Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon

Malam itu, perintah Ratu kembali bergema di seluruh istana, dengan perintah tegas bahwa Pangeran Ji-Woon harus sekali lagi mengunjungi paviliun Kang-Ji. Namun, kali ini persiapan lebih matang telah direncanakan. Setibanya di paviliun, salah seorang pelayan dengan penuh hormat segera menyuguhkan secangkir teh hangat untuknya. Tanpa curiga, Ji-Woon menyesap teh itu dalam diam, menikmati kehangatannya setelah hari yang panjang.

Namun, tak lama kemudian, tubuhnya mulai terasa hangat dengan sensasi yang berbeda. Jantungnya berdegup lebih cepat, dan pandangannya sedikit kabur, seakan ada sesuatu yang mengalir dalam darahnya dan memicu gairah yang tak tertahan. Para pelayan perlahan meninggalkan ruangan, membiarkan Pangeran Ji-Woon dalam keadaan tidak biasa.

Di tengah suasana yang makin intens, Kang-Ji muncul di hadapannya dengan pakaian yang menggoda, menampilkan kecantikannya yang berkilau di bawah cahaya lentera kamar. Dengan langkah perlahan, ia mendekati Ji-Woon, senyum tipis menghiasi bibirnya. Harapannya terpancar jelas di mata Kang-Ji, seakan malam ini adalah kesempatan untuk mendekatkan hatinya pada sang pangeran.

Sentuhan Kang-Ji di bahunya memicu reaksi dari dalam diri Ji-Woon. Di bawah pengaruh teh itu, hasratnya mulai membara, dan untuk sesaat ia membiarkan dirinya tenggelam dalam sentuhan yang Kang-Ji berikan. Namun, sesuatu di dalam dirinya terasa ganjil. Setiap momen terasa salah, seakan hatinya mencari seseorang lain.

Dengan sisa kesadarannya yang masih tersisa, Ji-Woon menghela napas panjang, menarik diri dari Kang-Ji dan menatapnya penuh maaf. “Maafkan aku, Kang-Ji … ” ucapnya dengan suara serak. “Ada … sesuatu yang harus kulakukan.”

Tanpa menunggu jawaban, Ji-Woon beranjak dari tempat tidur, langkahnya agak sempoyongan, namun dengan tekad kuat. Tanpa menghiraukan panggilan Kang-Ji yang kebingungan, ia keluar dari paviliun, menyeberangi istana menuju paviliun Seo-Rin.

Seo-Rin, yang saat itu sedang berendam dalam bak mandi di kamarnya, terkejut saat melihat sosok Ji-Woon tiba-tiba masuk. Sebelum sempat berkata apa-apa, pangeran langsung menghampirinya, menyelam ke dalam bak dengan sorot mata yang penuh gairah.

“Pangeran…!” Seo-Rin mencoba berucap, namun Ji-Woon sudah mendekapnya erat, tangannya menyentuh lembut wajahnya, seakan memastikan kehadirannya benar-benar nyata. Tanpa sadar, bibir Ji-Woon mendekati wajah Seo-Rin, lalu dengan lembut mencium keningnya, turun ke pipi, hingga menyentuh bibirnya dengan penuh perasaan. Setiap sentuhan terasa lebih dalam, seakan meluapkan hasrat yang selama ini tertahan.

Di bawah cahaya remang kamar, malam itu menjadi saksi hubungan yang akhirnya semakin terbentuk di antara keduanya, melampaui batas-batas takdir yang telah direncanakan. Gairah yang membara di antara mereka membuat malam itu menjadi begitu istimewa, seakan waktu berhenti dan hanya ada mereka berdua dalam dunia yang sunyi.

Desahan Seo-Rin menggema dalam keheningan paviliun yang diterangi cahaya lentera temaram. Pangeran Ji-Woon, di bawah pengaruh hasrat yang dibangkitkan oleh ramuan dari teh yang diminumnya, merasakan darahnya mengalir lebih cepat. Ciumannya bertubi-tubi, penuh semangat yang membuat Seo-Rin nyaris kehabisan napas. Tiap sentuhan bibirnya menimbulkan getaran di tubuh Seo-Rin yang tak bisa diabaikan.

Di tengah dekapannya yang semakin erat, Seo-Rin mencoba bertahan, tangannya berusaha mendorong dada Ji-Woon, bibirnya bergetar, “Pangeran …” ucapnya pelan dengan napas tersengal.

Namun, Ji-Woon seolah tak mendengar, hasratnya sudah mencapai puncak, matanya penuh dengan intensitas yang sulit diabaikan. “Seo-Rin, aku sudah tidak tahan …” suaranya nyaris berbisik, namun terdengar jelas di telinga Seo-Rin. Tangannya melingkari tubuhnya lebih erat, seakan tak ingin melepaskannya.

Dalam pelukan yang semakin erat, Ji-Woon kembali membenamkan wajahnya ke leher Seo-Rin, ciumannya turun perlahan dari pipi hingga ke bahu, membuat jantung Seo-Rin berdegup kencang. Desahan halusnya semakin mengisi ruangan, dan kehangatan yang mereka bagi malam itu seakan membungkus mereka dalam dunia yang hanya mereka pahami.

Waktu seolah berhenti, keintiman yang mendalam terjalin di antara mereka. Tanpa sadar, Seo-Rin merasakan hatinya semakin terikat pada Ji-Woon, meski ia tahu bahwa kedekatan ini bisa membuka jalan baru bagi takdir yang tak terduga.

Di luar paviliun, udara malam terasa lebih dingin, namun di dalamnya, kehangatan dari cinta dan gairah yang terpendam menciptakan malam yang tak terlupakan bagi mereka berdua, malam yang mungkin akan mengubah segalanya.

Sementara itu, di paviliun Kang-Ji, berita tentang keberadaan Ji-Woon di paviliun Seo-Rin mulai menyebar di antara para pelayan. Kang-Ji, yang berharap malam ini akan menjadi momen kebersamaan mereka, hanya bisa memandang kosong, merasa kecewa dan terluka oleh kenyataan bahwa cinta Pangeran Ji-Woon seakan tak dapat ia miliki sepenuhnya.

Dengan malam yang terus berlalu, Ji-Woon dan Seo-Rin tenggelam dalam momen kebersamaan mereka, tanpa menyadari bahwa perasaan mereka telah melampaui batas.

*

Pagi yang sunyi menyelimuti istana ketika matahari mulai terbit di ufuk timur, sinarnya yang hangat menyusup lembut ke dalam paviliun Seo-Rin. Aluna terbangun dari tidurnya, masih terhanyut dalam bayangan peristiwa malam sebelumnya. Tubuhnya terasa lelah, namun hatinya tak bisa mengabaikan rasa hangat yang kini menyelimuti dirinya. Di sampingnya, Ji-Woon masih tertidur dengan damai, wajahnya terlihat lebih lembut daripada biasanya.

Aluna menarik napas dalam-dalam, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Kenyataan bahwa ia adalah Seo-Rin, selir pangeran, semakin terasa nyata. Perasaan yang ia miliki untuk Ji-Woon, yang awalnya semata-mata campuran antara rasa takut dan penghormatan, kini berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang sulit ia kendalikan.

Tanpa sadar, tangannya terulur menyentuh wajah Ji-Woon, mengusap lembut pipinya. Saat itulah mata Ji-Woon perlahan terbuka, menatap Aluna dengan sorot mata yang penuh kasih. Senyumnya samar namun hangat, seakan tak ingin momen itu berakhir.

“Pagi, Seo-Rin …” ucapnya pelan, suaranya serak namun lembut.

Aluna menundukkan kepalanya, merasakan pipinya memerah. “Pangeran … tentang semalam, aku …” ucapnya, sedikit terbata.

Ji-Woon menangkupkan tangannya di pipi Aluna, menenangkan rasa gugup yang melanda hatinya. “Tidak perlu mengatakan apa pun. Aku tahu,” jawabnya penuh keyakinan. “Apa pun yang terjadi antara kita, adalah sesuatu yang aku inginkan, dan tidak ada yang memaksaku.”

Aluna terdiam, merasakan betapa tulus perasaan Ji-Woon padanya. Namun di lubuk hatinya, ia tak bisa mengabaikan fakta bahwa status mereka sebagai pangeran dan selir bukanlah hal yang sederhana. Ia bukanlah bagian dari kehidupan asli dunia ini—dia terjebak dalam novel yang dulu ia ciptakan sendiri.

“Pangeran …” Aluna mulai berbicara, namun kalimatnya terputus saat ketukan di pintu terdengar.

"Yang Mulia, putri Kang-Ji telah tiba di pintu paviliun," suara pelayan terdengar dari luar, membawa keheningan yang tiba-tiba menyelimuti ruangan.

Mendengar nama Kang-Ji, tubuh Ji-Woon menegang. Ia segera beranjak, merapikan pakaiannya, sementara Aluna mencoba menenangkan dirinya. Pangeran berbalik, menatap Aluna dengan sorot mata yang serius namun lembut.

“Aku akan mengurusnya. Kau tetaplah di sini dan jangan khawatirkan apa pun,” katanya dengan nada penuh kepastian, sebelum akhirnya meninggalkan kamar.

Saat pintu tertutup, Aluna menghela napas, merasakan ketegangan yang tersisa. Pertemuan dengan Kang-Ji pasti akan penuh tekanan, dan ia hanya bisa berharap Ji-Woon tetap berada di sisinya. Namun, ia sadar, semakin banyak orang yang menyadari kedekatannya dengan Ji-Woon, semakin besar risiko yang harus dihadapinya.

Di luar kamar, Ji-Woon menemui Kang-Ji yang telah menunggu dengan wajah dingin dan tatapan penuh tuntutan. Kang-Ji menatap Ji-Woon dengan tajam, seakan ingin mendapatkan jawaban atas malam yang berlalu tanpa kehadiran suaminya di paviliunnya.

“Pangeran, apakah Anda akan terus mengabaikan kewajiban Anda pada saya?” Kang-Ji berkata dengan nada menusuk. "Apakah Seo-Rin lebih penting dibandingkan saya, istri sah Anda?"

Ji-Woon menahan desakan amarahnya, menatap Kang-Ji dengan dingin. “Kang-Ji, aku memiliki hak untuk memilih siapa yang ingin kuhabiskan malamku dengannya,” ujarnya tegas. “Dan perasaan itu tidak bisa dipaksakan.”

Kang-Ji menggertakkan giginya, menahan kemarahannya yang hampir meluap. “Jika Anda terus seperti ini, Pangeran, ketahuilah bahwa istana tidak akan diam saja. Banyak yang mempertanyakan keputusan Anda, termasuk Ratu sendiri.”

Ji-Woon hanya diam, menatap Kang-Ji tanpa ekspresi. Ia tahu bahwa posisinya sebagai pangeran terikat dengan banyak tanggung jawab, namun hatinya tak bisa mengabaikan perasaannya pada Seo-Rin. Dengan langkah yang mantap, Ji-Woon menoleh ke arah paviliun Seo-Rin, dan tanpa menoleh kembali pada Kang-Ji, ia melangkah pergi, meninggalkan istrinya yang terlihat semakin terluka dan marah.

Dalam kesendirian, Kang-Ji mengepalkan tangannya, bertekad untuk merebut kembali perhatian Ji-Woon, apa pun caranya. Di dalam hatinya, ia bersumpah bahwa Seo-Rin akan membayar harga atas semua ini.

Bersambung >>>

Episodes
1 Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2 Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3 Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4 Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5 Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6 Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7 Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8 Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9 Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10 Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11 Bab 11: Pertanda Buruk
12 Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13 Bab 13: Pertemuan Rahasia
14 Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15 Bab 15: Desakan Sang Ratu
16 Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17 Bab 17: Perintah Sang Ratu
18 Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19 Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20 Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21 Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22 Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23 Bab 23: Menyelinap dari Istana
24 Bab 24: Kesempatan Terakhir
25 Bab 25: ketenangan yang Terusik
26 Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27 Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28 Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29 Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30 Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31 Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32 Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33 Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34 Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35 Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36 Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37 Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38 Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39 Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40 Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41 Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42 _Sapa Dari Author_
43 Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44 Bab 43: Undangan dari Kaisar
45 Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46 Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47 Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48 Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49 Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50 Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51 Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52 Bab 51: Alam yang Tenang
53 Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54 Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55 Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56 Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57 Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58 Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59 Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60 Bab 59: Bermain Peran
61 Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62 Bab 61: Mengikuti Insting
63 Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64 Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65 Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66 Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67 Bab 66: Salju yang Lembut
68 Bab 67: Perang Tak Terlihat
69 Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70 Bab 69: Hanya Dunia Novel
71 Bab 70: Pernikahan yang Megah
72 Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73 Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74 Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75 Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76 Bab 75: Hadiah Kecil
77 Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78 Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79 Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80 Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81 Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82 Pertemuan di Kedai Teh
83 Api di Balik Pengkhianatan
84 Rahasia yang Terungkap
85 Tangisan dan Rasa Frustasi
86 Sedikit Rasa Lega
87 Jalan yang Tidak Akan Mudah
88 Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89 Keputusan Diluar Kendali
90 Di Ambang Kehidupan dan Kematian
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2
Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3
Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4
Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5
Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6
Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7
Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8
Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9
Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10
Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11
Bab 11: Pertanda Buruk
12
Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13
Bab 13: Pertemuan Rahasia
14
Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15
Bab 15: Desakan Sang Ratu
16
Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17
Bab 17: Perintah Sang Ratu
18
Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19
Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20
Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21
Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22
Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23
Bab 23: Menyelinap dari Istana
24
Bab 24: Kesempatan Terakhir
25
Bab 25: ketenangan yang Terusik
26
Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27
Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28
Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29
Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30
Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31
Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32
Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33
Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34
Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35
Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36
Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37
Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38
Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39
Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40
Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41
Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42
_Sapa Dari Author_
43
Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44
Bab 43: Undangan dari Kaisar
45
Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46
Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47
Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48
Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49
Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50
Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51
Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52
Bab 51: Alam yang Tenang
53
Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54
Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55
Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56
Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57
Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58
Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59
Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60
Bab 59: Bermain Peran
61
Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62
Bab 61: Mengikuti Insting
63
Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64
Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65
Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66
Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67
Bab 66: Salju yang Lembut
68
Bab 67: Perang Tak Terlihat
69
Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70
Bab 69: Hanya Dunia Novel
71
Bab 70: Pernikahan yang Megah
72
Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73
Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74
Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75
Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76
Bab 75: Hadiah Kecil
77
Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78
Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79
Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80
Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81
Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82
Pertemuan di Kedai Teh
83
Api di Balik Pengkhianatan
84
Rahasia yang Terungkap
85
Tangisan dan Rasa Frustasi
86
Sedikit Rasa Lega
87
Jalan yang Tidak Akan Mudah
88
Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89
Keputusan Diluar Kendali
90
Di Ambang Kehidupan dan Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!