Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota

Di paviliunnya, Aluna duduk termenung di tepi ranjang dengan perasaan yang tak menentu. Pikirannya kembali melayang pada gadis bernama Hae-Ri yang begitu mirip dengan Mira. Kenangan akan sahabatnya di dunia nyata menghangatkan hatinya sekaligus membangkitkan rasa rindu yang dalam. Di tengah rasa bingung dan hampa, ia bertanya-tanya apakah mungkin ada cara untuk kembali ke dunianya.

Tak lama kemudian, seorang pelayan masuk dengan lembut. “Yang Mulia, tabib istana sudah tiba. Pangeran Ji-Woon mengutusnya untuk memeriksa kesehatan Anda.”

Aluna terdiam, agak terkejut mendengar perhatian mendadak dari pangeran. Meski hati kecilnya berbisik bahwa perhatian itu lebih didorong rasa penasaran, Aluna tetap menyambut tabib dengan anggukan pelan.

Tabib berlutut di hadapannya, kemudian dengan hati-hati mengukur denyut nadi di pergelangan tangannya. Aluna mencoba menenangkan debaran jantungnya, meskipun pikirannya masih berputar antara kenyataan dan ingatannya akan dunia yang telah ditinggalkannya. Setelah beberapa saat, tabib itu tersenyum tipis.

“Nona Seo-Rin tampak sehat, namun mungkin membutuhkan istirahat yang cukup,” katanya dengan lembut.

Aluna tersenyum kaku. “Terima kasih, Tabib.”

Setelah tabib dan pelayan meninggalkannya sendirian, Aluna menghela napas panjang. Kini ia benar-benar sendirian di paviliun yang sunyi. Tak ada yang bisa ia ajak bicara, tak ada sahabat seperti Mira yang bisa mengerti apa yang ia rasakan. Hanya ada dirinya sendiri dalam dunia yang terasa begitu asing.

Di luar, langkah-langkah tenang namun mantap bergema mendekat. Pintu paviliun perlahan terbuka, dan di sana berdiri Pangeran Ji-Woon dengan tatapan tenang namun penuh ketertarikan. “Seo-Rin,” panggilnya lembut, namun nada suaranya tetap tegas.

Aluna segera bangkit dan memberi hormat. “Yang Mulia, maafkan jika saya membuat Anda khawatir.”

Pangeran melangkah lebih dekat, sorot matanya menyelidik. “Apa yang terjadi tadi? Kau terlihat sangat tertarik pada putri Menteri Park. Hingga bertanya hal yang, menurutku, cukup aneh.”

Aluna merasa seluruh tubuhnya menegang. Menghadapi Pangeran Ji-Woon yang selalu waspada dan penuh curiga membuat dirinya harus selalu berhati-hati. “Maafkan saya, Yang Mulia. Saya … hanya teringat pada seseorang dari masa lalu. Kemiripan antara Hae-Ri dan orang itu mengejutkan saya.”

Pangeran menatapnya dalam diam sejenak, lalu mengangguk. “Kau adalah selirku sekarang, Seo-Rin. Aku berharap kau dapat menjalankan peranmu dengan sebaik-baiknya. Termasuk bersikap sewajarnya di hadapan para tamu kerajaan.”

Aluna menundukkan kepala. “Tentu, Yang Mulia.”

Ji-Woon menghela napas, tatapan lembut sesaat terlintas di matanya, namun segera tersembunyi di balik sikapnya yang tegas. “Besok kau akan mendampingiku untuk urusan diplomasi. Aku butuh pandanganmu mengenai beberapa pejabat yang dapat diandalkan. Istirahatlah malam ini. Aku tak ingin mendengar keluhanmu kelelahan besok.”

Mendengar perkataan Pangeran, Aluna hanya bisa mengangguk. Setelah pangeran meninggalkannya, ia kembali duduk, kali ini dengan rasa cemas yang berbeda. Rasa khawatir itu kini bukan hanya soal cara kembali ke dunianya, tapi juga tentang tuntutan peran barunya sebagai sekutu pangeran dalam permainan politik istana yang rumit.

*

Di paviliun yang mewah namun terasa dingin, Putri Kang-Ji duduk dengan amarah yang membara. Ia menggenggam erat lengan kursinya, pandangan matanya tajam memandangi jendela besar yang menghadap ke taman istana. Malam itu, kabar bahwa Pangeran Ji-Woon menghabiskan waktu di paviliun Seo-Rin membuat dadanya terasa seperti terbakar.

“Bagaimana mungkin dia begitu terang-terangan mengabaikanku?” desisnya dengan suara yang bergetar menahan emosi. Jubahnya yang megah berkilau di bawah cahaya lentera, namun tak ada yang bisa meredam bara yang berkobar di hatinya. Satu demi satu, bunga-bunga di dalam vas yang tergeletak di mejanya ia patahkan dengan kasar, seolah setiap kelopak yang hancur melambangkan perasaannya yang terkoyak.

Dayang utama Kang-Ji, Young-Sun, mendekat dengan hati-hati, membungkuk dalam ketakutan. Ia telah lama menemani Putri Kang-Ji dan tahu benar betapa kerasnya sang putri saat amarahnya tersulut. “Yang Mulia, mungkin ada alasan mengapa Pangeran Ji-Woon berkunjung ke paviliun Seo-Rin…”

“Alasan?” Kang-Ji menyentakkan pandangannya pada Young-Sun, sorot matanya tajam. “Apa yang mungkin bisa dibicarakan Pangeran dengannya, di malam seperti ini? Hanya ada satu alasan: dia terpikat pada perempuan rendah itu!”

Young-Sun menunduk lebih dalam, tak berani menatap wajah sang putri mahkota. “Yang Mulia, bukankah ini kesempatan bagi Anda untuk menunjukkan sisi keanggunan yang lebih berwibawa? Semakin Anda menunjukkan ketegasan, semakin besar kemungkinan Pangeran akan menyadari nilai Anda.”

Kang-Ji tersenyum tipis, tetapi senyum itu lebih mirip senyuman penuh amarah dan kesombongan. “Seo-Rin tak lebih dari sekadar pion dalam permainan ini. Dia mungkin berhasil menarik perhatian Ji-Woon untuk saat ini, tapi aku adalah putri mahkota—statusku jauh di atasnya.” Suaranya melunak namun penuh penekanan, seolah ia tengah meyakinkan dirinya sendiri bahwa Seo-Rin tidak lebih dari ancaman sementara.

Namun, di balik pernyataan itu, ada kecemasan tersembunyi yang membuat Kang-Ji gelisah. Ji-Woon tidak pernah bersikap sehangat itu pada siapa pun selain dirinya, dan fakta bahwa ia mengabaikan putri mahkota demi seorang selir membuatnya merasa terancam.

Young-Sun mengangguk pelan. “Yang Mulia benar. Anda adalah putri mahkota, sosok yang lebih berkuasa dan berwibawa di mata semua orang. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Anda.”

Meskipun kata-kata itu sedikit menenangkan, Kang-Ji masih merasa ada sesuatu yang salah. Pangeran Ji-Woon semakin sering bersama Seo-Rin dan tampaknya tak terpengaruh oleh upayanya untuk menarik perhatian.

“Mulai besok, aku akan memastikan Seo-Rin tahu tempatnya,” gumam Kang-Ji dengan suara rendah namun penuh tekad. Matanya bersinar dengan kebencian yang dalam. Jika Seo-Rin ingin bermain dalam wilayahnya, maka Kang-Ji akan menunjukkan padanya bahwa ia bukanlah lawan yang mudah.

Kecantikan dan anggunnya tidak akan cukup untuk mengalahkan seorang putri mahkota yang penuh dengan kekuatan dan tekad. Di dalam dirinya, rencana-rencana baru mulai terbentuk—rencana untuk mempertahankan posisinya sebagai yang paling diinginkan, bahkan jika itu berarti menghancurkan siapa saja yang mencoba merebutnya.

*

Pagi itu, di antara desiran angin yang lembut, Kang-Ji melangkah memasuki taman istana dengan iringan para dayangnya. Meski wajahnya tampak tenang, di balik senyum tipisnya tersimpan niat yang penuh perhitungan. Hari ini, ia bertekad menunjukkan siapa yang benar-benar memegang kendali di istana. Jika Seo-Rin ingin berperan sebagai sekutu Ji-Woon, maka ia harus merasakan beban yang datang bersamaan dengan kedudukan itu.

Di sisi lain, Seo-Rin—dalam tubuhnya yang diisi jiwa Aluna—hanya berharap waktu ini berlalu cepat. Ia sadar bahwa posisinya sebagai selir telah memicu berbagai kecemburuan dan intrik, terutama dari Kang-Ji.

Namun, ketika ia berada di taman itu, takdir sekali lagi mempertemukannya dengan putri mahkota yang penuh amarah. Dengan senyum yang tampak ramah namun menyimpan niat tersembunyi, Kang-Ji mendekat ke arahnya, diikuti oleh dayang-dayangnya yang tampak menunduk dalam ketakutan.

“Selamat pagi, Seo-Rin,” sapa Kang-Ji dengan nada lembut yang dipaksakan. “Aku melihat kau sering menemani Pangeran Ji-Woon akhir-akhir ini. Pasti sangat melelahkan bagimu, bukan?”

Aluna tersentak. Ia dapat merasakan bahwa ini bukanlah percakapan ramah. Namun, dengan tenang, ia membalas, “Hamba hanya melakukan tugas yang diperintahkan oleh Yang Mulia Pangeran. Jika beliau berkenan, hamba pasti akan melaksanakan apa pun yang diperintahkan.”

Kang-Ji tertawa kecil, meskipun suaranya terdengar tajam. “Oh, kau begitu patuh, Seo-Rin. Tapi sebagai selir, kau harus tahu batas-batasmu. Jangan sampai kau lupa siapa yang memiliki hak atas posisi di sisi pangeran.”

Aluna hanya tersenyum samar, mencoba menyembunyikan ketegangan yang mulai muncul. “Tentu saja, Yang Mulia. Hamba hanya ingin melayani yang terbaik untuk Pangeran Ji-Woon, demi kehormatan istana ini.”

Namun, kata-kata itu justru semakin memancing amarah di hati Kang-Ji. Dengan mata yang bersinar penuh kecemburuan, ia mendekat lebih lagi, menyisakan hanya beberapa jengkal di antara mereka. “Ketahuilah, Seo-Rin, posisimu di istana ini hanyalah sementara. Kau tidak lebih dari seorang bayang-bayang yang akan segera sirna.”

Di bawah tekanan tatapan putri mahkota, Aluna merasakan kebencian yang begitu mendalam. Ia tahu bahwa permainan ini semakin berbahaya, namun tak bisa mundur begitu saja.

Di kejauhan, Pangeran Ji-Woon memperhatikan percakapan itu dengan pandangan tajam. Meski ia tidak mendengar seluruhnya, ia tahu bahwa keduanya tidak memiliki hubungan yang harmonis. Ji-Woon mendekati mereka, membuat Kang-Ji segera memasang ekspresi tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“Seo-Rin, mari kita kembali,” ucap Ji-Woon singkat namun tegas, seraya melirik Kang-Ji yang tampak memasang senyum formal.

Seo-Rin membungkukkan tubuhnya pada sang putri mahkota sebelum mengikuti langkah pangeran.

Namun, di saat punggung mereka berpaling, wajah Kang-Ji berubah tajam. Ia bertekad untuk tidak membiarkan Seo-Rin atau siapapun merebut perhatian Ji-Woon dari sisinya. Kang-Ji berjanji, bahwa ia akan melakukan apa saja demi mempertahankan posisinya di hati pangeran, bahkan jika ia harus menyingkirkan lawan-lawannya dalam bayang-bayang kelam yang kini semakin pekat mengelilinginya.

Bersambung >>>

Terpopuler

Comments

Note 2

Note 2

q kasih * 1 aja krn mc/aluna payah,lemah

2024-12-30

0

Wan Trado

Wan Trado

seorang selir juga dipanggil dgn sebutan yang mulia kahh..

2024-11-09

0

Aja Nisa

Aja Nisa

🔗🔗🔗

2024-11-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2 Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3 Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4 Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5 Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6 Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7 Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8 Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9 Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10 Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11 Bab 11: Pertanda Buruk
12 Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13 Bab 13: Pertemuan Rahasia
14 Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15 Bab 15: Desakan Sang Ratu
16 Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17 Bab 17: Perintah Sang Ratu
18 Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19 Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20 Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21 Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22 Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23 Bab 23: Menyelinap dari Istana
24 Bab 24: Kesempatan Terakhir
25 Bab 25: ketenangan yang Terusik
26 Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27 Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28 Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29 Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30 Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31 Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32 Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33 Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34 Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35 Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36 Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37 Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38 Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39 Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40 Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41 Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42 _Sapa Dari Author_
43 Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44 Bab 43: Undangan dari Kaisar
45 Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46 Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47 Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48 Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49 Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50 Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51 Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52 Bab 51: Alam yang Tenang
53 Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54 Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55 Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56 Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57 Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58 Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59 Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60 Bab 59: Bermain Peran
61 Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62 Bab 61: Mengikuti Insting
63 Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64 Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65 Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66 Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67 Bab 66: Salju yang Lembut
68 Bab 67: Perang Tak Terlihat
69 Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70 Bab 69: Hanya Dunia Novel
71 Bab 70: Pernikahan yang Megah
72 Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73 Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74 Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75 Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76 Bab 75: Hadiah Kecil
77 Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78 Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79 Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80 Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81 Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82 Pertemuan di Kedai Teh
83 Api di Balik Pengkhianatan
84 Rahasia yang Terungkap
85 Tangisan dan Rasa Frustasi
86 Sedikit Rasa Lega
87 Jalan yang Tidak Akan Mudah
88 Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89 Keputusan Diluar Kendali
90 Di Ambang Kehidupan dan Kematian
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2
Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3
Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4
Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5
Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6
Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7
Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8
Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9
Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10
Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11
Bab 11: Pertanda Buruk
12
Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13
Bab 13: Pertemuan Rahasia
14
Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15
Bab 15: Desakan Sang Ratu
16
Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17
Bab 17: Perintah Sang Ratu
18
Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19
Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20
Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21
Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22
Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23
Bab 23: Menyelinap dari Istana
24
Bab 24: Kesempatan Terakhir
25
Bab 25: ketenangan yang Terusik
26
Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27
Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28
Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29
Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30
Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31
Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32
Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33
Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34
Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35
Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36
Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37
Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38
Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39
Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40
Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41
Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42
_Sapa Dari Author_
43
Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44
Bab 43: Undangan dari Kaisar
45
Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46
Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47
Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48
Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49
Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50
Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51
Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52
Bab 51: Alam yang Tenang
53
Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54
Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55
Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56
Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57
Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58
Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59
Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60
Bab 59: Bermain Peran
61
Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62
Bab 61: Mengikuti Insting
63
Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64
Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65
Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66
Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67
Bab 66: Salju yang Lembut
68
Bab 67: Perang Tak Terlihat
69
Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70
Bab 69: Hanya Dunia Novel
71
Bab 70: Pernikahan yang Megah
72
Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73
Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74
Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75
Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76
Bab 75: Hadiah Kecil
77
Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78
Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79
Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80
Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81
Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82
Pertemuan di Kedai Teh
83
Api di Balik Pengkhianatan
84
Rahasia yang Terungkap
85
Tangisan dan Rasa Frustasi
86
Sedikit Rasa Lega
87
Jalan yang Tidak Akan Mudah
88
Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89
Keputusan Diluar Kendali
90
Di Ambang Kehidupan dan Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!