Seminggu telah berlalu, kini sang ibu sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Rania menggandeng tangan Mamanya menuju taksi online yang sudah dipesannya. Hari ini dia izin pulang kantor lebih awal. Sedangkan Vania sudah pulang satu jam yang lalu. Dia disuruh Rania pulang terlebih dulu untuk membereskan rumahnya. Agar sang ibu ketika pulang merasa nyaman.
Seperempat jam perjalanan. Kini ibu dan anak tersebut telah tiba di depan rumah mereka yang sudah seminggu tidak mereka tempati. Kedatangan sang ibu disambut dengan hangat oleh Vania dan Bu Mila. Bu Mila adalah tetangga depan rumah Rania. Beliau begitu baik dan ramah kepada keluarga Rania.
"Selamat datang, Mbak ..." seru Bu Mila saat melihat kedatangan Mama dan langsung memeluknya. Mama hanya tersenyum dan membalas pelukan wanita yang sudah dianggap adik kandungnya sendiri itu.
"Terima kasih ya. Kamu sudah menolong ku saat itu." ujar Mama.
"Tidak masalah Mbak. Itulah gunanya tetangga. Harus saling menolong. Ayo masuk Mbak." ujar Bu Mila lalu mengajak Mama masuk ke dalam rumah.
Mama duduk di ruang tamu. Dia memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. Dia begitu rindu akan rumah peninggalan mendiang suaminya tersebut. Padahal hanya seminggu dia meninggalkan rumah tersebut. Namun rasanya seperti sudah lama saja.
"Mbak istirahat saja di kamar. Kondisi Mbak belum sembuh betul. Sudah ... Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang berat. Kasian Rania dan Vania jika Mbak kenapa-kenapa." ujar Bu Mila.
"Iya Mil." jawab Mama disertai senyuman.
Rania baru saja keluar dari kamar sang ibu. Setelah dia meletakkan beberapa barang milik sang ibu.
"Ma, kamarnya sudah dibersihkan sama Vania. Yuk istirahat yuk! Kata dokter Mama harus banyak istirahat dulu." ujar Rania.
Mama mengangguk dan tersenyum. Dia berdiri di bantu oleh Bu Mila. Lalu berjalan perlahan menuju kamar untuk beristirahat.
"Kalau begitu, aku pulang dulu ya Mbak. Jangan banyak bergerak dulu dan lekas sembuh." tukas Bu Mila lalu beranjak pergi.
"Terima kasih ya Bu ..." ujar Vania lalu menutup pintu depan dan ikut masuk ke dalam kamar sang Mama.
Rania menarik selimut dan menutupi sebagian tubuh sang ibu. Sang ibu pun tersenyum melihat anak - anak gadisnya itu.
"Mama istirahat ya." tukas Rania.
"Terima kasih ya nak. Mama sudah merepotkan kalian berdua." ujar Mama kepada dua anaknya itu.
"Kami anak Mama. Sudah seharusnya kami merawat Mama. Jangan sakit-sakit lagi ya. Vania takut Mama kenapa-kenapa." ujar Vania lalu memeluk tubuh sang ibu.
" Iya. Mama tidak akan buat kalian khawatir lagi ..." tukas sang ibu.
*****
Terlihat sosok lelaki tampan dengan setelan kemeja flanel berwarna merah dan celana jeans biru tua sedang duduk di kursi dengan perasaan cemas. Pasalnya semalam dia mendapatkan pesan singkat dari kantor tersebut dan memintanya untuk datang hari ini untuk menemui salah satu produser yang ada di kantor tersebut.
"Aah ... Maaf. Sudah membuatmu menunggu lama." ujar salah seorang lelaki saat memasuki ruangan tersebut.
Sean berdiri dari duduknya dan tersenyum melihat kedatangan lelaki tersebut. Lelaki bertubuh tinggi dan tegap dengan kacamata diwajahnya.
"Silahkan duduk .." tukas lelaki itu yang tidak lain adalah Richard. Sean pun duduk kembali di hadapan lelaki itu.
"Aku sudah mendengar suara mu dari rekaman audisi yang kamu ikuti tempo hari. Bagiku, suaramu itu unik. Aku suka itu." tukas Richard.
"Terima kasih Pak." jawab Sean dengan tersipu malu.
"Jadi bagaimana kalau aku menawarkan kerja sama yang menguntungkan bagi kita berdua kepadamu?" tawar Richard.
"Maksud Bapak? Maaf saya masih belum bisa mengerti?" tanya Sean tak mengerti maksud dari ucapan Richard.
"Kamu tau siapa aku kan?." tanya Richard dengan percaya diri.
Sean mengangguk. Pasalnya siapa yang tidak tau dengan lelaki di depannya itu. Pencipta lagu sekaligus produser musik terkenal. Banyak sekali karyanya yang menjadikan artis yang di bawah naungannya menjadi bintang dalam industri permusikan.
"Aku ingin kamu menyanyikan lagu terbaru ku. Dan akan ku pastikan, kamu akan menjadi bintang paling bersinar tahun ini ..." ujar Richard santai.
Mata Sean berbinar mendengar ucapan lelaki di depannya. Sudah lama dia menantikan hal seperti ini. Mimpi yang selama ini akan segera terwujud.
"Se-serius Pak?" tanya Sean tak percaya. Richard mengangguk.
"Terima kasih Pak. Terima kasih banyak." ujar Sean senang lalu berdiri dan menjabat tangan Richard dengan senang dan tak henti-hentinya. Richard hanya tersenyum.
"Apa ini saingan Aditya? Cih, apa hebatnya lelaki ini sampai membuat singa arogan itu begitu terancam akan kehadirannya. Padahal dengan tangannya sendiri pun aku yakin dia pasti bisa menghancurkan anak ini. Ok. Sesuai keinginan mu tuan muda. Aku akan melaksanakan perintah mu!." tukas Richard dalam hati.
"Baiklah jika kamu sudah setuju. Kamu bisa bicarakan soal kontrak kerja kita kepada sekertaris ku." ujar Richard.
"Baik Pak. Terima kasih banyak. Saya tidak akan mengecewakan bapak. Saya akan sekuat tenaga bekerja dengan baik sesuai keinginan bapak!" tukas Sean bersemangat. Richard pun terkekeh.
"Ok baiklah! Aku suka semangat mu itu. Aku harap kamu konsisten terhadap ucapan mu. Dan kamu tidak pernah mengecewakan aku. Karena sekali kamu membuatku kecewa, kamu tidak berharga untukku!" ujar Richard.
"Saya akan mendengarkan semua perintah bapak! Saya janji!" tukas Sean.
Richard pun mengangguk. Dan Sean pun diajak keluar ruangan tersebut oleh sekretaris Richard untuk membicarakan kontrak kerja mereka selanjutnya.
"Menarik. Dia sangat polos sekali. Aditya memang jeli terhadap para mangsanya." gumam Richard dengan senyum menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments