Bab 3. Kau Seperti Pengemis!

Aku berjalan menuju kamar perawatan Mama. Baru saja Vania menelepon ku dan mengatakan kalau Mama sudah dipindah ke ruang perawatan yang ada dilantai tiga rumah sakit ini. Aku berjalan sambil menghela nafas berulang kali.

"Biaya perawatan atas nama nyonya Elis yang harus dibayarkan sebesar 4.850.000,00. Itu untuk perawatan dan obat selama 7 hari. Kalau nyonya Elis sudah diperbolehkan pulang sebelum 7 hari, makan uang perawatannya akan dihitung kembali dan sisanya akan dikembalikan" jelas bagian administrasi tadi kepadaku.

Aku menghela nafas dengan berat. Darimana aku dapat uang lima juta dalam semalam. Kalau harus pinjam, aku pinjam pada siapa?Tiba-tiba aku teringat akan paman ku yang sudah lama tidak aku temui. Dia adalah kakak dari Almarhum ayahku.

Aku pun berbalik arah meninggalkan lorong rumah sakit menuju ke rumah pamanku tersebut. Aku pun memanggil tukang ojek yang kebetulan mangkal di depan rumah sakit itu.

"Mas, ke jalan Cendrawasih ya!" pinta ku.

"Siap neng!" tukas mas-mas ojek sambil menyerahkan helm kepadaku.

Dalam perjalanan menuju rumah pamanku, aku bertarung dengan hati kecil dan batinku sendiri. Apakah paman mau meminjamkan uang yang tidak sedikit jumlahnya itu kepadaku? Apakah paman punya uang sebesar itu? Apakah bibi Ratna mau meminjamkan uang itu? Karena yang aku tau, istri pamanku itu tidak menyukai ku dan adikku.

Dulu saja waktu aku kecil dan diajak ayah mengunjungi rumahnya, bibi Ratna selalu bicara ketus dan menatapku penuh dengan kebencian. Dan paman Soni pun hanya diam tak bisa berbuat apa-apa. Karena paman Soni termasuk kategori suami yang takut istri.

Aku menghela nafas dengan berat. Mencoba menenangkan diriku. Semoga saja aku nanti pulang tidak dengan tangan kosong.

Aku pun sampai di depan rumah paman Soni. Terlihat Anita, sepupuku, sedang duduk di teras. Setelah membayar ongkos ojek, aku pun melangkah masuk ke dalam.

"Assalamualaikum" sapa ku. Anita mendongak menatap ku sinis. Dia yang sedang memakaikan kutek di kuku jarinya pun melengos saat melihatku.

"Hai Anita. Apa kabar?" tanya ku basa basi.

"Ngapain kesini?" tanyanya ketus.

"Hemm paman Soni ada?" ujar ku ramah.

"Ngapain? Mau pinjem duit ya?" tanyanya penuh selidik.

"Iya." jawabku.

"Dari dulu sampai sekarang hidupnya kok jadi benalu!," tukasnya lalu beranjak pergi masuk kedalam rumah. Aku pun menghela nafas dengan panjang.

Sabar ... Sabar ... batinku.

Anita usianya sama seperti ku. Hanya beda dua bulan saja. Namun sikapnya itu tak beda jauh dari ibunya. Sangat ketus dan suka pamer. Dia tidak suka jika ada orang yang menyaingi dirinya.

"Rania!" seru paman Soni dari dalam rumah saat melihatku berdiri di teras rumah.

"Paman." tukas ku lalu berjalan menghampirinya dan menyalim tangannya.

"Kenapa berdiri di situ nak? Ayo masuk!" paman Soni mengajakku untuk masuk. Aku pun menurut dan duduk di ruang tamu rumah itu.

"Sudah lama kamu tidak datang kesini. Bagaimana kabar Mama mu dan Vania?" tanya paman Soni.

"Mama ... Mama sedang di rawat di rumah sakit paman." tukas ku.

"Sakit apa Mama mu?" tanyanya kaget.

"Kata dokter sih hipertensi dan asam lambung yang sudah akut paman" jelas ku.

"Astaghfirullah. Maaf paman tidak tau nak. Sudah berapa lama Mama mu di rawat?" tanya paman.

"Baru tadi siang Mama masuk rumah sakit. Vania yang menemukan Mama jatuh pingsan di ruang tamu" jawabku. Paman Soni terlihat manggut-manggut mendengar ceritaku.

"Paman. Bisakah Rania meminjam uang? Untuk biaya rumah sakit Mama, paman." tanya ku hati-hati. Paman terdiam menatap ku. Dia terlihat sedang berpikir.

"Berapa?" tanya paman Soni.

"Rania pinjam lima juta aja paman. Nanti Rania akan cicil bayarnya setiap Rania gajian." tukas ku.

"Jangan di kasih Pa!" tiba - tiba bibi Ratna datang menghampiri kami berdua dari dalam rumah.

"Enak aja datang-datang pinjam duit! Kamu pikir kita ini bank, gitu?" tukas bibi Ratna dengan judes.

"Saya mohon Bi. Saya butuh uang itu untuk biaya rumah sakit Mama." pinta ku dengan nada memohon.

"Mama mu sakit itu bukan urusan kita ya! Lagian kan kamu sudah kerja. Masa' iya kerja bertahun - tahun duit segitu saja gak punya?" tukasnya dengan nada mengejek.

"Tabungan Rania kurang Bi. Uang gajian Rania semua sudah Rania berikan untuk biaya kebutuhan rumah dan sekolah Vania." jelas ku meratap. Rasanya air mata ku ingin jatuh saat ini saja.

Selain aku sedih karena diperlakukan seperti pengemis oleh paman dan bibi ku sendiri. Aku juga sedih karena harus bersikap seperti ini. Namun aku tak punya pilihan lain. Hanya mereka kerabat kami satu-satunya.

"Saya mohon paman, bibi. Tolong pinjami saya uang. Saya janji akan kembalikan. Saya akan mencicilnya setiap gajian. Dikasih bunga pun tak apa-apa." ujar ku memelas.

Cih, kamu seperti pengemis yang tidak tau malu, Rania. batinku dalam hati.

"Gak ada duit! Kamu pikir lima juta itu gak banyak, hah!" tukas bibi Ratna.

"Paman." aku menatap ke arah paman Soni dengan tatapan mengiba. Paman Soni hanya terdiam dan menunduk. Benar, paman Soni takut pada bibi Ratna.

Aku pun mengusap sudut mata ku yang mulai basah akan air mata. Aku menghela nafas dengan berat.

"Baiklah kalau begitu. Rania pamit pulang paman, bibi. Maaf jika kedatangan Rania mengganggu," tukas ku lalu beranjak berdiri dan meninggalkan rumah terkutuk itu.

Dalam perjalanan pulang aku merutuki kebodohan ku yang sudah berkata dan bersikap memelas seperti tadi. Aku datang ke tempat yang salah. Tidak seharusnya aku datang ke rumah itu lagi setelah bertahun - tahun tidak kesana.

"Kamu bodoh, Rania. Kau lihat kan! Kau di perlakukan seperti pengemis oleh mereka. Pasti sekarang mereka sedang tertawa menghina mu dan keluarga mu." gumam ku dalam hati.

Dan ...

"Aaawww." teriakku saat sebuah mobil menyerempet ku hingga aku jatuh terjengkang ke belakang.

"Aauuuuwww ... Siku ku sakit banget!" rintih ku sambil mengusap tangan dan siku ku yang kotor terkena kotoran debu dan pasir jalanan.

Seorang lelaki bertubuh tinggi tegap dengan jas hitam rapi turun dan menghampiri ku.

"Kau tidak apa-apa nona?" tanya lelaki itu. Aku mendongak dan menatap lelaki itu dengan judes.

"Gak lihat apa, ini tanganku terluka!" tukas ku dengan galak sambil memperlihatkan siku ku yang terluka.

"Saya minta maaf nona. Tapi tadi nona sendiri yang tidak hati-hati ketika berjalan." ujar lelaki itu dengan sopan.

"Yaaa! Jelas-jelas mobil mu ini yang menyerempet ku sampai seperti ini. Masih saja menyalahkan aku!" teriak ku sambil menendang ban mobil itu dengan kesal dan penuh amarah.

"Alvian. Kenapa lama sekali?" teriak seseorang dari dalam mobil. Kaca mobil bagian belakang itu pun terbuka. Seorang pria dengan kacamata hitam memandang ku dengan sinis.

"Maaf tuan. Akan segera saya bereskan!" ujar lelaki itu.

Lelaki yang berbicara kepadaku itu mengeluarkan dompet dan memberiku selembar uang ratusan ribu.

"Pergilah ke klinik terdekat dan obati luka mu nona!" tukas lelaki itu lalu pergi meninggalkan aku yang masih berdiri di pinggir jalan.

Sebuah senyuman mengejek ditujukan ke arah ku oleh lelaki dengan kacamata hitam dengan seiringnya mobil yang melaju perlahan meninggalkan tempat itu.

"Hei ... Hei!" teriakku saat melihat mobil itu berjalan meninggalkan ku sendiri. Aku begitu kesal dan geram dengan tingkah dua lelaki itu. Mentang-mentang mereka naik mobil mewah bisa seenaknya saja kepada orang lemah.

"Aku bukan pengemis tau!" aku melempar uang yang diberikan oleh lelaki itu. Aku sangat kesal sekali. Rasanya amarah ku sudah sampai ubun-ubun.

Lalu aku tersadar kembali telah membuang selembar uang ratusan ribu itu. Aku pun berbalik dan mengambil uang yang telah ku buang tadi. Dasar ucapan dan tindakan bertolak belakang sekali!

Tapi sepertinya aku tidak asing dengan laki-laki memakai kacamata itu. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya? Namun aku lupa pernah ketemu di mana. Aku berjalan sambil mengingat-ingat wajah lelaki berkacamata itu. Tapi semakin ku ingat, aku semakin tidak ingat.

Bodoh. Apa perduli mu dengan lelaki sombong seperti itu! gumam ku dalam hati. Aku pun mencegat angkutan umum yang kebetulan lewat di sana lalu naik.

***

Masih revisi ya reader. Mohon pengertiannya. Sambil menunggu bab selanjutnya di review, author akan merevisi semua tulisan. Biar kalian tidak sakit mata. 🙏🤗

Episodes
1 Bab 1. Audisi
2 Bab 2. Problematika Kehidupan
3 Bab 3. Kau Seperti Pengemis!
4 Bab 4. Beban
5 Bab 5. Ciuman Pertama Ku
6 Bab 6 Calon Ibu Mertua
7 Bab. 7 Tertarik
8 Bab. 8 Mood Swing
9 Bab. 9 Permainan Akan Segera Di Mulai
10 Bab. 10 Rencana Licik Boss
11 Bab. 11 Ancaman
12 Bab. 12 Selangkah Lagi
13 Bab. 13 Awal Dari Semuanya
14 Bab. 14 Awal Yang Bahagia
15 Bab. 15 Menunggu
16 Bab. 16 Ajakan
17 Bab. 17 Kisah Kelam Aditya ( 1 )
18 Bab. 18 Kisah Kelam Aditya ( 2 )
19 Bab. 19 Identitas Baru, Kehidupan Baru
20 Bab. 20 Gangguan
21 Bab. 21 Perubahan Cinderella
22 Bab. 22 Pameran Lukisan
23 Bab. 23 Dengan Caraku
24 Bab. 24 Terjerat
25 Bab. 25 Hal Konyol
26 Bab. 26 Kesalahan
27 Bab. 27 Bodoh
28 Bab. 28 Kembalinya Sang Mantan
29 Bab. 29 Memihak
30 Bab. 30 Jangan Sentuh Milik Ku!!
31 Bab. 31 Amarah
32 Bab. 32 Suka Atau Duka?
33 Bab. 33 Tidur Bersama
34 Bab. 34 Tiba - Tiba Dingin
35 Bab. 35 Di Balik Senyuman
36 Bab. 36 Di Abaikan
37 Bab. 37 Kabur ( 1 )
38 Bab. 38 Kabur ( 2 )
39 Bab. 39 Pengawal Pribadi
40 Bab. 40 Bertemu Lagi
41 Bab. 41 Di Belakang
42 Bab. 42 Pertama
43 Bab. 43 Tindakan Bodoh
44 Bab. 44 Dampak Buruk
45 Bab. 45 Teman
46 Bab. 46 Mencari Rania
47 Bab. 47 Titik Terang
48 Bab. 48 Tidak Sebanding
49 Bab. 49 Melihatmu Kembali
50 Bab. 50 Galau
51 Bab. 51 Perasaan Apa Ini?
52 Bab. 52 Malam Pertama
53 Bab. 53 Terikat
54 Bab. 54 Berita Tersembunyi
55 Bab. 55 Kebahagiaan Dibalik Kesedihan
56 Bab. 56 Kehadiran Yang Tidak Tepat
57 Bab. 57 Banyak Anak
58 Bab. 58 Rewel
59 Bab. 59 Bedrest
60 Bab. 60 Pengkhianatan
61 Bab. 61 Menutupi
62 Bab. 62 Egois
63 Bab. 63 Mantan Teman Kencan
64 Bab. 64 Memaafkan
65 Bab. 65 Ego
66 Bab. 66 Kebiasaan Baru
67 Bab. 67 Badai Siap Menghadang
68 Bab. 68 Pengabdian
69 Bab. 69 Cara Menghabiskan Uang Suami Dengan Benar
70 Bab. 70 Negosiasi
71 Bab. 71 Malaikat Tak Bersayap
72 Bab. 72 Mirip
73 Bab. 73 Tak Lagi Sama
74 Bab. 74 Toxic
75 Bab. 75 Pengkhianatan
76 Bab. 76 Saling Menyakiti
77 Bab. 77 Mengakhiri
78 Bab. 78 Di Hantui
79 Bab. 79 Jadi Gila
80 Bab. 80 Good News? Bad News?
81 Bab. 81 Kabur
82 Bab. 82 Tak Tau Tujuan
83 Bab. 83 Ijinkan Tinggal
84 Bab. 84 Orang Baik
85 Bab. 85 Tergantikan
86 Bab. 86 Hancur Secara Tidak Langsung
87 Bab. 87 Ketemu
88 Bab. 88 Apalagi Ini?
89 Bab. 89 Titik Terendah
90 Bab. 90 Pedihnya Kehilangan
91 Bab. 91 Pelangi Setelah Badai
92 Visual Soul Mine
93 Extra Part
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1. Audisi
2
Bab 2. Problematika Kehidupan
3
Bab 3. Kau Seperti Pengemis!
4
Bab 4. Beban
5
Bab 5. Ciuman Pertama Ku
6
Bab 6 Calon Ibu Mertua
7
Bab. 7 Tertarik
8
Bab. 8 Mood Swing
9
Bab. 9 Permainan Akan Segera Di Mulai
10
Bab. 10 Rencana Licik Boss
11
Bab. 11 Ancaman
12
Bab. 12 Selangkah Lagi
13
Bab. 13 Awal Dari Semuanya
14
Bab. 14 Awal Yang Bahagia
15
Bab. 15 Menunggu
16
Bab. 16 Ajakan
17
Bab. 17 Kisah Kelam Aditya ( 1 )
18
Bab. 18 Kisah Kelam Aditya ( 2 )
19
Bab. 19 Identitas Baru, Kehidupan Baru
20
Bab. 20 Gangguan
21
Bab. 21 Perubahan Cinderella
22
Bab. 22 Pameran Lukisan
23
Bab. 23 Dengan Caraku
24
Bab. 24 Terjerat
25
Bab. 25 Hal Konyol
26
Bab. 26 Kesalahan
27
Bab. 27 Bodoh
28
Bab. 28 Kembalinya Sang Mantan
29
Bab. 29 Memihak
30
Bab. 30 Jangan Sentuh Milik Ku!!
31
Bab. 31 Amarah
32
Bab. 32 Suka Atau Duka?
33
Bab. 33 Tidur Bersama
34
Bab. 34 Tiba - Tiba Dingin
35
Bab. 35 Di Balik Senyuman
36
Bab. 36 Di Abaikan
37
Bab. 37 Kabur ( 1 )
38
Bab. 38 Kabur ( 2 )
39
Bab. 39 Pengawal Pribadi
40
Bab. 40 Bertemu Lagi
41
Bab. 41 Di Belakang
42
Bab. 42 Pertama
43
Bab. 43 Tindakan Bodoh
44
Bab. 44 Dampak Buruk
45
Bab. 45 Teman
46
Bab. 46 Mencari Rania
47
Bab. 47 Titik Terang
48
Bab. 48 Tidak Sebanding
49
Bab. 49 Melihatmu Kembali
50
Bab. 50 Galau
51
Bab. 51 Perasaan Apa Ini?
52
Bab. 52 Malam Pertama
53
Bab. 53 Terikat
54
Bab. 54 Berita Tersembunyi
55
Bab. 55 Kebahagiaan Dibalik Kesedihan
56
Bab. 56 Kehadiran Yang Tidak Tepat
57
Bab. 57 Banyak Anak
58
Bab. 58 Rewel
59
Bab. 59 Bedrest
60
Bab. 60 Pengkhianatan
61
Bab. 61 Menutupi
62
Bab. 62 Egois
63
Bab. 63 Mantan Teman Kencan
64
Bab. 64 Memaafkan
65
Bab. 65 Ego
66
Bab. 66 Kebiasaan Baru
67
Bab. 67 Badai Siap Menghadang
68
Bab. 68 Pengabdian
69
Bab. 69 Cara Menghabiskan Uang Suami Dengan Benar
70
Bab. 70 Negosiasi
71
Bab. 71 Malaikat Tak Bersayap
72
Bab. 72 Mirip
73
Bab. 73 Tak Lagi Sama
74
Bab. 74 Toxic
75
Bab. 75 Pengkhianatan
76
Bab. 76 Saling Menyakiti
77
Bab. 77 Mengakhiri
78
Bab. 78 Di Hantui
79
Bab. 79 Jadi Gila
80
Bab. 80 Good News? Bad News?
81
Bab. 81 Kabur
82
Bab. 82 Tak Tau Tujuan
83
Bab. 83 Ijinkan Tinggal
84
Bab. 84 Orang Baik
85
Bab. 85 Tergantikan
86
Bab. 86 Hancur Secara Tidak Langsung
87
Bab. 87 Ketemu
88
Bab. 88 Apalagi Ini?
89
Bab. 89 Titik Terendah
90
Bab. 90 Pedihnya Kehilangan
91
Bab. 91 Pelangi Setelah Badai
92
Visual Soul Mine
93
Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!