Reynaldi menangis terisak melihat sang ayah sudah tak bernyawa lagi. Dia memegang erat pinggiran peti mati tempat sang ayah terbujur kaku dengan setelan jas berwarna putih kesayangannya. Sang ibu berulang kali jatuh pingsan karena masih belum bisa merelakan kepergian suaminya yang secara mendadak itu.
"Ayah ..." teriak salah seorang lelaki dan berlari menuju tempat tuan Kim berbaring di sana. Lelaki itu adalah Jaejoong. Dia berpura-pura bersedih dan terpukul. Bahkan dia pun menangis histeris di samping peti mati ayah tirinya tersebut. Reynaldi yang melihat Jaejoong berada di samping peti mati sang ayah pun langsung menarik dan memukulnya secara bertubi-tubi.
"Brengsek! Masih berani kau menunjukkan wajahmu disini! Ini semua pasti salah satu rencana busuk mu,kan? Aku akan membunuhmu! Akan ku buat kau menyusul ayahku dan berlutut di kakinya!" teriak Reynaldi yang masih terus memukuli Jaejoong secara membabi buta.
Para pengawal di sana pun berusaha melerai pertikaian mereka berdua namun mereka begitu kuwalahan melihat amarah Reynaldi yang begitu ganas dan liar tersebut. Reynaldi menghentikan pukulannya saat melihat saudara tirinya itu tidak bergerak sama sekali. Jaejoong terkapar di lantai. Reynaldi yang kelelahan akibat menghajar Jaejoong pun akhirnya jatuh pingsan. Jaejoong dan Reynaldi pun dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
*****
Lima tahun kemudian ...
Setelah kejadian itu, Reynaldi membawa sang ibu untuk tinggal di Rusia. Selain untuk mengembangkan bisnis yang diwariskan sang ayah, dia juga ingin melupakan tragedi yang telah menewaskan ayah yang begitu dia cintai . Nama Reynaldi begitu tersohor di penjuru negara Rusia. Dia telah menjadi pengusaha sukses dalam berbagai bidang di sana. Perhotelan, rumah sakit, bisnis ekspor impor dan masih banyak lagi. Reynaldi benar-benar mengembangkan sayapnya.
Sementara Jaejoong, setelah di hajar habis-habisan oleh adik tirinya, dia mengalami koma selama enam bulan. Setelah sadar dari komanya, pengacara utusan tuan Kim pun datang menghampirinya. Pengacara tuan Kim pun memberitahukan padanya bahwa seluruh aset dan harta tuan Kim telah diwariskan ke putra kandungnya, Reynaldi. Sementara Jaejoong tidak mendapatkan apa-apa.
Dan dia pun diusir dari rumah mewah yang selama ini dia tempati dan perusahaan yang dia kelola. Karena rumah dan perusahaan itu pun beratas namakan Reynaldi. Tuan Kim tidak memberikannya sepeserpun harta untuk dirinya. Jaejoong pun marah dan semakin dendam dengan Reynaldi. Dia mencoba mencari keberadaan Reynaldi dan sang ibu. Namun tidak pernah bertemu. Karena memang Reynaldi membawa sang ibu pergi dari negara itu dan memulai hidup barunya di Rusia.
Sebenarnya Reynaldi ingin menjebloskan kakak tirinya itu ke dalam penjara. Namun sang ibu memohon belas kasihan Reynaldi untuk melepaskan kakak tirinya itu. Sebagai gantinya sang ibu akan ikut kemana pun Reynaldi pergi. Dia akan melupakan dan tidak menganggap Jaejoong sebagai putranya lagi.
Bertahun-tahun lamanya Jaejoong menaruh dendam kepada sang adik tirinya tersebut. Dia memulai semuanya dari nol. Bahkan Jaejoong menjadi pembunuh bayaran agar bisa mendapatkan uang dan mengumpulkan uang tersebut untuk menghancurkan Reynaldi.
Penantian panjang Jaejoong pun berbuah manis. Dia mendengar salah satu perusahaan milik Reynaldi sedang dalam masa sulit. Perusahaan itu siap mengalami kebangkrutan. Dan akhirnya, Jaejoong pun membeli saham perusahaan yang akan bangkrut itu dengan uang yang selama ini dia kumpulkan. Jaejoong memulai kembali bisnisnya. Namun kali ini dia memulai bisnisnya di lembah hitam. Dia menjadi pemasok eksportir terbesar minuman keras dan berbagai macam obat-obatan terlarang.
Berulang kali dia mencoba menghancurkan Reynaldi, namun selalu gagal. Jaejoong tidak hanya ingin menguasai kekayaan milik tuan Kim yang sudah diwariskan semua kepada Reynaldi. Namun dia juga menginginkan Reynaldi lenyap dari dunia ini.
*****
Setelah berhasil membajak pesawat yang ditumpangi Santoso dan anak istrinya. Para orang suruhan itu menawan mereka bertiga. Pesawat yang seharusnya terbang menuju Jepang, namun berbelok arah dan mendarat di negara lain yang tidak di ketahui dengan jelas oleh Santoso. Setelah pesawat mendarat secara darurat, Santoso dan anak istrinya itu digiring masuk ke dalam mobil yang menjemput mereka. Sebelum masuk ke dalam mobil, Santoso dipukuli secara brutal dan diikat tangan dan kakinya. Sehingga nanti Santoso tidak dapat melakukan perlawanan saat di dalam mobil. Sementara Alice dan Ray kecil hanya diikat saja tangannya tanpa dilukai sedikitpun.
"Mami ... Kita mau kemana? Kenapa tangannya diikat? Dan siapa mereka Mami? Kenapa mereka jahat? Kenapa mereka memukul Papi? Ray takut Mami." begitulah lontaran demi lontaran yang diucapkan Ray kecil.
Alice sang ibu hanya memeluknya dan menangis. Walaupun Ray masih berusia tiga tahun, namun dia memiliki kecerdasan yang sangat tinggi. Dia mampu memahami kondisi yang ada disekitarnya. Bahkan dia bisa membedakan dan merasakan orang mana yang baik dan tidak.
"Ray sayang, Ray gak boleh nangis ya. Anak ganteng gak boleh cengeng. Ray gak usah khawatir. Kita akan baik-baik saja ya nak. Kalau Ray takut, Ray merem saja lalu panggil nama Papi dan Mami dalam hati. Nanti rasa takut Ray akan hilang. Karena Mami dan Papi akan selalu berada di hati kamu sayang." jelas Alice menenangkan buah hatinya yang tampan itu. Ray yang mendengar pun hanya mengangguk mengiyakan.
Saat di perjalanan menuju tempat yang akan membawa mereka bertiga itupun, tiba-tiba orang suruhan itu mendapatkan telepon dari entah siapa. Namun jika dilihat dari ekspresi wajah orang suruhan itu, sepertinya itu telepon dari orang yang membayarnya.
"Baik! Akan saya laksanakan!" lelaki itupun pun menutup panggilan teleponnya.
Santoso, Alice yang memangku tubuh Ray pun hanya bisa terdiam dan saling menatap satu sama lain.
"Kau akan membawaku dan keluarga ku kemana?" tanya Santoso lirih sambil menahan sakit diwajahnya akibat luka lebam dan memar.
"Kau jangan banyak bertanya! Kemana pun itu bukan urusanmu!" ujar lelaki itu.
"Lepaskan kami! Aku akan memberimu uang yang banyak. Berapa pun yang kau ingin, akan kami berikan!" ujar Santoso.
Lelaki itu tampak menunduk. Dia seperti sedang berpikir.
"Ini bukan soal uang tuan! Ini soal nyawa!" tukas lelaki itu.
"Apa maksudmu? Apa aku pernah berbuat salah kepadamu? Apa aku pernah menyakiti mu dan keluarga mu?" tanya Santoso.
Lelaki itu menyeringai. Tiba-tiba saja dia berteriak dan menangis. Alice memeluk tubuh Ray yang terkejut sekaligus ketakutan.
"Nyawa anakku taruhannya tuan!" jelas lelaki itu.
"Apa? Aku tidak mengerti!" ujar Santoso mencoba bernegosiasi dengan lelaki itu.
"Aku di suruh membunuhmu dan keluarga mu. Dan sebagai jaminannya adalah anakku. Kalau aku tidak melakukannya, mereka akan membunuh anakku tuan." jelas lelaki itu.
"Lepaskan kami! Aku berjanji akan menyelamatkan anak mu! Percayalah padaku. Aku punya pengawal yang banyak dan orang-orang yang bisa dipercaya. Apa kau tidak lihat? Anakku masih sangat kecil. Dia tidak tau apa-apa dan dia begitu ketakutan!" ujar Santoso yang sedikit membujuk lelaki itu.
"Maaf tuan! Aku tidak bisa melepaskan mu! Mereka akan membunuh anakku detik ini juga jika aku berani berkhianat." lelaki itu tetap pada pendiriannya.
Mobil melaju begitu cepat melewati hutan dan jalanan yang begitu terjal. Santoso dan Alice memandang samping kanan kiri mereka.
"Kau akan membawa kita kemana?" tanya Santoso lagi.
"Sebenarnya tadi dia menyuruhku membawa kalian ke markas. Namun seperti yang kalian tau, barusan dia menyuruhku membuang kalian ke jurang. Agar kalian mati seperti mengalami kecelakaan biasa." jawab lelaki itu.
Sontak saja itu membuat Alice menjerit ketakutan. Alice menangis kencang dan memeluk Ray. Ray yang melihat sang Mami menangis pun ikut menangis juga.
"Kumohon, kasihani kami! Aku yakin kamu memiliki hati nurani." ujar Santoso. Lelaki itu hanya terdiam.
Mobil yang ditumpangi mereka sudah sampai di atas tebing. Santoso pun memeluk tubuh istri dan anaknya. Sementara Alice masih terus menangis.
"Baiklah! Jika ini memang akhir dari hidup ku, aku akan terima. Tapi bisakah aku meminta permintaan terakhir ku!" tukas Santoso.
"Katakan!"
"Tolong biarkan anakku hidup! Dia masih kecil. Dia tidak berdosa. Tolong selamatkan anakku!Aku mohon!" pinta Santoso dengan tangan menempel didada.
"Benar yang dikatakan suami ku. Selamatkan anakku. Tolong!" Alice pun ikut memohon.
Lelaki itupun memandang wajah Alice dan Santoso secara bergantian. Lalu dia beralih menatap Ray yang baru saja terlelap dipangkuan ibunya akibat terlalu banyak menangis.
"Baiklah. Aku akan menyelamatkan anakmu!" ujar lelaki itu.
"Terima kasih. Hubungi nomor yang ada dikartu itu. Dan serahkan anakku padanya. Selama anakku belum sampai kepada orang yang ada di nomor itu, tolong lindungi dia. Jangan sampai mereka tau dan menyakitinya. Mintalah bantuan kepada orang ini. Dia akan membantu mu menyelamatkan anakmu!" tukas Santoso dan menyerahkan sebuah kartu nama yang dipegangnya.
Lelaki itu mengambil kartu nama tersebut dan menyimpannya. Lalu dia mengambil tubuh Ray dalam dekapan sang ibu dan keluar dari mobil tersebut. Saat akan menutup pintu mobil, lelaki itu menoleh ke arah Alice yang tersenyum tipis kepadanya.
"Terima kasih. Tolong jaga anakku!" itulah kata terakhir dari Alice.
Mobil yang di tumpangi itupun di dorong hingga jatuh dari atas tebing dan ...
BLAAARRMMM!!!
Suara ledakan dari bawah tebing dan terlihat api sudah membakar habis mobil tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments