Pagi-pagi sekali Sastra sudah sampai di rumah Bunga untuk menjemputnya kemudian berpamitan pada bu Marni. Sebelum Bunga naik ke atas motor Harleynya, dia memberikan paper bag pada gadis itu.
"Apa ini?" Bunga mengambil paper bag dari tangan Sastra dan membukanya.
"Hodie itu lebih hangat dari jaket jeans yang kamu pakai. Sekarang ganti pakai itu, aku takut kamu masuk angin kayak waktu di puncak."
Bunga membuka jaket jeansnya dengan patuh. Saat hendak mengambil hoodie tersebut, tangan Sastra lebih cepat bergerak mengambilnya dan memakaikannya pada Bunga. Gadis itu tersipu dan tersenyum merekah mendapat perlakuan manis dari pria tampan di hadapannya, rasa bahagia memancar di bola mata beningnya yang berkilauan. Sastra juga tak lupa memakaikan helm pada Bunga.
"Nah selesai. Kalau begini kamu sudah lebih hangat. Kita akan naik motor mungkin sekitar tiga jam perjalanan, jadi tuan putri pegangan yang erat ya," ucap Sastra dan disambut anggukan oleh Bunga.
Bunga menaiki motor Sastra dan meletakkan tangannya di bahu pria itu, Sastra terkekeh lalu meraih tangan Bunga dan melingkarkan tangan gadis itu di pinggangnya.
"Bukan di situ sayang, tapi peluklah pinggangku. Agar saat aku ngebut nanti kamu tidak terjatuh," ucap Sastra lembut sambil tertawa kecil.
Dengan malu-malu akhirnya Bunga memeluk pinggang Sastra dan menempelkan pipinya di pundak belakang pria itu, jantungnya berdegup kencang, dan Sastra yang merasakan detak jantung Bunga di punggungnya hanya tersenyum geli.
Sastra melajukan motornya menuju ke tempat teman-temannya berkumpul, karena rencananya dari sana mereka akan berangkat konvoi bersamaan. Setelah sampai di tempat peserta touring berkumpul Sastra turun dan menyapa orang-orang yang sudah ada di sana, tampak Kevin juga hadir di tempat itu.
"Hei bro, gimana kabarnya? sstt... jadi itu gadis yang Lo maksud." Kevin berbisik ke telinga Sastra dan matanya melirik ke arah Bunga yang sedang duduk dekat motor Sastra agak jauh dari tempat mereka berbicara.
"Ehm, iya itu orangnya." Sastra tersenyum penuh arti.
"Lo gila men, itu gadis masih lugu dan polos. Wah parah Lo, kasihan dia. Lo jangan main-main, biasanya tipikal cewek kayak gitu kalau di putusin bisa-bisa dia bunuh diri. Apalagi gue tau banget, Lo itu tipe cowok brengsek yang habis manis sepah di buang!" Kevin berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Berisik Lo, merusak suasana aja. Lo sendiri? mana para finalis bucin lo?"
"Eits gue udah insaf mas Bro, gue gak mau main cewek lagi." Kevin mengangkat dua jarinya di depan Sastra.
"Jadi sekarang Lo mainnya sama cowok? main pedang dong?" Sastra meledek Kevin.
"Kampret! Amit-amit jabang bayi, gue juga masih normal tau," protes Kevin sengit dan Sastra tergelak kencang melihat temannya menggerutu.
Setelah beberapa saat mereka semua berkumpul dan beranjak pada motor masing-masing. Semua peserta touring melajukan motornya bersamaan secara beriringan dengan teratur.
Di tengah-tengah perjalanan rombongan touring berhenti sejenak untuk sekedar minum kopi dan ke toilet, tak lama kemudian mereka pun kembali melanjutkan perjalanan.
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, Bunga langsung turun dari motor Sastra tanpa memperdulikan pria itu. Ia berlari menuju pantai. Merentangkan kedua tangannya membiarkan angin laut menerpa wajah cantiknya, melambai-lambaikan rambut indahnya dan menghirup aroma pantai yang menyenangkan.
Sastra mengulas senyum melihat apa yang dilakukan Bunga, dia mengobrol sebentar dengan rombongannya kemudian berlari kepantai menghampiri gadis itu dan berdiri di sampingnya.
"Kamu suka pantai?" tanyanya.
"Suka banget."
Bunga menyahuti masih dengan mata terpejam. Kemudian Sastra meraih tangan gadis itu dan menautkan tangannya membuat Bunga membuka mata dan menoleh ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Bunga.
"Sebaiknya sekarang kita berkumpul dulu dengan peserta yang lain, ini sudah waktunya makan siang. Kita akan makan bersama-sama, kamu nggak keberatan kan bergabung dengan mereka?" Sastra meremas lembut jari-jemari Bunga.
Bunga mengganggukan kepalanya tanda setuju dan mereka semua menuju ke restoran yang sudah dipesan sebelumnya. Setelah acara makan selesai kemudian dilanjutkan dengan beramah tamah sesama peserta komunitas dan Sastra adalah salah satu panitia penyelenggara acara ini.
Bunga memperhatikan Sastra yang sedang memberikan sambutan. Dia makin mengagumi sosok Sastra yang berjiwa kepemimpinan dan terlihat begitu berwibawa saat berbicara di depan sana.
*****
Semua rangkaian acara touring selesai pukul empat sore, dan setelah ini mereka bebas untuk menikmati sisa waktu yang ada. Entah itu berkaraoke ria di restoran atau sekedar berjalan-jalan di pantai sebelum rombongan pulang jam delapan malam nanti.
Sastra dan Bunga memilih untuk berjalan-jalan menikmati keindahan pantai dan sekitarnya. Bunga sengaja berjalan tanpa alas kaki, dia ingin merasakan sensasi menyenangkan saat kakinya menyentuh pasir dan terkena deburan ombak.
Mereka berjalan hingga cukup jauh dari peserta lainnya, Sastra melihat sebuah gazebo di tepi pantai dan mengajak Bunga untuk beristirahat di sana.
"Kamu sudah lama bekerja di swalayan itu?" Sastra bertanya sambil memberikan sebotol air mineral pada Bunga.
"Aku langsung bekerja setelah lulus SMA, jadi sudah sekitar tiga tahun aku bekerja di situ. Kenapa?" Bunga balik bertanya.
"Kenapa kamu nggak melanjutkan ke perguruan tinggi?" Sastra menatap wajah cantik disampingnya.
Bunga mengembuskan napasnya kasar, lalu dia menceritakan semua tentang kehidupannya. Tentang alasan dia tidak kuliah dan lebih memilih langsung bekerja. Baru kali ini Bunga membagi beban di hatinya dengan orang lain, mungkin karena Sastra membuatnya merasa nyaman.
"Maaf aku jadi bercerita tentang hal yang tidak seharusnya." Bunga tertunduk lesu.
"No problem. Mmm... gimana kalau kamu bekerja di perusahaanku saja? dengan tambahan sertifikat kursusmu itu sudah cukup. Aku bisa menempatkanmu di posisi yang nyaman, dan gaji di tempatku sudah pasti lebih besar dari gajimu di swalayan. Hanya saja posisi kosong itu berada di kantor cabang di luar kota," jelas Sastra dengan serius.
Mata Bunga berbinar mendapat kesempatan seperti itu, perusahaan Sastra adalah perusahaan besar yang memiliki banyak cabang yang hampir semua karyawannya adalah sarjana.
Kapan lagi aku menerima kesempatan bagus seperti ini, sebaiknya aku tidak melewatkannya karena kesempatan jarang datang untuk kedua kalinya.
"Benarkah?" sahutnya senang.
"Tentu saja aku mau, tapi bagaimana dengan karyawan-karyawan lainnya? aku tidak ingin lingkungan kerjaku menjadi tidak nyaman jika mereka mengetahui tentang kualifikasiku." Bunga menghela napasnya dalam-dalam.
"Masalah itu serahkan saja padaku, kamu tidak usah khawatir." Sastra mengacak rambut Bunga.
"Terima kasih, sudah memberikan kesempatan seperti ini padaku." Sudut bibirnya tertarik ke atas, saking senangnya Bunga refleks memeluk Sastra dan dengan senang hati Sastra membalas pelukan gadis itu. Lama mereka dalam posisi itu, kemudian saat Bunga hendak melepaskan pelukannya tiba -tiba Sastra meraih tengkuknya.
"Cup...."
Sastra mengecup lembut bibirnya. Bunga hanya diam membeku masih terkejut dengan apa yang dilakukan kekasihnya itu. Karena Bunga hanya terdiam Sastra kembali menempelkan bibirnya dan menciumnya, kali ini bukan hanya kecupan tapi sebuah ciuman yang lebih dalam.
Bunga secara impulsif memejamkan matanya, nalurinya menuntunnya untuk mengalungkan tangannya ke belakang leher Sastra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Kemilau Senja
berharap sastra bakal insaf..dan berubah jdi lebih baik...semnjak sama bunga...krna ga bakal bisa bayangin klo bunga yg baik...polos selalu mndpt tekanan...dri keluarganya...saudaranya bakal trsakiti sama sastra yg dia kira tulus...😢😢
2022-07-20
1
Pratiwi Lusi Arifin
waattt
2021-11-24
0
Emi Wash
pliss jangan rusak gadis sepolos bunga.
2021-09-05
0