunduk sambil meremas ujung blazers yang dikenakan nya.
"Seperti itu kan cantik. Daripada berteriak seperti Tarzan di hutan." ujar Aditya memperhatikan gadis di sampingnya yang terdiam membisu.
Aditya tersenyum tipis melihat wajah ketakutan dari Rania. Dia sungguh sangat senang bisa bermain-main dengan gadis di sampingnya ini.
"Kenapa dia begitu menggemaskan ketika diam seperti itu. Aahh aku sungguh ingin menerkamnya habis-habisan." gumam Aditya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
De Afekh..
cerita menarik bahasanya enak...tp kok masih sepi ya...aku ramaikan ya like vote n❤
2021-02-22
2
Pujas_erha🤓
semangat kak🤓
10 like and rate 5 mendarat..💙
nyicil dulu yaw😘😘
2021-02-05
1