Bab 6
Setelah Evan beranjak pergi dari rumah sakit, Stella yang sudah menunggu sejak malam sebelumnya baru saja tiba pagi ini. Ia menginap di hotel terdekat demi memastikan dirinya siap kapan saja untuk melihat kondisi ayahnya. Dengan langkah cepat, Stella menuju meja resepsionis rumah sakit keluarganya.
“Halo, di mana ayahku sekarang?” tanya Stella dengan nada tegas, cemas terbersit di matanya.
“Halo, Nona Stella. Tuan Jonathan baru saja selesai dioperasi. Berdasarkan instruksi dari Dokter Cindy dan Tuan Muda Evan, pengunjung, termasuk keluarga dekat, belum diizinkan untuk menemuinya sampai Tuan Jonathan sadar sepenuhnya,” jelas resepsionis itu dengan hormat.
Stella merasa sangat penasaran dengan semua yang terjadi dan memohon kepada resepsionis untuk menceritakan seluruh kronologinya. Dengan penuh pengertian, staf rumah sakit itu menjelaskan bahwa Jonathan tiba di rumah sakit bersama Evan, bagaimana operasi berlangsung, hingga gosip yang sedang ramai dibicarakan bahwa Dokter Cindy memiliki perasaan pada Evan.
‘APA?! Dokter Cindy melakukan itu pada Evan sebelum aku?! Tak termaafkan! Jadi ini yang rasanya memiliki saingan?’ batin Stella, dengan perasaan yang bercampur antara kesal dan cemburu.
“Baiklah, kalau begitu. Setelah ayahku sudah sadar, tolong kabari aku dan keluarga Yin, ya,” ucap Stella sambil berlalu dengan raut wajah yang masih terlihat kesal.
Di dalam mobilnya, Stella mendadak menangis bahagia. Beban yang selama ini menyesakkan dadanya terasa sedikit terangkat. Ayahnya, yang sudah lama sakit dan menggerogoti kehidupan keluarga mereka sedikit demi sedikit, akhirnya sembuh.
“Evan, hutang ini takkan pernah kulupakan. Tidak, keluarga Yin tidak akan pernah melupakan ini,” ucapnya sambil mengusap air matanya yang mengalir deras.
Namun mendadak wajahnya berubah cemberut saat teringat gosip itu. “Tapi, kenapa kau biarkan Dokter Bejat itu melakukan itu padamu?!” teriak Stella dengan penuh cemburu.
…
Di rumahnya, Evan terbaring di kasurnya, menikmati momen tenang setelah membersihkan diri. Ia tidak pernah menyangka akan benar-benar menjalani kehidupan sebagai seorang dokter dan mengalami sensasi mengobati seseorang secara langsung. Kenangan akan pertemuannya dengan Cindy di rumah sakit membuat wajahnya merona.
(Ding!)
(Misi selesai. Anda mendapatkan 100 poin, 100% saham JC Investment, 100 juta USD.)
Mata Evan membelalak. Ia tidak percaya apa yang dibacanya. 100% saham? Apakah ini berarti dia pemilik perusahaan itu sekarang?
“JC Investment? Mari aku cek di laman web tentang perusahaan itu,” gumamnya, penasaran.
Saat ia mencari informasi tentang JC Investment, keterkejutannya semakin bertambah. Perusahaan itu adalah yang terbesar dan perusahaan No. 1 di Ibu Kota Ariston! Dan kini, seluruh kepemilikan ada di tangannya.
(Tring... tring...)
Suara teleponnya berbunyi. Evan segera mengangkatnya. “Halo...”
“Halo, apakah ini Tuan Evan Arnold? Perkenalkan, nama saya Albert Jay, sekretaris pemilik sebelumnya dari JC Investment. Apakah Anda bersedia datang ke perusahaan untuk menandatangani berkas pemindahan hak milik?” tanya Albert dengan nada hormat.
“Oh, Perusahaan JC. Baik, nanti saya akan datang,” jawab Evan singkat, lalu menutup panggilan.
Albert, yang tertegun dengan percakapan singkat itu, bergumam dalam hati, “Apa Tuan Evan benar-benar tidak tahu tentang perusahaan ini? Tidak mungkin…”
Setelah panggilan telepon dari Albert, Evan merasa seperti hidupnya berubah begitu cepat. Dari seorang remaja biasa, kini dia memiliki perusahaan terbesar di Ibu Kota Ariston. Rasanya seperti mimpi, namun dorongan dari sistem dan rasa percaya dirinya membuat Evan yakin ini hanya permulaan.
Keesokan harinya, Evan bangun lebih awal. Hari itu, ia bersiap untuk pergi ke kantor pusat JC Investment dan menandatangani berkas pemindahan hak milik. Dengan setelan yang sederhana namun rapi, dia berusaha menjaga penampilannya agar terlihat lebih dewasa dan profesional.
Sesampainya di gedung pencakar langit yang megah milik JC Investment, Evan sempat tertegun sejenak, kagum akan besarnya perusahaan yang kini menjadi miliknya. Dalam hatinya, ia bersumpah akan memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya.
Albert menyambutnya di lobi, pria paruh baya yang mengenakan setelan resmi, berdiri dengan sikap hormat.
"Selamat datang, Tuan Evan. Saya Albert Jay. Mari, saya antar ke ruang konferensi untuk menandatangani dokumen," ucap Albert sambil membungkuk.
Saat Evan mengikuti Albert menuju ruang konferensi, ia merasakan tatapan banyak karyawan di sekitar koridor. Di sepanjang jalan, karyawan yang sedang berlalu-lalang atau bekerja di meja mereka terlihat berhenti sejenak, menatap Evan dengan pandangan penasaran dan berbisik-bisik. Seorang pemuda belia, dengan penampilan sederhana namun percaya diri, tampak begitu mencolok di antara para profesional yang lebih berpengalaman.
“Siapa dia? Aku belum pernah melihatnya di sini sebelumnya, Dia sangat tampan” bisik seorang karyawan wanita pada rekannya.
“Mungkin anak magang baru?” balas yang lain dengan nada ragu, “Tapi… kenapa dia diantar langsung oleh Pak Albert?”
Di dekat mesin kopi, beberapa karyawan senior juga saling bertukar pandang heran. “Tidak biasanya Albert mengantar orang ke ruang konferensi kecuali itu tamu penting atau… bos besar,” ujar seorang pria dengan alis berkerut, mencoba menghubungkan berbagai kemungkinan di kepalanya.
“Ah, mana mungkin. Anak muda seperti itu jadi bos besar? Tidak masuk akal,” sahut rekannya sambil tertawa kecil, walau tetap tak bisa menghilangkan rasa penasaran dari wajahnya.
Beberapa staf yang berada di dekat pintu ruang konferensi berusaha mengintip, mencari tahu siapa sosok Evan. Tatapan mereka melekat saat Evan dan Albert berhenti di depan pintu konferensi. Bahkan ada yang secara diam-diam mengeluarkan ponsel mereka, mencoba mengambil foto atau video.
Evan yang menyadari semua tatapan itu mencoba bersikap tenang, meski hatinya sedikit gugup. Namun, dirinya bukanlan dirinya yang dulu, dia menarik nafasnya seakan memberinya dorongan dan kepercayaan diri
Di antara mereka, seorang asisten muda yang biasanya mendampingi Albert berbisik pada rekan kerjanya, “Dengar-dengar, pemilik baru perusahaan akan datang hari ini. Apa mungkin… itu dia?”
Rekannya hanya menggeleng dengan bingung. “Masa sih? Kalau memang benar, dia masih sangat muda… tapi, dari sikap Albert, sepertinya dia memang orang penting.”
Albert, yang menyadari kerumunan di sekitar mereka, berhenti sejenak dan menatap para karyawan yang menatap dengan penasaran. “Maaf, mohon lanjutkan pekerjaan Kalian,” ucapnya dengan nada tenang, namun cukup tegas. Para karyawan segera mengangguk dan memberi ruang.
Evan memasuki ruang konferensi, dan pintu tertutup di belakangnya, meninggalkan para karyawan yang masih bertanya-tanya dan berusaha menerka siapa pemuda itu sebenarnya.
Di Dalam Ruang Konferensi
Setelah Evan duduk dan menandatangani dokumen pemindahan hak milik, ia mengerti bahwa hari ini menandai awal yang baru. Ketika ia melangkah keluar dari ruang konferensi, Evan bisa merasakan tatapan lebih intens dari karyawan yang berkumpul di koridor, semakin penasaran dengan siapa dirinya.
Albert, yang mendampingi Evan sampai pintu depan gedung, akhirnya memberi tahu mereka dengan senyum tipis, “Mulai hari ini, Tuan Evan Arnold adalah pemilik penuh JC Investment. Jadi, pastikan Anda semua memberi dukungan terbaik untuk beliau.”
Para karyawan yang mendengar ini tercengang. Sebagian besar tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, beberapa bahkan terkejut hingga terdiam sesaat. Sosok muda yang tadi mereka lihat ternyata adalah pemilik perusahaan baru mereka. Tidak ada yang menyangka seorang anak muda bisa berada di posisi ini.
Evan menatap mereka dengan senyum tipis, lalu berkata dengan tenang, “Senang berkenalan dengan Anda semua. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik.”
Kata-katanya singkat namun jelas, menunjukkan ketegasan yang tak terduga dari seorang yang masih muda. Sebelum dirinya pergi, dia memberitahu kepada Albert bahwa dirinya yang telah menjadi pemilik perusahaan tidak ingin dikenali siapapun. Evan ingin tetap Low profile dan Evan juga ingin Albert memastikan jangan sampai karyawan lain menyebarkan berita ini.
Albert dengan patuh mengiyakan perintah Evan, meskipun dalam hatinya dia tidak tahu kenapa Evan menginstruksikan nya supaya membuat identitas pemilik rahasia. Berbeda dari pewaris atau pemilik perusahaan besar lainnya yang ingin dikenali.Setelah Evan pergi, para karyawan langsung membicarakannya dengan penuh antusias.
“Apakah dia benar-benar pemilik baru perusahaan ini?”
“Tak kusangka! Sepertinya dia adalah pewaris keluarga kaya … tapi dia masih sangat muda!”
“Benar…kemungkinan dia dari keluarga kaya..tidak siapa yang tahu. Baiklah lanjutkan pekerjaan kalian! ” Ucap Albert
Kemudian, Semua karwayan melanjutkan pekerjaannya masing-masing seperti biasa. Karna ini adalah perusahaan sangat besar dan gaji untuk mereka sangat bagus, tiada waktu untuk bermalas-malasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments