Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan

Siang itu, suasana istana yang biasanya tenang terasa berbeda. Kabar mengenai pertemuan rahasia antara Panglima Han dan Aluna telah menyebar dengan cepat, membuat para pelayan dan pejabat berbisik-bisik penuh rasa ingin tahu. Namun, di antara semua orang, tak ada yang lebih gelisah daripada Pangeran Ji-Woon. Wajahnya yang biasanya tenang kini mengeras, ekspresinya tidak bisa disembunyikan dari orang-orang yang berada di sekitarnya.

Di kamarnya, Ji-Woon berdiri sambil menatap ke luar jendela, mencoba meredakan emosinya. Namun, perasaan cemburu yang membara tidak dapat ia tahan lebih lama. Baginya, tidak seharusnya Aluna—Seo-Rin—melakukan pertemuan rahasia dengan siapa pun, apalagi dengan Panglima Han, sahabat dekatnya sendiri. Hubungan yang seharusnya hanya sebatas formalitas kini berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang Ji-Woon sendiri belum bisa sepenuhnya pahami.

Tak butuh waktu lama, Ji-Woon memutuskan untuk menemui Aluna langsung. Dengan langkah cepat dan penuh tekad, ia berjalan menuju paviliun tempat Seo-Rin berada. Saat tiba di sana, ia melihat Aluna sedang duduk di beranda, tampak asyik menatap bunga-bunga di taman tanpa menyadari kehadirannya.

"Seo-Rin," panggil Ji-Woon, suaranya dingin, membuat Aluna tersentak kaget.

Aluna menoleh, dan begitu melihat ekspresi Ji-Woon yang tegang, ia merasakan sesuatu yang tak beres. Wajah pangeran yang biasanya hangat kini terlihat sangat berbeda, dipenuhi dengan tatapan tajam yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Yang Mulia … ada apa?" tanya Aluna, mencoba menjaga ketenangannya meski hatinya berdebar.

Ji-Woon menatapnya sejenak, seolah sedang menimbang kata-kata yang tepat. "Aku mendengar kabar bahwa kau bertemu dengan Panglima Han … secara diam-diam."

Wajah Aluna memucat. Meskipun ia tahu bahwa ia tidak melakukan kesalahan apa pun, nada suara Ji-Woon yang penuh dengan kecurigaan itu membuatnya sedikit gentar. "Itu bukan pertemuan rahasia, Yang Mulia. Panglima Han hanya ingin menyampaikan sesuatu mengenai keamanan istana setelah insiden serangan kemarin."

Namun, Ji-Woon tidak sepenuhnya puas dengan penjelasan itu. "Kau seharusnya memberitahuku. Kau tahu, aku tidak suka jika kau bertemu dengan orang lain tanpa sepengetahuanku, terutama Panglima Han."

Kata-kata itu keluar dari mulut Ji-Woon dengan nada yang lebih dalam, penuh dengan perasaan yang bercampur aduk. Bagi Aluna, hal itu terasa sedikit menggelikan dan aneh. Dalam novel yang ia tulis, Ji-Woon adalah sosok yang tenang dan penuh pengertian. Namun kini, pria di hadapannya ini menunjukkan sisi yang lebih manusiawi, sisi yang penuh dengan kecemburuan.

"Maafkan aku, Yang Mulia," kata Aluna dengan nada lembut. "Aku hanya tidak ingin merepotkan Anda setelah insiden kemarin. Panglima Han datang dengan niat baik untuk memperingatkan tentang potensi ancaman, dan aku pikir tidak ada salahnya mendengarkan sarannya."

Ji-Woon mendekat, tatapannya semakin lembut namun tetap menyimpan sedikit kekhawatiran. "Seo-Rin, kau tidak perlu merahasiakan apa pun dariku. Aku ingin kau tahu bahwa kau bisa mengandalkanku dalam segala hal, terutama dalam hal keselamatanmu."

Kata-kata itu begitu tulus hingga membuat Aluna merasa tersentuh. Tanpa sadar, ia tersenyum dan menatap Ji-Woon dengan penuh rasa syukur. "Yang Mulia, percayalah, aku tidak merahasiakan apa pun darimu. Aku tahu bahwa aku bisa bergantung padamu, dan aku sangat menghargai perhatianmu."

Pernyataan itu membuat Ji-Woon merasa lebih tenang, namun perasaan cemburunya belum sepenuhnya hilang. Ia menggenggam tangan Aluna dengan lembut, matanya menatap dalam, seolah-olah ingin menyampaikan perasaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

"Seo-Rin, ingatlah … kau adalah milikku," bisiknya dengan nada yang hampir tak terdengar. “Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun mendekatimu tanpa izinku.”

Detik itu, suasana di antara mereka berubah, dipenuhi dengan ketegangan yang lembut namun mendalam. Aluna, yang terjebak dalam tubuh Seo-Rin, merasa bingung namun sekaligus terhanyut oleh perasaan yang mengalir di antara mereka. Ia menyadari, semakin lama ia berada di sisi Ji-Woon, semakin ia sulit membedakan antara kenyataan dan perannya sebagai Seo-Rin.

Keheningan yang terjadi sesaat di antara mereka akhirnya pecah ketika Ji-Woon mengendurkan genggamannya dan melangkah mundur. "Aku harap kau mengerti maksudku, Seo-Rin," katanya sambil tersenyum tipis.

Aluna mengangguk, menyembunyikan perasaannya yang campur aduk. "Aku mengerti, Yang Mulia."

Setelah pertemuan tersebut, Ji-Woon pergi meninggalkan paviliun, sementara Aluna masih terdiam, mencoba mencerna kejadian barusan. Hatinya berdebar, tidak sepenuhnya paham dengan apa yang ia rasakan. Namun, satu hal yang pasti, perasaan yang ia miliki terhadap Ji-Woon semakin sulit untuk diabaikan.

Malam itu, Aluna terjebak dalam pikirannya sendiri, bertanya-tanya apakah perasaannya ini akan membawa kebahagiaan atau justru menjadi awal dari konflik yang lebih besar di istana ini.

*

Dipaviliunnya yang megah, Putri Kang-Ji dengan wajahnya yang tegang, penuh kemarahan dan kekecewaan. Sejak pesta penyambutan itu, Kang-Ji telah menyadari betapa dalamnya perhatian Pangeran Ji-Woon terhadap Aluna, dan bagaimana posisinya sebagai putri mahkota terasa semakin tergeser. Hatinya bergolak, tidak bisa menerima kenyataan bahwa selir seperti Seo-Rin mampu menarik perhatian pangeran lebih dari dirinya.

Di dalam kamar paviliunnya, Kang-Ji duduk di meja kecil dengan secarik kertas dan pena di tangannya. Wajahnya yang biasanya lembut kini berubah menjadi dingin, dan matanya menyiratkan kebencian yang mendalam. Di sekelilingnya, pelayannya yang paling setia berdiri menunduk, menunggu instruksi.

"Kita harus menghancurkan Seo-Rin," katanya dengan nada tegas namun penuh perhitungan. "Aku tidak akan membiarkan dia merebut posisi yang sudah menjadi hakku."

Salah seorang pelayan berbisik, "Tapi, Yang Mulia, Pangeran tampak sangat peduli pada Nona Seo-Rin. Jika kita bertindak tanpa hati-hati, kita bisa membuat Pangeran Ji-Woon semakin membencimu."

Kang-Ji mendengus, seulas senyum dingin menghiasi wajahnya. "Itulah sebabnya aku membutuhkan bantuan Ratu. Ia selalu mendukungku, dan aku tahu dia tidak akan tinggal diam jika mengetahui ancaman yang dibawa oleh Seo-Rin."

Dengan tekad kuat, Kang-Ji segera meminta pelayan untuk menyiapkan surat khusus yang akan ia kirimkan kepada Ratu. Ia tidak akan membiarkan hal ini terjadi tanpa perlawanan. Surat itu ia susun dengan hati-hati, dipenuhi dengan kata-kata yang mampu menggugah rasa marah Ratu terhadap kehadiran Seo-Rin di istana.

“Yang Mulia Ratu,” tulisnya, “Aku mohon perlindunganmu. Keberadaan Seo-Rin tidak hanya menjadi ancaman bagiku, tetapi juga bagi istana. Selir itu telah merenggut perhatian Pangeran, dan kehormatanku sebagai putri mahkota terancam dengan setiap hari yang berlalu. Aku berharap engkau dapat mempertimbangkan tindakanku ini sebagai cara untuk mempertahankan keamanan keluarga kita.”

Setelah selesai menulis surat tersebut, Kang-Ji menyegelnya dengan stempel khusus dan menyerahkannya kepada pelayan kepercayaannya. "Pastikan surat ini sampai kepada Ratu secara diam-diam. Tidak boleh ada yang tahu," perintahnya.

Pelayan itu mengangguk dan segera bergegas pergi untuk mengantarkan surat tersebut ke paviliun Ratu.

Sementara itu, di dalam pikirannya, Kang-Ji mulai menyusun rencana berikutnya. Baginya, dukungan Ratu akan menjadi langkah pertama. Setelah itu, ia akan mencari cara untuk menjatuhkan reputasi Seo-Rin di depan semua orang. Entah bagaimana, ia harus membuat Seo-Rin terlihat hina dan memalukan di mata keluarga kerajaan, agar tidak ada lagi yang berani mendukungnya.

Seiring malam yang semakin larut, Kang-Ji tenggelam dalam rencananya, setiap detilnya telah tersusun rapi di kepalanya. Ia tahu, sekali langkah ini dijalankan, tidak akan ada jalan untuk mundur. Tapi demi mempertahankan posisinya dan harga dirinya, Kang-Ji siap mengorbankan apa saja—termasuk Seo-Rin.

Dalam hatinya, ia bertekad. Jika Seo-Rin berani mengusik posisiku, maka aku akan memastikan dia tidak pernah bisa menginjakkan kakinya di istana ini lagi.

Bersambung >>>

Terpopuler

Comments

Any

Any

Up please thorrr ...

2024-11-05

2

Yaya

Yaya

next thorrrrr ........

2024-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2 Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3 Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4 Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5 Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6 Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7 Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8 Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9 Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10 Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11 Bab 11: Pertanda Buruk
12 Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13 Bab 13: Pertemuan Rahasia
14 Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15 Bab 15: Desakan Sang Ratu
16 Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17 Bab 17: Perintah Sang Ratu
18 Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19 Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20 Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21 Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22 Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23 Bab 23: Menyelinap dari Istana
24 Bab 24: Kesempatan Terakhir
25 Bab 25: ketenangan yang Terusik
26 Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27 Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28 Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29 Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30 Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31 Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32 Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33 Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34 Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35 Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36 Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37 Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38 Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39 Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40 Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41 Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42 _Sapa Dari Author_
43 Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44 Bab 43: Undangan dari Kaisar
45 Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46 Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47 Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48 Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49 Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50 Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51 Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52 Bab 51: Alam yang Tenang
53 Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54 Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55 Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56 Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57 Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58 Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59 Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60 Bab 59: Bermain Peran
61 Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62 Bab 61: Mengikuti Insting
63 Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64 Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65 Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66 Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67 Bab 66: Salju yang Lembut
68 Bab 67: Perang Tak Terlihat
69 Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70 Bab 69: Hanya Dunia Novel
71 Bab 70: Pernikahan yang Megah
72 Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73 Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74 Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75 Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76 Bab 75: Hadiah Kecil
77 Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78 Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79 Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80 Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81 Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82 Pertemuan di Kedai Teh
83 Api di Balik Pengkhianatan
84 Rahasia yang Terungkap
85 Tangisan dan Rasa Frustasi
86 Sedikit Rasa Lega
87 Jalan yang Tidak Akan Mudah
88 Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89 Keputusan Diluar Kendali
90 Di Ambang Kehidupan dan Kematian
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1: Di Antara Realita dan Imajinasi
2
Bab 2: Di Balik Seleksi Putri Mahkota
3
Bab 3: Pesona yang Tak Terduga
4
Bab 4: Ambisi dan Cinta yang Tak Direstui
5
Bab 5: Dua Pernikahan, Dua Takdir
6
Bab 6: Babak Baru Diluar Naskah
7
Bab 7: Pertemuan yang Tak Terduga
8
Bab 8: Amarah Sang PUtri Mahkota
9
Bab 9: Ditengah Intrik yang Membara
10
Bab 10: Malam Penyambutan Panglima Perang
11
Bab 11: Pertanda Buruk
12
Bab 12: Kesetiaan yang Diuji
13
Bab 13: Pertemuan Rahasia
14
Bab 14: Tekad untuk Menghancurkan
15
Bab 15: Desakan Sang Ratu
16
Bab 16: Jebakan untuk Pangeran Ji-Woon
17
Bab 17: Perintah Sang Ratu
18
Bab 18: Berada pada Pilihan yang Sulit
19
Bab 19: Seperti Bukan Dirinya Lagi
20
Bab 20: Apakah ini Kabar Bahagia?
21
Bab 21: Kabar Bahagia yang Menggusarkan
22
Bab 22: Kutukan yang Menimpa Diri Sendiri
23
Bab 23: Menyelinap dari Istana
24
Bab 24: Kesempatan Terakhir
25
Bab 25: ketenangan yang Terusik
26
Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
27
Bab 27: Mungkinkah Takdir Bisa Diubah?
28
Bab 28: Menyusun Rencana untuk Mengumpulkan Sekutu
29
Bab 29: Peringatan Keras dari Sang Ratu
30
Bab 30: Setiap Tempat Memiliki Tantangannya Tersendiri
31
Bab 31: Malam Rindu di Bawah Langit Istana
32
Bab 32: Aku Tahu Lebih dari Yang Kau Tahu
33
Bab 33: Pertemuan di Aula Kecil
34
Bab 34: Sekutu yang Tak Terduga
35
Bab 35: Malam yang Penuh Kerinduan
36
Bab 36: Senyum yang Terangkum Dalam Hati
37
Bab 37: Perhatian yang Terbagi
38
Bab 38: Di Tepi Danau yang Tenang
39
Bab 39: Di Balik Tirai Kekuasaan
40
Bab 40: Dalam Pelukan yang Salah
41
Bab 41: Pertemuan Seo-Rin dan Kaisar
42
_Sapa Dari Author_
43
Bab 42: Langkah yang Terburu-buru
44
Bab 43: Undangan dari Kaisar
45
Bab 44: Ramalan yang Mendesak
46
Bab 45: Sebuah Penyesalan yang Mengusik
47
Bab 46: Merasa Hidup dan Dicintai
48
Bab 47: Strategi Pengkhianatan yang Tersembunyi
49
Bab 48: Pengkhianatan yang Halus
50
Bab 49: Datang untuk Berpamitan
51
Bab 50: Hadiah yang Tak Terduga
52
Bab 51: Alam yang Tenang
53
Bab 52: Amukan Alam di Dalam Hutan
54
Bab 53: Pertaruhan Nyawa di Ujung Pedang
55
Bab 54: Obrolan Hangat di Tengah Hutan yang Dingin
56
Bab 55: Antara Pencarian yang Putus Asa dan Malam yang Tenang di Hutan
57
Bab 56: Kenyataan yang Tak Diinginkan
58
Bab 57: Akan Membayar Setiap Tetes Darah
59
Bab 58: Senyum Di Balik Dendam yang Membara
60
Bab 59: Bermain Peran
61
Bab 60: Berpacu Dalam Intrik
62
Bab 61: Mengikuti Insting
63
Bab 62: Jika Saja Tidak Menulis Kisah Ini ...
64
Bab 63: Hampir Sampai Pada Akhir
65
Bab 64: Keputusan yang Bijaksana
66
Bab 65: Siapa yang Telah Mengubah Takdir?
67
Bab 66: Salju yang Lembut
68
Bab 67: Perang Tak Terlihat
69
Bab 68: Akhir Dari Keputusan
70
Bab 69: Hanya Dunia Novel
71
Bab 70: Pernikahan yang Megah
72
Bab 71: Yang Paling Berkuasa
73
Bab 72: Penobatan Sebagai kaisar
74
Bab 73: Bukan Karena Keberuntungan
75
Bab 74: Jarak yang Semakin Nyata
76
Bab 75: Hadiah Kecil
77
Bab 76: Mendapatkan Hatinya
78
Bab 77: Kehangatan yang Mulai Retak
79
Bab 78: Tembok yang Menghalangi
80
Bab 79: Rahasiamu Aman Denganku
81
Bab 80: Tak Akan Pernah Lolos
82
Pertemuan di Kedai Teh
83
Api di Balik Pengkhianatan
84
Rahasia yang Terungkap
85
Tangisan dan Rasa Frustasi
86
Sedikit Rasa Lega
87
Jalan yang Tidak Akan Mudah
88
Jalan yang Tidak Akan Mudah part II
89
Keputusan Diluar Kendali
90
Di Ambang Kehidupan dan Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!