Bab 3

Bab 3

Dalam perjalanan menuju Rumah baru Evan, tiada percakapan apapun didalam mobil, hening sahaja. Evan menatap Stella lalu berniat membuka pembicaraan karena dia juga sebenarnya sangat canggung apalagi ditambah suasana hening.

“Jadi stella, apa kamu tahu kenapa menjadi sasaran penculikan? “

“Aku tidak tahu juga Evan, tiada hal aneh juga beberapa hari sebelumnya” balas Stella

“Kalau begitu, apa kau kenal dengan Arka Hensen?”

“Hmm..Arka.. ohh aku kenal dia, dia satu kampus dengan ku dia anak dari Pemilik Perusahaan Besar Hensen itukan. Ada apa dengan dia?”

“Para penculik itu memberitahuku jika dia menerima perintah untuk menculikmu atas arahan Arka”

Mendengar penjelasan Evan, Stella sangat terkejut. Tapi kenapa Arka ingin menculik dirinya? Wajah stella sangat kebingungan dan memikirkan apa yang dirinya telah lakukan pada Arka beberapa hari lalu

“Terserah kamu mahu percaya atau tidak, aku dengar dia mengejar dirimu “

Stella kemudian teringat sesuatu kejadian 3 hari lalu, Arka menyatakan persaannya kepada dirinya di depan gedung kampus membuat semua pelajar disana berkerumun, akan tetapi Stella menolak karena dia ingin berfokus kepada pelajarannya dan belum waktunya untuk perasaannya.

“ aku bilang kepadanya aku tidak tertarik kepadanya dan ingin fokus kepada pelajaran dan aku juga sudah mempunyai seseorang yang aku sukai’ Jelas Stella dengan melirik sedikit kearah Evan

Evan tetap melihat kedepan sambil mendenngar penjelasan Stella. Evan kemudian berfikir apakah sangat jahat sampai menyewa orang untuk melakukan perbuatan penculikan?

Tidak lama kemudian mereka sampai di Pintu masuk Grand Starling. Dijaga sangat ketat oleh security yang semuanya berbadan besar dan berotot. Stella melihat jika mereka sudah sampai di depan gerbang perumahan bertanya kepada Evan apakah betul ini alamatnya?

Setahu dirinya Perumahan Grand Starling adalah perumah yang Sangat Elite dan harganya mencapai miliyaran dan apalagi rumah Mewah top 5 yang mencapai harga sampai pulahan milliyar.

Stella menatap Evan dengan wajah ingin tahu. Evan melaju kedepan gerbang yang dijaga seorang security, tapi kemudian di berhentikan. Security itu berjalan mendekat kearah jendela Evan berada

“Selamat Malam Tuan, apakah anda penghuni disini? Boleh tunjukkan buktinya?” Ucap Security tersebut

Evan kemudian menunjukkan sebuah kunci dengan keychain yang terbuat dari Permata Jadeite yang sangat cantik dan halus. Tertulis di permata tersebut satu perkataan yaitu ‘EMPEROR’. Security yang melihat itu matanya terbeliak hendak terkeluar.

Dia langsung berdiri tegap dan membungkuk kepada Evan. “Maaf tuan jika aku sudah kasar dengan anda, anda sudah boleh boleh” . Evan melihat security itu hanya tertawa. “ siapa namamu?” tanya Evan kepada security tersebut

“Aku Vaden, semua temanku memanggilku Bear Tuan!” balas Vaden

“Aku Evan, mohon kerjasamanya untuk kedepannya ya Bear” ucap Evan dan langsung meluncur masuk menuju rumahnya.

“Hey Bear, kau kenapa tadi? Tidak seperti biasanya.” salah satu teman bertanya kepada Vaden karena tingkah lakuknya sampai membungkukkan diri sangat tidak biasanya. “ Dia adalah penghuni Emperor House! Orang sangat besar dan sangat muda!” ucap Vaden kepada teman-temannya.

“Jangan bercanda Bear, mana ada orang mampu membeli rumah yang seperti Mansion itu, bahkan perusahaan pertama di negara kita saja tidak mampu membelinya hahaha”

“Aku juga tidak percaya, tapi dia menunjukkan sebuah keychain yang terbuat dari permata yang sangat langka terbuat dari Jadeite bertuliskan Emperor disana. Apapun biar aku telepon manager perumahan”

Vaden kemudian mengeluarkan telponnya dan menelpon pengurus perumahan. “Halo tuan, apa Rumah Emperor sudah berpenghuni? “ tanya Vaden

“Ohh Vaden, iya rumah itu baru saja terjua siang tadi. Nama pemilik itu adalah Evan Arnold, jika kau bertemu dengannya telpon aku ya.” jelas pengurus tersebut

“Ee…tapi tuan, dia baru saja masuk ke perumahan. Dan dilihat dari wajahnya dia sangat muda dan baik sepertinya” jelas Vaden

“Disini Rumahmu Evan!!” teriak Stella di dalam mobil. “Berisik sekali, tentu saja ini rumah. Habis aku pergi kerumah siapa kalau bukan punyaku?”

“Bukan begitu maksudku, perumahan ini adalah yang paling elite dari yang terelite kau tahu! Dan harganya setinggi langit!” ucap Stella dengan suara yang sedikit tinggi

‘Bahkan keluargaku saja tidak bisa membeli rumah disini karena harganya tinggi’ pikir Stella

Evan hanya diam saja dan tidak lama stelah itu dia sampai di sebuah rumah dengan gerbang rumah yang sangat megah. Gerbang rumah itu terukir huruf E ditingahnya. Sekali lagi Stella dibuat tertegun dengan apa yang ditunjukka oleh Evan.

Gerbang Rumah terbuka dan Evan memarkirkan mobilnya di depan rumah. Dia keluar dari mobil dan membuka pintu Stella dan mengendongnya masuk kedalam rumah. Evan menaiki tangga dan memilih salah satu kamar untuk Stella. Evan menurunkan Stella di kasur dan berjalan keluar dari kamar.

“Selamat malam dan beristirahat” ucap Evan sambil menutup Pintunya. Setelah Evan keluar dari kamar Stella sangat malu dan menutupi wajahnya dengan bantal

“Evan sangat keren! Dan apa ini! Sejak kapan dia mempunyai rumah dan mobil? Apakah dia pewaris keluarga konglomerat terkaya?”

“Dan dia menggendongku sepanjang hari, sangat perhatian sekali!” ucap Stella sangat senang bercampur terpesona

Evan pergi ke kamar yang mempunyai balkoni, dia akan menggunakan kamar itu mulai hari ini. Evan pergi ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Setelah selesai, Evan keluar dengan handuk menutupi bahagian bawahnya dan mulai pergi ke luar balkoni.

“Udara disini sangat segar, banyak sekali yang telah terjadi ya…” gumam Evan sampil mengingat semua hal yang terjadi mulai dari dirinya dipukuli hingga sekarat sampai lah sekarang ini. Evan mengeluarkan rokok dan mulai menghisapnya

“Merokok sambil ditemani malam dan bulan yang indah sangat tenang sekali” gumam nya lagi.

Evan mengecek statusnya kembali dan melihat poin yang dimilikinya serta mengecek uang yang dimilikinya sekarang.

Nama : Evan Arnold

Umur : 18 Tahun

Kekuatan : 10

Kelincahan : 8

Kecerdasan : 7

Uang : USD 3,000,000

Poin : 90

Setelah melihat status dirinya, Evan berspekulasi bahwa kukatannya juga akan bertambah jika dia menyelesaikan misi, tetapi masih tidak tahu berapa yang akan bertambah dari setiap misi. Poin bagi dirinya sangat penting untuk membeli keterampilan. Karna keterampilan pasti sangat berguna kedepannya

Evan kemudian berfikir lagi tentang apa yang akan dia lakukan kedepannya, dia butuh rencana untuk menjadikan satu dunia ini berada di genggamannya. Kehancuran keluarga Hensen akan menjadi permulaannya.

(Ding!)

Menjadi penguasa didunia

Status : berlangsung

-Tiada batas waktu

Meliat misi tiba-tiba terpacu, membuat Evan berdebar-debar, bukan karena takut. Tapi obsesi dirinya. Dari dia lahir dirinya seperti tidak dianggap dan dilantarkan, bahkan dewa saja tidak sengaja membunuh orangtuanya apakah dewa bisa membuat kesalahan? Dia kan dewa.

“Mulai sekarang tiada lagi Evan pecundang, aku Evan Arnold sang penguasa yang akan menghapuskan siapa saja yang menghalangiku dan mencabarku!” Ucap Evan sambil terseyum lebar.

Keesokkan harinya

Evan baru bangun dan turun ke dapur untuk minum air, dia kemudian melihat Stella di runag tamu, dirinya sudah bersiap dan sangat cantik telihat. Bagi Evan itu terlihat natural. “ Kamu sudah bisa berjalan? Baguslah” ucap Evan singkat dan berjalan menuju dapur

Stella sangat kesal, dia sudah susah payah bangun pagi dan merias dirinya tapi Evan tidak memperhatikannya. Tanpa Evan sedari, dia turun dari kamarnya hanya menggunakan handuk sepakai penutup bawahannya. Karena semalam dia langsung tertidur pulas tidak ingat apa yang hendak dia lakukan. Stella juga baru sedar bahwa Evan tidak memakai apapun dan terlihat tubuhnya yang sangat menawan membuat dada Stella berdegup kencang dan wajah yang memerah seperti tomat.

“Apa kamu lihat lihat? Apa ada sesuatu di wajahku?” tanya Evan

“Kamu tidak memakai pakaianmu Evan!”

“Apa…” Evan kemudian tersedar dirinya tidak memakai pakaian apapun dan hanya handuk saja. Secara tiba-tiba, handuknya merosot dan jatuh kelantai menunjukkan si burung perkasanya di depan Stella.

Stella tidak sengaja mellihat itu malah terpana, dengan begitu besar dan gagahnya burung perkasa Evan. “glek..apakah bisa muat?” gumam Stella

“Hey perempuan! Kamu jangan pikir aneh aneh ya!” Teriak Evan yang dengan cepat memasang kembali handuknya dan berlari ke kamarnya, Stella malah tertawa dengan keras dengan kejadian yang tidak terpikirkan bakal berlaku

Terpopuler

Comments

Ryan Hidayat

Ryan Hidayat

mana sama lagi ngerokok malem bngsoy

2024-11-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!