Sebelumnya, Thor minta maaf ga upload Udah lama karna Sibuk di RL dan kondisi lagi ga baik baik aja. Mohon pengertiannya ya semua Terima kasih.
...----------------...
Bab 20: Sebuah Pembantaian
Di sebuah gudang tua yang berlokasi di perbatasan Kota Ariston, Andre Covitz duduk di kursinya, wajahnya memerah karena amarah. Dua anak buahnya yang berhasil kembali dari serangan Black Parade berlutut di depannya, gemetar ketakutan. Salah satunya, seorang pria dengan luka bakar di lengannya, berusaha menjelaskan kekacauan yang terjadi di jalanan, bagaimana delapan mobil mereka dihancurkan dan lebih dari lima puluh orang tewas dalam baku tembak brutal.
Namun, sebelum pria itu bisa menyelesaikan kalimatnya, Andre mengayunkan kepalan tangannya dengan kecepatan luar biasa.
Braaakk!
Pukulan itu mengenai rahang anak buahnya dengan kekuatan penuh. Tulang wajah pria itu langsung patah, tubuhnya terhempas ke lantai dengan darah mengucur dari mulutnya.
“Lemah! Tidak ada tempat untuk pengecut di Red Scorpion!” Andre menggeram, lalu menoleh ke anak buahnya yang lain, pria berambut botak dengan tatapan ketakutan.
Tanpa peringatan, Andre meraih belati dari meja dan dengan satu gerakan cepat, dia menyayat leher pria itu. Darah menyembur seperti air mancur, membasahi lantai gudang. Korban meronta-ronta selama beberapa detik sebelum akhirnya tubuhnya roboh tanpa nyawa.
Para anak buahnya yang lain menelan ludah, tak satu pun berani bersuara.
“Black Parade harus dimusnahkan! Siapkan semua orang kita!” Andre meraung.
Namun, sebelum mereka bisa bergerak, kehancuran sudah menanti mereka.
---
Malam itu, Black Parade sudah terlebih dulu bergerak.
Victor, tangan kanan Theo, memimpin serangan ke gudang senjata Red Scorpion. Mereka datang dengan truk logistik, menyamar sebagai pemasok amunisi. Begitu gerbang terbuka, granat dilemparkan ke pos penjagaan.
BOOM!
Ledakan menghancurkan tiga penjaga di dekat gerbang, tubuh mereka tercerai-berai. Alarm berbunyi, tapi semuanya sudah terlambat. Puluhan anak buah Black Parade keluar dari truk dengan senjata otomatis. Tembakan bertubi-tubi dilepaskan. Kepala-kepala para penjaga berlubang akibat peluru yang ditembakkan, darah bercipratan ke dinding gudang.
Seorang anggota Red Scorpion mencoba meraih radio untuk meminta bantuan, tapi Victor menariknya dari belakang dan menekan ujung moncong pistol ke bawah dagunya.
DOR!
Peluru menembus rahang pria itu dan menghancurkan tengkoraknya.
Gudang senjata itu akhirnya diledakkan, melepaskan bola api besar ke langit malam. Kota Ariston bergemuruh akibat ledakan yang mengguncang tanah.
---
Theo dan pasukannya menyerbu klub malam yang menjadi markas transaksi narkoba Red Scorpion. Tanpa peringatan, mereka menembakkan gas beracun ke dalam ruangan VIP, membuat para pengunjung berlarian panik.
Theo masuk ke dalam dengan tenang, melangkahi tubuh seorang wanita yang tersedak gas, air matanya mengalir deras.
Di belakang bar, seorang bartender mencoba meraih shotgun tersembunyi, tapi Theo lebih cepat.
DOR!
Peluru menembus dada pria itu, menghantam botol-botol di belakangnya yang pecah berkeping-keping.
Salah satu anggota Red Scorpion mencoba melarikan diri lewat pintu belakang, tetapi salah satu anggota Black Parade menangkapnya. Dengan sadis, pria itu ditarik ke tengah ruangan dan ditekan ke lantai.
Theo berjongkok di depannya, menatap matanya yang dipenuhi ketakutan.
“Kau pikir bisa kabur?” bisiknya sambil mengeluarkan belati.
Dalam satu gerakan cepat, dia menyayat tenggorokan pria itu. Darah muncrat membasahi lantai klub. Teriakan terakhir korban terdengar sebelum akhirnya tubuhnya terkapar tanpa nyawa.
---
Saat Andre Covitz masih mengumpulkan sisa-sisa anak buahnya di pabrik baja tua, Evan dan pasukannya sudah bersiap di luar.
“Kita bakar tempat ini sampai jadi abu,” Evan berkata dingin.
Granat berpeluncur roket ditembakkan ke pintu masuk.
BOOM!
Dinding baja markas itu meledak, menghancurkan beberapa orang yang berdiri terlalu dekat. Ledakan membakar tubuh mereka, membuat mereka berteriak kesakitan sebelum akhirnya jatuh tak bernyawa.
Andre Covitz berlari keluar dengan senjata di tangannya, memimpin sisa anak buahnya.
“Bunuh mereka semua!” dia berteriak.
Perang pun pecah.
Peluru beterbangan di udara, menghantam dinding, tubuh, dan kepala. Beberapa anggota Red Scorpion terkena tembakan di perut dan jatuh sambil merintih. Seorang pria yang kehilangan tangan akibat ledakan menjerit sebelum akhirnya ditembak mati oleh salah satu anggota Black Parade.
Evan bergerak cepat di tengah baku tembak, menghindari serangan dan menembak balik dengan presisi mengerikan. Satu tembakan ke kepala, satu lagi ke jantung. Setiap peluru yang dilepaskannya selalu menemukan targetnya.
Andre Covitz berhadapan langsung dengan Evan.
“Kau!” Andre meraung, menodongkan senjatanya.
Tapi Evan lebih cepat.
Dalam sekejap, dia mencabut pisau dari pinggangnya dan melemparkannya tepat ke tangan Andre.
“ARGHHH!” Andre berteriak saat pisaunya menancap di telapak tangannya.
Evan tidak membuang waktu. Dia berlari mendekati Andre dan menendang lutut Andre hingga patah. Dengan Gerakan yang sangat cepat bahkan penglihatan Andre tidak bisa mengikuti pergerakan Evan. Pria itu berlutut dengan wajah penuh kesakitan.
“Kau pikir bisa menyentuhku?” Evan berbisik dingin.
“Sialan!, Siapa kalian. Berani sekali kau menyerang Red Scorpion! Apa kalian badjingan tidak takut konsikuensinya HAH !” Teriak Andre berusaha menakut-nakuti Evan.
“heh…Aku? Takut? Kau terlalu banyak bermimpi!” Ucap Evan dingin.
Tanpa ragu, dia menghunus belati lain dan menyayat leher Andre dari satu sisi ke sisi lain. Darah menyembur deras, membanjiri tanah di bawahnya.
Andre terbatuk, mencoba bernapas, tapi percuma. Tubuhnya akhirnya tumbang di genangan darahnya sendiri. Dia berusaha untuk mengeluarkan suara, tapi suaranya tidak mau keluar dan hanya darah terus menyembur dari lehernya.
Markas terakhir Red Scorpion dihancurkan, tak ada yang dibiarkan hidup. Mayat berserakan di mana-mana, beberapa dengan kepala hancur, yang lain dengan tubuh terpotong-potong.
Saat pabrik baja itu mulai terbakar, Evan menatap kobaran api dengan wajah tanpa ekspresi.
“Kita sudah selesai di sini.”
Dia berbalik, meninggalkan reruntuhan yang kini hanya menyisakan abu dan darah. Bersama para anggota Black Parade.
Dan di malam itu, nama Kelompok Black Parade semakin tertanam dalam dunia bawah.
---
Di dalam markas Black Parade, Evan sedang duduk di ruang pertemuan dengan Theo dan beberapa kepala divisi yang lain setelah operasi pembersihan Red Scorpion. Suasana ruangan terasa berat, dengan aroma logam darah yang masih tertinggal di pakaian beberapa anggota. Lampu-lampu redup memperlihatkan ekspresi mereka yang penuh kepuasan sekaligus kehati-hatian. Mereka telah berhasil memusnahkan Red Scorpion dari Kota Ariston, tetapi masih ada satu tugas terakhir yaitu menghilangkan jejak dengan sempurna.
Pintu ruangan terbuka dengan kasar, dan masuklah Dr. Frank dengan ekspresi ceria yang kontras dengan suasana tegang di dalam ruangan. Dengan kacamata tebalnya yang sedikit melorot dan senyuman miring, ia langsung membuka mulutnya tanpa aba-aba.
"Jadi, bagaimana kita akan membereskan mayat-mayatnya? Harus dipastikan bahwa tubuh dari para Red Scorpion benar-benar lenyap tanpa sisa!" katanya sambil duduk dengan santai di meja rapat.
Theo hanya menghela napas, sementara Evan menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa yang kau punya, Frank?"
"Oh, aku punya banyak ide yang cukup... artistik." Frank tertawa kecil sebelum melanjutkan. "Kita bisa mengebom tempat tempat mereka hingga tak bersisa, memastikan bahwa tidak ada satu pun bukti tersisa. Atau... kita bisa menggunakan acid, biar mereka meleleh seperti lilin di bawah matahari. Sangat bersih, sangat efektif!"
Beberapa kepala divisi yang hadir hanya saling pandang, sebagian dari mereka sedikit tidak nyaman dengan bagaimana Frank membahas metode menghilangkan mayat dengan begitu santai, seolah-olah ini hanya eksperimen sains biasa. Bagi rakyat kota biasa bisa jadi mereka piker itu adalah serangan teroris,dan terlalu mencolok.
"Tapi yang paling menarik," lanjut Frank sambil bersandar di kursinya, "adalah pesan yang bisa kita tinggalkan. Kepala Andre Covitz—ah, pria sialan itu—bisa kita kirim sebagai peringatan. Bayangkan ini.. kepala pemimpin mereka, dipotong rapi, dilempar ke depan gedung pemerintahan! Biarkan media dan wartawan melahap berita ini. Kota Ariston akan tahu bahwa Organisasi kita bukan sekadar kelompok bayangan. Kita adalah mimpi buruk mereka! Dan siapa pun yang berpikir untuk menyerang kita akan berpikir seribu kali sebelum bergerak."
Evan menatap Frank dalam diam. Ide itu gila, tetapi sangat efektif. "Kita akan lakukan itu. Theo, siapkan tim untuk mengantarkan kepala Andre. Biarkan dunia tahu bahwa tidak mudah dihancurkan."
walaupun ide ini sangat menarik perhatian, tapi menurut Evan ini merupakan hal yang perlu untuk memastikan kelompok dunia bawah lain untuk diam sementara. Orang yang bekerja di dunia bawah tidak akan takut jika dia tidak memberikan peringatan.
---
Pagi hari telah tiba, siaran langsung berita di TV di setiap channelnya hanya menampilkan berita tentang apa yang terjadi pagi itu. Di kantor pusat pemerintah Kota Ariston, Wali Kota Gerald Strauss sedang duduk di kursinya dengan ekspresi wajah yang penuh ketegangan. Berita tentang kehancuran Red Scorpion telah menyebar, tetapi yang lebih mengejutkan adalah apa yang baru saja terjadi pagi ini. Sebuah paket misterius telah ditemukan di depan gedung pemerintahan.
Ketika petugas membuka paket itu, mereka langsung mundur dengan wajah pucat pasi. Di dalamnya, terdapat kepala Andre Covitz yang terpenggal bersih, dengan matanya masih terbuka lebar dalam ekspresi ketakutan terakhirnya. Sebuah catatan tertempel di dahinya "sebaiknya pemerintah Jangan ikut campur, dan jangan meng investigasi kami"
Media langsung mengabadikan kejadian ini. Seluruh siaran berita dipenuhi dengan spekulasi tentang siapa sebenarnya mereka dan bagaimana mereka bisa melenyapkan organisasi kriminal sebesar Red Scorpion dalam semalam.
bagaimana Media bisa tau? Evan mengirim paket ke Gedung pemerintah meninggalkan bercak darah sepanjang perjalanan ke Gedung pemerintah. Secara otomatis warga yang melihat dan penasaran mengikuti bercak tersebut dan berhujung di Gedung Pemerintah dan akhirnya menelpon polisi.
Wali Kota Gerald mengusap wajahnya dengan tangan gemetar. "Ini... adalah deklarasi perang di dunia bawah," gumamnya.
---
Di kediaman keluarga Yin, Jonathan Yin duduk di ruang tamu dengan Stella di sampingnya. Layar televisi menampilkan berita tentang kepala Andre Covitz yang ditemukan di depan gedung pemerintahan. Reporter dengan suara gemetar menjelaskan bahwa ini adalah peristiwa kriminal paling brutal yang pernah terjadi di Kota Ariston.
Stella menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Papa... apa ini? Siapa yang melakukan ini?"
Jonathan Yin tidak segera menjawab. Matanya menatap layar dengan penuh ketajaman. Dalam hatinya, dia sudah menduga siapa dalang di balik ini. Tapi tidak begitu pasti apakah dugaannya benar atau salah.
"Aku harap ini tidak seperti yang aku pikirkan..." gumamnya pelan.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments