Bab 15: Desakan Sang Ratu

Pagi itu, Pangeran Ji-Woon dipanggil oleh Ratu ke paviliunnya. Aura kebesaran paviliun itu seakan memperjelas betapa seriusnya pertemuan mereka. Di hadapan sang Ratu, Pangeran menundukkan kepala, menunggu maksud panggilan ibunya. Ratu duduk di kursi megahnya dengan tatapan tegas, lalu mengambil napas dalam sebelum akhirnya berbicara.

"Ji-Woon, sudah saatnya kau mendengar nasihatku sebagai ibumu, dan sebagai Ratu yang menginginkan keturunan penerus dari darah kerajaan." Ratu menatap lurus ke arah Pangeran, tak menyisakan ruang bagi penolakan.

Pangeran Ji-Woon menatap ibunya, alisnya sedikit terangkat, namun tetap diam. Ia tahu Ratu tidak akan memanggilnya tanpa alasan penting.

"Para menteri telah mendesak agar kau mulai memikirkan keturunan," lanjut Ratu dengan nada penuh wibawa. "Sekarang, keadaan di istana cukup stabil. Kau sudah memiliki istri sah di sisimu. Sudah menjadi tugasmu untuk memberikan penerus bagi kerajaan ini."

Pangeran Ji-Woon mengalihkan pandangannya sejenak, tak bisa menyembunyikan ketidaksenangan yang mulai mengusik hatinya. Ratu, menyadari keengganan putranya, menambahkan dengan suara lebih tegas, "Ji-Woon, aku telah mengikuti keinginanmu dan mengizinkan Seo-Rin masuk dalam kehidupanmu. Sekarang, ini adalah saatnya bagimu untuk memenuhi kewajiban sebagai pewaris kerajaan."

Ratu tahu bahwa putranya tidak mudah menerima perintah semacam ini. Maka, ia mencoba membuatnya mengerti, "Masa depan kerajaan ada di pundakmu, Ji-Woon. Jika kau terus menunda, akan semakin banyak pertanyaan yang muncul di antara para menteri. Ini bukan hanya keinginan pribadiku, tetapi juga demi kestabilan kerajaan kita."

Pangeran Ji-Woon menelan ludah, perasaannya terasa campur aduk. Rasa tanggung jawab yang ditanamkan sejak kecil mulai muncul, namun bayangan Seo-Rin juga terus memenuhi pikirannya. Kang-Ji memang adalah istri resminya, tetapi ia tahu betul hatinya tidak sepenuhnya terikat padanya. Perasaan dan pikirannya bercabang antara tanggung jawab dan keinginan pribadi yang lebih dalam.

Namun, tekanan yang diberikan Ratu tidak memberi ruang bagi penolakan lebih jauh. Ji-Woon mengangguk pelan, tanda bahwa ia akan mencoba mempertimbangkan keinginan ibunya. Ratu tersenyum tipis, puas melihat putranya mulai menerima kenyataan.

"Bagus," kata Ratu. "Sekarang, habiskan waktu yang lebih tenang bersama putri mahkota. Buatlah suasana harmonis yang menguntungkan bagi kerajaan ini. Ini adalah tugasmu, Ji-Woon."

Pangeran Ji-Woon keluar dari paviliun ibunya dengan perasaan yang lebih berat. Setiap langkahnya terasa membawa beban tanggung jawab yang tak bisa ia abaikan. Kini, ia harus menjalani masa di mana tuntutan kerajaan dan hati nuraninya mulai bertolak belakang, dan ia tahu bahwa keputusan ini akan menguji kesetiaannya—baik kepada ibunya, kepada kerajaan, maupun pada perasaan sejatinya terhadap Seo-Rin.

Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, seberapa jauh ia sanggup menjaga keseimbangan antara tuntutan tanggung jawab dan keinginan hatinya yang sesungguhnya.

Setelah pertemuannya dengan Ratu, Pangeran Ji-Woon melangkah perlahan kembali ke kamarnya, di mana pikirannya terjebak dalam konflik antara tugas dan perasaan. Ia tahu, sebagai pangeran, perintah Ratu dan kebutuhan kerajaan adalah hal yang tak bisa ia abaikan. Namun, kehadiran Seo-Rin terus menyusup ke dalam pikirannya, menghadirkan rasa yang lebih kuat dari sekadar kewajiban.

Saat memasuki kamar, Ji-Woon disambut oleh suasana hening dan gelap. Sebuah lentera di sudut ruangan memberikan cahaya lembut yang menerangi beberapa bagian kamar, cukup untuk membuat Ji-Woon merenung dalam diam. Pandangannya terpaku pada jendela, seolah-olah ia mencari jawaban pada malam yang tenang di luar sana.

Tak lama kemudian, suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Seorang pelayan masuk, membungkuk dengan hormat, lalu mengabarkan bahwa Putri Kang-Ji sedang menunggunya di paviliunnya, berharap agar Pangeran Ji-Woon berkenan menemui dan menghabiskan waktu dengannya sesuai permintaan Ratu.

Dengan perasaan berat, Ji-Woon mengangguk dan memberi isyarat pada pelayan untuk kembali. Ia tahu perintah ini adalah bagian dari upaya Ratu untuk memastikan keharmonisan istana dan mengabulkan permintaan para menteri. Namun, setiap langkah menuju paviliun Kang-Ji terasa seperti beban yang semakin memberatkan hatinya.

Di paviliun, Kang-Ji telah menanti dengan senyum lembut, mengenakan gaun indah berwarna biru lembut yang menjuntai anggun. Tatapannya penuh harap dan sedikit gugup; momen ini adalah kesempatan baginya untuk mendekatkan diri pada Ji-Woon, yang selama ini terasa begitu jauh. Ia sadar, sebagai putri mahkota, ia perlu memenangkan hati sang pangeran, meski itu adalah tugas yang terasa sulit.

"Selamat malam, Yang Mulia," sapa Kang-Ji, suaranya halus namun berusaha menyembunyikan rasa tegang. "Terima kasih telah berkenan datang."

Ji-Woon tersenyum tipis, mencoba menutupi perasaan yang bergemuruh di dalam dadanya. “Selamat malam, Kang-Ji. Bagaimana kabarmu?” tanyanya dengan suara yang tenang namun sedikit berjarak.

Kang-Ji terdiam sejenak, lalu perlahan berkata, “Saya baik-baik saja, Yang Mulia. Saya ... hanya berharap kita bisa lebih sering bersama, seperti apa yang diinginkan oleh Ratu dan para menteri.”

Ji-Woon mengangguk tanpa berkata-kata, merasakan perihnya konflik di dalam dirinya. Ia tahu bahwa kehadirannya di sini adalah demi kewajiban, namun hatinya tak bisa dipaksakan untuk sepenuhnya hadir. Ia menatap Kang-Ji dengan tatapan penuh kebingungan, merasakan betapa rumitnya menjalani peran sebagai pangeran.

Dalam keheningan yang menyelimuti, Kang-Ji mencoba mendekat dan berbicara lebih dalam. "Yang Mulia," ucapnya dengan suara yang hampir berbisik, "jika ada yang menghalangi kita, tolong katakan padaku. Aku ingin menjadi istri yang mendukungmu sepenuhnya, menjadi pendamping yang kau butuhkan."

Pangeran Ji-Woon menarik napas panjang. Ia tahu bahwa Kang-Ji tulus dalam perkataannya, namun ada dinding tak kasatmata yang membatasi kedekatan mereka. "Kang-Ji, bukan karena kau kurang dalam hal apapun. Semua ini hanya … masalah yang tak bisa dijelaskan dengan mudah." Ia terdiam, mencoba merangkai kata-kata yang tak menyakitkan.

Kang-Ji menunduk, memendam rasa sakitnya. “Aku mengerti, Yang Mulia. Meski sulit, aku hanya berharap suatu saat kau dapat menerimaku sepenuhnya.”

Malam itu berlalu dengan penuh kecanggungan. Ji-Woon tetap bertahan di paviliun Kang-Ji, namun hatinya terus berkelana pada bayang-bayang Seo-Rin. Di tengah percakapan mereka, ia mulai mempertanyakan batasan antara tugas, cinta, dan harga diri. Bagi Ji-Woon, perasaannya yang sesungguhnya adalah sebuah rahasia yang terpendam di kedalaman hatinya—rahasia yang sulit ia ungkapkan pada Kang-Ji, bahkan pada dirinya sendiri.

Malam itu, di paviliun megah yang diterangi cahaya lentera lembut, Pangeran Ji-Woon duduk bersama Putri Kang-Ji. Namun, segala kemewahan dan kemegahan ruangan seakan tak mampu mengusir kehampaan yang terasa di antara mereka. Mereka berbicara, bertukar senyum singkat dan basa-basi, namun tak satu pun dari mereka yang benar-benar terhubung.

Kang-Ji, mengenakan gaun elegan berwarna biru, mencoba menunjukkan keramahan dan ketulusan, berharap bisa membuka hati sang pangeran. Namun, di balik senyumannya, ada rasa kecewa yang tak bisa ia sembunyikan. Ia tahu, dirinya tak benar-benar hadir dalam pikiran Ji-Woon. Setiap percakapan mereka seolah berjalan hambar, hanya sekadar kewajiban yang dijalani tanpa ketulusan yang nyata.

Ji-Woon, di sisi lain, merasakan keengganan yang tak bisa ia kendalikan. Meskipun secara resmi ia telah memilih Kang-Ji sebagai putri mahkotanya, hati dan pikirannya tetap tertambat pada bayang-bayang Seo-Rin. Bahkan, dalam setiap detik kebersamaannya dengan Kang-Ji, ia merasa ada jarak yang tak bisa dijembatani—sebuah dinding tak terlihat yang membatasi mereka dari kedekatan yang sesungguhnya.

Ketika percakapan mulai mereda dan keheningan mulai menyelimuti mereka, Kang-Ji menatap Ji-Woon, berharap sang pangeran akan memulai pembicaraan lebih dalam atau menunjukkan isyarat yang lebih hangat. Namun, harapannya hanya berakhir pada keheningan yang tak berujung. Ji-Woon tampak berpaling, menatap ke luar jendela, seolah pikirannya melayang jauh ke tempat lain.

“Aku akan segera kembali ke paviliun,” ucap Ji-Woon akhirnya dengan nada halus namun terdengar begitu jauh. “Maafkan aku, Kang-Ji. Malam ini terasa ... berat bagiku.”

Kang-Ji menunduk, menahan perasaan kecewa yang semakin membuncah di hatinya. Ia tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan perasaannya. “Tak apa, Yang Mulia. Istirahatlah dengan tenang. Aku hanya berharap, suatu saat kau akan menemukan kedamaian di sini,” jawabnya dengan suara lembut, meski ada nada getir yang terselip di dalamnya.

Tanpa kata-kata tambahan, Ji-Woon beranjak pergi meninggalkan paviliun Kang-Ji. Malam itu berlalu tanpa ada hal istimewa, hanya percakapan singkat yang tak menyentuh hati, seakan Ji-Woon belum siap menyentuh tubuh Kang-Ji sejengkal pun. Kang-Ji menyaksikan sosok sang pangeran menghilang dalam kegelapan malam, meninggalkan dirinya dalam kesepian dan kebingungan.

Saat itu, Kang-Ji sadar bahwa perjuangannya belum berakhir. Di balik senyumnya yang ramah, ada tekad untuk menemukan cara agar Ji-Woon benar-benar menganggapnya sebagai pendamping sejati. Namun, Kang-Ji juga tahu, perasaan kosong dan hambar ini adalah tantangan besar yang harus ia hadapi dengan segala cara.

Di luar paviliun, malam terus bergulir, membawa ketidakpastian yang semakin dalam di hati Kang-Ji dan Ji-Woon. Mereka terikat dalam sebuah hubungan yang sah secara hukum, namun terpisah oleh dinding perasaan yang sulit untuk dihancurkan.

Bersambung >>>

Terpopuler

Comments

Mutia

Mutia

Semakin menegangkan 😬😬

2024-11-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2 Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3 Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4 Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5 Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6 Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7 Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8 Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9 Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10 Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11 Bab 11: Pertanda Buruk
12 Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13 Bab 13: Pertemuan Rahasia
14 Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15 Bab 15: Desakan Sang Ratu
16 Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17 Bab 17: Perintah Sang Ratu
18 Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19 Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20 Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21 Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22 Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23 Bab 23: Menyelinap dari Istana
24 Bab 24: Kesempatan Terakhir
25 Bab 25: ketenangan yang Terusik
26 Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27 Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28 Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29 Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30 Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31 Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32 Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33 Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34 Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35 Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36 Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37 Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38 Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39 Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40 Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41 Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42 _Sapa Dari Author_
43 Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44 Bab 43: Undangan dari Kaisar
45 Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46 Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47 Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48 Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49 Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50 Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51 Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52 Bab 51: Alam yang Tenang
53 Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54 Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55 Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56 Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57 Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58 Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59 Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60 Bab 59: Bermain Peran
61 Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62 Bab 61: Mengikuti Insting
63 Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64 Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65 Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66 Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67 Bab 66: Salju yang Lembut
68 Bab 67: Perang Tak Terlihat
69 Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70 Bab 69: Hanya Dunia Novel
71 Bab 70: Pernikahan yang Megah
72 Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73 Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74 Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75 Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76 Bab 75: Hadiah Kecil
77 Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78 Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79 Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80 Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81 Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82 Pertemuan di Kedai Teh
83 Api di Balik Pengkhianatan
84 Rahasia yang Terungkap
85 Tangisan dan Rasa Frustasi
86 Sedikit Rasa Lega
87 Jalan yang Tidak Akan Mudah
88 Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89 Keputusan Diluar Kendali
90 Di Ambang Kehidupan dan Kematian
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2
Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3
Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4
Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5
Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6
Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7
Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8
Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9
Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10
Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11
Bab 11: Pertanda Buruk
12
Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13
Bab 13: Pertemuan Rahasia
14
Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15
Bab 15: Desakan Sang Ratu
16
Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17
Bab 17: Perintah Sang Ratu
18
Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19
Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20
Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21
Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22
Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23
Bab 23: Menyelinap dari Istana
24
Bab 24: Kesempatan Terakhir
25
Bab 25: ketenangan yang Terusik
26
Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27
Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28
Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29
Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30
Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31
Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32
Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33
Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34
Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35
Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36
Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37
Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38
Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39
Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40
Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41
Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42
_Sapa Dari Author_
43
Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44
Bab 43: Undangan dari Kaisar
45
Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46
Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47
Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48
Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49
Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50
Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51
Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52
Bab 51: Alam yang Tenang
53
Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54
Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55
Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56
Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57
Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58
Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59
Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60
Bab 59: Bermain Peran
61
Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62
Bab 61: Mengikuti Insting
63
Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64
Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65
Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66
Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67
Bab 66: Salju yang Lembut
68
Bab 67: Perang Tak Terlihat
69
Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70
Bab 69: Hanya Dunia Novel
71
Bab 70: Pernikahan yang Megah
72
Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73
Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74
Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75
Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76
Bab 75: Hadiah Kecil
77
Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78
Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79
Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80
Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81
Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82
Pertemuan di Kedai Teh
83
Api di Balik Pengkhianatan
84
Rahasia yang Terungkap
85
Tangisan dan Rasa Frustasi
86
Sedikit Rasa Lega
87
Jalan yang Tidak Akan Mudah
88
Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89
Keputusan Diluar Kendali
90
Di Ambang Kehidupan dan Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!