Bab 12: Kesetiaan yang Diuji

Malam semakin larut, namun ketegangan di istana belum juga mereda. Pangeran Ji-Woon, yang mengabaikan nasihat Ratu untuk beristirahat, berjalan dengan tegas menuju paviliun Seo-Rin. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya tentang serangan yang dialami oleh selirnya malam itu. Bagi Ji-Woon, peristiwa itu tak bisa dianggap sebagai insiden biasa, dan mungkin saja merupakan ancaman yang ditujukan padanya atau keluarganya melalui Seo-Rin.

Saat Pangeran tiba di paviliun Seo-Rin, Aluna sedang termenung, memandangi bayangan bulan di permukaan kolam kecil di taman paviliun. Pikirannya penuh tanda tanya dan kekhawatiran, bukan hanya tentang kejadian yang baru saja terjadi, tetapi juga tentang dampaknya pada posisinya di istana. Begitu banyak hal yang berputar di benaknya, terutama karena ia merasa bahwa insiden tersebut tak hanya sebatas kecelakaan atau serangan biasa.

Pangeran Ji-Woon melangkah mendekat dengan pelan, namun cukup membuat Aluna tersadar dari lamunannya. Ia mendongak, menatap Pangeran dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan ketakutan. Pangeran menghentikan langkahnya, lalu menatapnya dengan lembut.

“Seo-Rin, bagaimana keadaanmu?” tanya Ji-Woon, suaranya tenang namun mengandung kepedulian yang tulus.

Aluna berusaha menyembunyikan kegelisahannya. “Saya baik-baik saja, Yang Mulia. Hanya sedikit terkejut dengan kejadian tadi malam.”

Ji-Woon mendesah pelan. Ia mendekat, mengulurkan tangannya untuk menenangkan Aluna. “Kau tak perlu khawatir. Aku akan mencari tahu siapa yang ada di balik semua ini. Namun, aku ingin memastikan bahwa kau aman. Apapun yang terjadi, kau adalah bagian dari tanggung jawabku di sini.”

Mendengar ketulusan dalam ucapan Pangeran, Aluna merasa dadanya bergetar. Ada perasaan yang tak biasa—sesuatu yang tak ia rencanakan dalam alur novel yang ia tulis. Kehadiran Pangeran begitu nyata, dan Aluna mulai merasakan kehangatan yang tak pernah ia bayangkan. Tanpa sadar, ia mengangguk pelan.

Namun, jauh di dalam hatinya, Pangeran Ji-Woon masih mempertanyakan apakah Seo-Rin yang ia kenal benar-benar telah berubah. Pangeran menyadari bahwa sejak insiden ini, Seo-Rin mulai menunjukkan sisi lembut dan penuh perhatian yang berbeda dari yang biasa ia lihat.

Dalam kebingungan itu, Panglima Han datang, berjalan dengan langkah mantap menuju mereka. Setelah memberikan salam hormat, ia berdiri di samping Pangeran Ji-Woon, lalu beralih menatap Aluna.

“Yang Mulia,” Panglima Han membuka percakapan, “penjagaan di sekitar paviliun telah diperketat. Saya telah menugaskan beberapa orang terpercaya untuk memastikan tidak ada yang mencurigakan. Namun, saya merasa insiden ini menunjukkan adanya ancaman di dalam istana yang harus kita waspadai.”

Pangeran Ji-Woon mengangguk, pandangannya serius. “Kau benar, Han. Kita tidak bisa menganggap remeh. Siapa pun yang berani menyusup ke istana malam itu jelas tahu apa yang dia lakukan.”

Panglima Han memandang Aluna dengan sorot mata penuh pengertian, seolah mengatakan bahwa ia turut peduli pada keselamatannya. Lalu, dengan suara lembut, ia menambahkan, “Nona Seo-Rin, jika Anda merasa ada sesuatu yang aneh atau mencurigakan, mohon jangan ragu untuk memberi tahu saya. Ini adalah tanggung jawab saya sebagai panglima untuk melindungi seluruh keluarga istana.”

Aluna mengangguk, merasa sedikit tenang dengan adanya Panglima Han dan Ji-Woon di sisinya. Meskipun ia masih bingung dengan situasinya di dunia yang serasa semakin nyata ini, Aluna tahu bahwa memiliki perlindungan dari keduanya adalah hal yang berharga.

Malam itu, Pangeran Ji-Woon memutuskan untuk tetap di paviliun Seo-Rin untuk memastikan keamanannya. Meskipun hal itu membuat para pelayan berbisik penuh penasaran, mereka tetap melanjutkan tugas mereka dengan hati-hati.

Sementara itu, di tempat lain, Putri Kang-Ji mendengar berita bahwa Pangeran Ji-Woon berada di paviliun Seo-Rin. Rasa cemburu yang sejak awal membara di hatinya semakin menjadi-jadi. Bagi Kang-Ji, perhatian Ji-Woon pada Seo-Rin adalah penghinaan besar yang tak bisa ia terima begitu saja.

Dengan penuh amarah, ia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa suatu hari, ia akan menyingkirkan Seo-Rin dari sisi Ji-Woon. Tidak peduli bagaimana caranya atau apa yang harus ia korbankan, Putri Kang-Ji akan memastikan dirinya menjadi satu-satunya wanita yang diperhatikan oleh Pangeran Ji-Woon.

*

Sepeninggal Panglima Han, suasana terasa hening, hanya diiringi suara lirih angin malam yang menyusup melalui sela paviliun. Pangeran Ji-Woon, yang masih diliputi oleh kekhawatiran dan tekad untuk melindungi Seo-Rin, tiba-tiba meraih tangan Aluna dengan lembut namun tegas. Tanpa berkata apa-apa, ia membawanya perlahan memasuki kamar.

Aluna terdiam, membiarkan Pangeran memandu langkahnya. Hatinya berdebar lebih cepat, bercampur dengan kegelisahan dan kebingungan. Tak pernah ia bayangkan, dalam novel yang ia tulis, bahwa ia akan berada di posisi seperti ini—di kamar yang sama, dalam keheningan yang penuh arti dengan seorang tokoh yang dulu hanya ada di dalam imajinasinya.

Aluna menatap Pangeran Ji-Woon dengan rasa bersalah. Cahaya lentera yang lembut menerangi wajahnya, menunjukkan kekhawatiran yang mendalam di matanya. Ia menunduk sejenak, berusaha menata kata-kata yang ingin diucapkannya.

“Pangeran …,” Aluna memulai, suaranya sedikit bergetar. “Maafkan aku. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa kejadian tadi bisa sampai melukai Anda.” Ia menarik napas dalam, menatap Ji-Woon dengan sorot mata yang sarat dengan penyesalan. “Tidak seharusnya Anda menahan serangan itu. Seharusnya Anda biarkan saja gadis itu menyerangku.”

Pangeran Ji-Woon menatapnya, sedikit terkejut mendengar kalimat itu. Ada rasa heran yang tergambar jelas di wajahnya, dan ia menggeleng pelan.

“Seo-Rin, apa kau pikir aku akan diam saja melihat orang yang berada di sampingku diserang seperti itu?” Pangeran Ji-Woon berkata, suaranya tegas namun lembut. “Sebagai seseorang yang ada di lingkup kerajaanku, keselamatanmu adalah tanggung jawabku juga.”

Aluna menunduk, merasa kata-kata Pangeran membuatnya tersentuh. Namun, bagian dari dirinya masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Pangeran harus terluka demi dirinya.

“Yang Mulia, aku hanyalah seorang selir. Luka ini … seharusnya tak perlu Anda tanggung.” Ia mencoba menjelaskan, merasa tidak layak atas perhatian yang diberikan Pangeran padanya. Namun, melihat raut tegas di wajah Pangeran Ji-Woon, ia sadar bahwa ia mungkin tidak akan bisa meyakinkannya.

Pangeran Ji-Woon mendekat dan mengulurkan tangan, menangkup dagunya dengan lembut agar Aluna kembali menatapnya. “Seo-Rin, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Aku yang memilih untuk melindungimu, dan aku tak menyesalinya.”

Ada jeda sesaat dalam keheningan, saat keduanya saling menatap. Aluna merasakan desakan dalam hatinya, campuran dari rasa kagum, syukur, dan ketulusan. Ji-Woon, dengan tatapan yang dalam dan lembut, melepaskan tangannya, namun senyumnya yang hangat tetap tersisa.

Malam itu begitu sunyi, seolah dunia luar perlahan menghilang, menyisakan hanya Pangeran Ji-Woon dan Aluna di tengah keheningan. Lentera yang redup menerangi kamar dengan sinar hangat, menciptakan bayangan-bayangan lembut yang bergerak seiring hembusan angin.

Pangeran Ji-Woon meraih tangan Aluna dengan lembut. Ia memandanginya sejenak, raut wajahnya penuh perhatian dan kelembutan, berbeda dari ketegasan yang biasanya terpancar darinya. Suara detak jantung Aluna terasa lebih keras, memenuhi malam yang sepi.

“Seo-Rin …,” ujar Pangeran dengan suara yang nyaris berbisik, lembut namun penuh makna. “Kau telah melalui banyak hal hari ini. Izinkan aku menemanimu malam ini.”

Aluna mengangkat wajahnya, menatap Pangeran Ji-Woon yang berada di hadapannya. Ada rasa hangat yang mengalir di antara mereka, seperti arus tak terlihat yang perlahan menghubungkan dua jiwa yang terjebak dalam badai emosi dan takdir.

Keheningan malam semakin dalam, dan hanya cahaya rembulan yang menyorot lembut melalui tirai, menerangi kamar dalam temaram yang menenangkan. Aluna merasakan setiap sentuhan dari Pangeran Ji-Woon seperti percikan hangat yang membuat hatinya bergetar. Tanpa kata-kata, hanya keheningan dan napas mereka yang saling mengisi ruang di antara mereka.

Pangeran Ji-Woon perlahan mendekatkan wajahnya, dan dengan lembut bibirnya menyentuh dahi Aluna, membelai dengan kehangatan yang begitu tulus. Sentuhan itu begitu tenang, namun membawa ribuan perasaan yang mengalir seperti arus. Ciuman hangat itu kemudian bergerak perlahan, menelusuri pipinya, seolah ingin menenangkannya, menghapus segala kekhawatiran yang ada di benaknya.

Degup jantung Aluna semakin berdebar kencang, seakan-akan seluruh dunianya menyempit hanya pada momen ini, hanya pada kehadiran Pangeran Ji-Woon yang begitu nyata di sampingnya. Tanpa sadar, ia memejamkan mata, membiarkan setiap detik berlalu dalam keheningan yang penuh arti. Ji-Woon melanjutkan sentuhan lembut itu, menciptakan kehangatan di setiap inci wajah Aluna.

Dengan lembut, Ji-Woon meraih tangan Aluna, jari-jarinya menyatu dalam genggaman yang menenangkan. Tanpa memutuskan pandangan, ia menatap dalam-dalam ke mata Aluna, seolah mencoba menyampaikan perasaan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Perlahan, ia merebahkan tubuh Aluna di atas tempat tidur, membawanya dalam dekapan yang hangat dan menenangkan.

Di tengah keheningan malam yang syahdu, mereka membiarkan perasaan mereka mengalir tanpa batas. Tidak ada lagi jarak atau kebingungan di antara mereka—hanya ada kehadiran Ji-Woon yang menenangkan dan pelukan hangat yang memberi rasa aman bagi Aluna. Mereka menghabiskan malam itu dalam keintiman yang begitu damai, membiarkan hati mereka berbicara dalam keheningan, terhubung oleh perasaan yang kini tak lagi bisa diingkari.

Di antara keheningan malam yang tenang, Aluna menemukan ketenangan dalam kehadiran Ji-Woon. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa dunia yang dulu hanya khayalan ini, kini telah menjadi kenyataan yang membawa rasa bahagia yang tak pernah ia bayangkan.

Bersambung >>>

Terpopuler

Comments

chatarina kellen

chatarina kellen

trlalu bnyak kosa kata apa ini, cerota yg intinya saja knapa susah amat, ceweknya juga lemah

2024-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2 Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3 Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4 Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5 Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6 Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7 Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8 Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9 Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10 Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11 Bab 11: Pertanda Buruk
12 Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13 Bab 13: Pertemuan Rahasia
14 Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15 Bab 15: Desakan Sang Ratu
16 Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17 Bab 17: Perintah Sang Ratu
18 Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19 Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20 Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21 Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22 Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23 Bab 23: Menyelinap dari Istana
24 Bab 24: Kesempatan Terakhir
25 Bab 25: ketenangan yang Terusik
26 Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27 Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28 Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29 Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30 Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31 Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32 Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33 Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34 Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35 Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36 Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37 Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38 Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39 Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40 Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41 Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42 _Sapa Dari Author_
43 Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44 Bab 43: Undangan dari Kaisar
45 Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46 Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47 Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48 Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49 Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50 Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51 Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52 Bab 51: Alam yang Tenang
53 Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54 Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55 Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56 Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57 Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58 Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59 Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60 Bab 59: Bermain Peran
61 Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62 Bab 61: Mengikuti Insting
63 Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64 Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65 Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66 Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67 Bab 66: Salju yang Lembut
68 Bab 67: Perang Tak Terlihat
69 Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70 Bab 69: Hanya Dunia Novel
71 Bab 70: Pernikahan yang Megah
72 Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73 Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74 Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75 Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76 Bab 75: Hadiah Kecil
77 Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78 Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79 Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80 Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81 Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82 Pertemuan di Kedai Teh
83 Api di Balik Pengkhianatan
84 Rahasia yang Terungkap
85 Tangisan dan Rasa Frustasi
86 Sedikit Rasa Lega
87 Jalan yang Tidak Akan Mudah
88 Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89 Keputusan Diluar Kendali
90 Di Ambang Kehidupan dan Kematian
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2
Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3
Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4
Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5
Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6
Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7
Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8
Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9
Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10
Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11
Bab 11: Pertanda Buruk
12
Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13
Bab 13: Pertemuan Rahasia
14
Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15
Bab 15: Desakan Sang Ratu
16
Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17
Bab 17: Perintah Sang Ratu
18
Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19
Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20
Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21
Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22
Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23
Bab 23: Menyelinap dari Istana
24
Bab 24: Kesempatan Terakhir
25
Bab 25: ketenangan yang Terusik
26
Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27
Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28
Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29
Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30
Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31
Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32
Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33
Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34
Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35
Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36
Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37
Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38
Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39
Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40
Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41
Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42
_Sapa Dari Author_
43
Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44
Bab 43: Undangan dari Kaisar
45
Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46
Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47
Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48
Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49
Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50
Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51
Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52
Bab 51: Alam yang Tenang
53
Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54
Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55
Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56
Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57
Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58
Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59
Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60
Bab 59: Bermain Peran
61
Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62
Bab 61: Mengikuti Insting
63
Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64
Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65
Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66
Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67
Bab 66: Salju yang Lembut
68
Bab 67: Perang Tak Terlihat
69
Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70
Bab 69: Hanya Dunia Novel
71
Bab 70: Pernikahan yang Megah
72
Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73
Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74
Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75
Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76
Bab 75: Hadiah Kecil
77
Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78
Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79
Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80
Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81
Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82
Pertemuan di Kedai Teh
83
Api di Balik Pengkhianatan
84
Rahasia yang Terungkap
85
Tangisan dan Rasa Frustasi
86
Sedikit Rasa Lega
87
Jalan yang Tidak Akan Mudah
88
Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89
Keputusan Diluar Kendali
90
Di Ambang Kehidupan dan Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!