Black Swan

Black Swan

The Brown Eyes (One)

            Hingar bingar musik yang menghentak mengiringi langkah seorang wanita cantik berambut coklat sepunggung yang sedang sibuk meliuk-liukan tubuhnya, menggoda setiap pria yang ia temui disepanjang jalan menuju lantai disko. Dengan pakaian ketat berwaran hitam sebatas paha, dan wajah cantik yang begitu memikat, wanita itu mampu menarik pria manapun yang ia sukai. Siulan, decakan, dan ajakan untuk menaripun berbondong-bondong datang mengiringi setiap langkahnya, namun tak banyak dari mereka yang benar-benar bisa menaklukan hati sang ratu yang angkuh itu, karena ia tidak benar-benar menyukai apa yang ia lakukan saat ini.

            “Hai manis, ingin berkencan denganku? Menghabiskan malam yang begitu panjang ini di ranjang kamarku, hmm?”

            “Hai tampan, senang bertemu denganmu malam ini. Tapi.... aku tidak bisa melakukannya denganmu.” Jawab wanita itu angkuh dengan aksen manjanya. Sang pria berjaket hitam itu tampak kecewa, namun ia tidak menyerah begitu saja. Ia tetap akan merayu wanita itu agar ia bersedia menghangatkan ranjangnya malam ini.

            “Ayolah, hanya satu malam. Aku tidak akan mengikatmu atau memaksamu untuk menjadi kekasihku. Hanya menjadi teman kencanku malam ini, bagaimana?”

            “Maaf, tapi aku tidak bisa. Aku... tidak suka dengan mata coklatmu.”

            “Apa? Aku tidak mengerti?” Tanya pria itu setengah berteriak. Suara musik yang semakin keras dan semakin menghentak membuat suara mereka berdua sama-sama tertelan oleh suara bising disekitar mereka.

            “Aku tidak suka pria bermata coklat. Apa kau dengar?” Ucap wanita itu setengah berteriak juga. Raut wajahnya yang semula tampak baik-baik saja, perlahan-lahan mulai berubah gusar karena perbuatan pria cerewet pemaksa di depannya. Ia benar-benar tidak suka dengan jenis pria yang terlalu banyak bertanya seperti ini. Ia lebih suka pria dingin pendiam yang misterius, dan memancarkan aura mengintimidasi yang kuat, seperti seorang pria yang saat ini sedang menatapnya dari lantai dua gedung diskotik ini.

            “Ada apa dengan pria bermata coklat? Apa kau akan menerima ajakanku untuk berkencan jika aku menggunakan lensa mata berwarna lain? Aku benar-benar ingin mengajakmu berkencan manis.” Goda pria itu. Eden menyentak tangan pria itu dari wajahnya dan menatap mata pria itu tajam dengan wajah fake smilenya.

            “Tentu kau bisa mengajakku berkencan, tapi aku tidak suka sesuatu yang palsu. Aku lebih suka sesuatu yang.... hmm... original. Jadi kau bisa mencongkel mata coklatmu terlebihdulu dan menggantinya dengan warna lain sebelum kau mengajakku untuk berkencan. Sampai jumpa tampan.”

            Pria itu menganga tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh wanita itu. Hanya karena bola matanya berwarna coklat, ia gagal melakukan kencan dengan wanita seksi itu. Huh, selamanya ia jelas tidak bisa mendapatkan wanita itu karena ia tidak mungkin benar-benar mencongkel mata coklatnya seperti apa yang diminta oleh wanita seksi yang menawan itu.

            “Kau gagal bung.” ucap salah seorang pria mencemooh. Pria itu hanya mendengus gusar, lantas berjalan pergi meninggalkan lantai disko itu untuk mencari mangsa yang lain.

            Sementara itu, Eden telah berada di tengah-tengah lantai disko untuk mulai menggerakan pinggulnya kesana kemari, sesuai dengan irama menghentak yang sedang dimainkan oleh DJ. Satu persatu teman-temannya pun mulai datang berbondong-bondong sambil merangkul Eden yang sedang asik dengan kegiatan menarinya yang begitu erotis.

           “Kau terlihat bersemangat sekali babe, sesuatu terjadi padamu hari ini?” tanya Tiffany sambil merangkul bahu Eden. Wanita cantik itu menghentikan gerakan tarinya seketika, dan langsung memeluk kedua sahabatnya heboh tanpa mempedulikan orang-orang yang masih menatapnya penuh napsu.

            “Tebak apa yang kudapatkan hari ini, kontrak baru untuk pemotretan milik brand Gucci dan Jestina. Oh My Gosh, these two make me feel like fucking crazy! Kalian tahu bukan, selama ini aku selalu ingin menjadi model untuk brand mereka, sayangnya si jalang Rossie selalu berhasil mendapatkannya karena ia menggunakan cara licik yang sangat menjijikan.”

            “Menjual tubuhnya?” tanya Summer memastikan.

            “Yeah, something like that. Malam ini kita harus merayakan keberhasilanku dengan minum sepuasnya, aku akan mentraktir kalian minum.”

            “Apa kau yakin Eden? Jam malammu sepertinya akan segera habis.”

            Tiffany melirik jam tangannya sekilas dan langsung mengarahkan kedua bola matanya pada seorang pria yang sejak tadi masih sibuk mengintai sang ratu disko malam ini, Eden Morel. Pria itu dengan mata tajamnya terus mengawasi gerak-gerik Eden di lantai disko sambil menyesap martininya dengan gaya aristrokat khasnya yang begitu memikat. Di samping kiri kanannya, duduk dua orang wanita seksi yang sejak tadi terus membelai dadanya untuk memprovokasi. Namun tetap saja kedua mata tajam pria itu hanya terarah pada Eden seorang.

            “Persetan dengan jam malam Tiffany, malam ini aku hanya ingin merayakan keberhasilanku sebagai model untuk brand yang paling kuinginkan.”

            Eden lantas menarik kedua temannya

untuk menari bersama di lantai disko sambil menggoda pria-pria tampan yang sejak tadi telah menatap mereka dengan tatapan kelaparan, terutama padanya karena ia adalah wanita yang paling diinginkan untuk menjadi teman kencan mereka, namun tak pernah ada satupun dari mereka yang berhasil mendapatkannya. Wanita itu, ia misterius. Ia sering terlihat berada di dalam club bersama kedua temannya, Tiffany dan Summer, namun wanita itu sangat sulit untuk ditaklukan. Berbagai pria dari strata rendah hingga tinggi selalu berlomba-lomba untuk menaklukan Eden, bahkan dengan cara-cara kotor sekalipun, namun Eden tetap tidak bisa dijangkau. Wanita itu selalu dilindungi oleh bayang-bayang hitam sang penguasa dunia malam, Aciel Lutherford. Jadi tak pernah ada satupun pria yang benar-benar bisa mengajak Eden berkencan. Selain karena Eden memiliki kualifikasi yang sangat tinggi, pria-pria yang berani mendekati Eden akan mendapatkan ancaman yang mengerikan dari Aciel. Meskipun begitu, Eden tetap saja gemar menggoda pria-pria kelaparan itu dengan tubuh seksinya. Ia berpura-pura seperti seorang jalang yang membutuhkan teman kencan di klub, namun pada akhirnya ia hanya akan mencampakan mereka dengan sadis, terutama pria-pria dengan bola mata berwarna coklat.

            “Saatnya pulang, seret dia sekarang juga.”

            Aciel berbisik tegas pada dua anak buahnya dan segera beranjak dari kursinya. Dengan langkah tegas ia berjalan meninggalkan gedung klub malam itu bersama dua wanita seksi yang sejak tadi masih terus menggelayuti kedua lengan kekarnya dengan manja. Ia lantas menunggu di dalam mobil limosinnya sambil menyesap sebatang cerutu yang asapnya telah membumbung tinggi di dalam mobil. Malam ini ia merasa kesal dengan wanita itu. Seenaknya saja ia memamerkan tubuh indahnya pada semua orang dan menggoda mereka dengan gaya nakalnya. Eden memang wanita paling cantik yang pernah ia ketahui, dan beruntung ia telah memiliki wanita itu untuk dirinya sendiri. Sayang, ia lebih suka Edennya yang dulu. Edennya yang polos dan penuh kelembutan, yang selalu menatapnya dengan kedua mata bulatnya yang indah. Harta dan pergaulan telah merubah Eden menjadi wanita yang tak terkontrol. Entah apa yang telah ia lewatkan selama ini, tiba-tiba saja Eden telah menjadi seorang

wanita yang berbeda. Tepatnya satu setengah tahun yang lalu Eden mulai menjadi pribadi yang sangat bertolak belakang dengan pribadinya yang dulu. Mungkin ini memang salahnya karena selama ini ia selalu membiarkan Eden bersikap sesuka hatinya. Ia tidak pernah memperhatikan siapa saja teman bergaul Eden hingga pada akhirnya Eden berakhir seperti seorang jalang yang gemar menggoda pria-pria di klub malam.

            “Sialan! Kenapa kau mengganggu kesenanganku Aciel!” maki Eden keras dari ujung pintu. Wanita itu terlihat gusar dan langsung memberikan tatapan tajamnya pada dua orang wanita yang masih setia menjadi parasit dikedua lengan Aciel. Dengan kasar Eden menarik mereka semua keluar dan segera membanting pintu mobil Aciel keras untuk menyalurkan seluruh amarahnya pada pria menyebalkan di sampingnya.

            “Saatnya pulang.” jawab Aciel datar. Ia melirik Eden sekilas dan segera meminta supirnya untuk pergi menuju ke kediamannya.

            “Kenapa kau selalu membatasi ruang gerakku? Aku ingin bebas, aku ingin bersenang-senang dengan Tiffany dan Summer. Selama ini aku juga tidak pernah mengusik kesenanganmu. Kau bebas pergi dengan

wanita manapun di luar sana. Kau bebas! Tapi kenapa kau selalu mengekangku hah?” Marah Eden berapi-api. Ia kesal dengan sikap Aciel yang selalu menarik ulurnya seperti ini. Di satu sisi pria itu melindunginya, namun di sisi lain pria itu juga membiarkannya bersikap sesuka hatinya. Sesekali ia ingin bebas, tanpa ada Aciel yang selalu menjadi bayang-bayang hitamnya.

            “Aku tidak pernah mengajaraimu untuk bersikap tidak sopan, panggil aku...”

            “Kakak? Kau bahkan tidak mengadopsiku untuk menjadi adikmu, lalu untuk apa aku memanggilmu kakak? Kau seharusnya menjadi ayahku.”

            Aciel mengetatkan rahangnya jengkel dan tiba-tiba tangan kanannya telah menarik tangan kiri Eden agar wanita itu merapat pada tubuhnya. Sudah cukup ia menahan kesabarannya untuk wanita itu malam ini. Dan sekarang tak akan ada ampun lagi untuk Eden Morel.

            “Kau masih ingin aku menjadi ayahmu setelah apa yang terjadi selama ini, hmm?” tanya Aciel penuh penekanan. Eden memalingkan wajahnya kearah lain dan tampak malas untuk menatap wajah Aciel. Ia sangat benci dengan kedua mata Aciel yang selalu memancarkan warna coklat yang sangat dibencinya. Aciel Lutherford adalah pria dengan bola mata berwarna coklat pertama yang dibenci Eden. Karena pria itu, ia sekarang sangat membenci semua pria dengan bola mata berwarna coklat!

            “Lihat aku, aku tidak suka diabaikan!”

            “Kenapa kau selalu memperlakukanku seperti ini? Seharusnya kau tidak perlu mengadopsiku karena kau tidak pernah bersikap baik padaku. Kau brengsek!” Teriak Eden marah tepat di depan wajah Aciel. Dengan kasar Aciel melepaskan cengkeraman tangannya dari lengan Eden dan membiarkan wanita itu beringsut menjauh darinya. Eden memang telah berubah. Dulu mungkin wanita itu masih bisa bersikap baik padanya, menghargainya sebagai seseorang yang mengadopsinya dari panti asuhan, dan menganggapnya sebagai seorang kakak yang baik, meskipun ia sebenarnya lebih pantas untuk menjadi ayahnya.

Flashback

            Saat itu bulan November ketika Aciel untuk kali pertama menginjakan kakinya di sebuah panti asuhan yang berada di pinggiran kota. Bangunan sederhanan dengan warna putih lusuh itu terlihat berdiri kokoh dengan anak-anak yang sedang berlarian kesana kemari sambil tertawa terbahak-bahak dengan lepas. Aciel cukup lama memperhatikan semua kegiatan itu hingga tiba-tiba asistennya telah berdiri di sampingnya sambil menunjuk seorang gadis kecil yang selama ini telah dicarinya.

            “Itu anak dari Brexton.”

            “Sudah berapa lama ia berada di sini?” Tanya Aciel datar. Ia sejujurnya sangat malas berurusan dengan seorang anak kecil. Lebih tepatnya seorang anak kecil yang sedang beranjak menuju fase remaja. Anak itu sekarang berusia empat belas tahun, memang tidak terlalu terlihat seperti anak-anak. Tapi tetap saja Aciel menganggapnya sebagai anak-anak, mengingat usianya yang telah menginjak tiga puluh tahun saat ini.

            “Kira-kira empat tahun. Sejak ayahnya meninggal karena insiden itu, ia langsung dimasukan kedalam panti asuhan ini oleh pihak kepolisian. Anak itu sama sekali tidak memiliki keluarga, sehingga polisi memutuskan untuk membawa anak itu ke sini. Tuan, apa anda yakin akan mengadopsi gadis kecil itu?”

            Aciel terdiam sejenak. Memikirkan jawaban untuk pertanyaan yang diajukan oleh asistennya. Ia sebenarnya tidak suka jika harus berurusan dengan anak kecil. Terlalu repot dan menyusahkan, namun ia telah berjanji pada ayah gadis kecil itu jika ia akan menjaga putrinya setelah pria itu meninggal. Jadi apapun alasannya, janji tetap harus ditepati. Meskipun ia brengsek, tapi ia selalu menepati janjinya dengan baik.

            “Ayo kita masuk.”

            Tanpa menghiraukan pertanyaan dari asistennya, Aciel segera melangkah masuk kedalam bangunan panti. Kesan pertama yang ditangkap Aciel dari panti asuhan itu adalah berisik, ramai, dan sesak. Bangunan panti itu ternyata tidak sebesar yang ia kira. Saat ia masuk ke dalam, ia bisa melihat betapa kecilnya bangunan panti itu dengan puluhan anak-anak panti yang malang. Tak bisa ia bayangkan bagaimana kehidupan mereka selama ini. Sudah pasti mereka hidup dengan kehidupan yang sangat seadanya di sana.

            “Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?” seorang wanita paruh baya yang merupakan pengurus panti menyapa Aciel dengan ramah sambil mempersilahkan Aciel untuk duduk di atas kursi kayu yang terlihat lapuk. Wanita itu kira-kira berusia akhir lima puluhan dengan beberapa rambut putih yang terlihat menghiasi kepalanya. Namun aura keibuan yang dipancarkan oleh wanita itu mampu menentramkan siapapun yang melihat senyum bijaknya, termasuk Aciel.

            “Aku ingin mengadopsi salah satu anak di sini.” ucap Aciel langsung. Pria itu benar-benar tidak suka berbasa basi dan hanya ingin segera menyelesaikan urusannya untuk menepati janjinya pada Brexton. Ia sebenarnya sudah lama menunda hal ini, kira-kira empat tahun. Ia telah menunda hal ini selama empat tahun karena rasa malas yang terus menggelayutinya sejak dulu. Lagipula ia sendiri adalah seorang pria yang bebas. Mengadopsi seorang anak perempuan sebenarnya sangat tidak cocok untuknya. Terlebih lagi selama ini ia tidak pernah merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu. Ibunya meninggal saat ia masih anak-anak, dan sang ayah adalah seorang yang sangat diktaktor ketika mendidiknya, sehingga ia sekarang tumbuh menjadi pria arogan yang berhati keras, sama seperti ayahnya. Dan sudah sejak lama ia tinggal sendiri. Ia memutuskan untuk meninggalkan rumah utama dan menjalankan bisnisnya sendiri sejak sepuluh tahun yang lalu. Ia bosan tinggal

satu atap dengan ayahnya yang keras. Terkadang mereka terlibat adu argumen yang sangat panjang karena mereka sama-sama memiliki sifat keras kepala yang sangat merepotkan.

            “Benarkah? Saya sangat senang mendengarnya. Sudah lama tidak ada keluarga yang datang untuk mengadopsi anak di panti asuhan ini. Mungkin karena letaknya yang berada di pinggir kota, sehingga panti asuhan ini sulit untuk ditemukan. Jika anda ingin mengadopsi salah satu anak di panti asuhan ini, saya akan menyiapkan mereka sebentar agar anda lebih mudah untuk memilihnya.” wanita itu hendak beranjak dari duduknya untuk memanggil seluruh anak-anak asuhnya yang sedang asik bermain di halaman panti. Namun Aciel langsung mencegah wanita itu melakukannya sambil menyebutkan nama sang anak panti yang akan diadopsinya hari ini.

            “Tidak perlu, aku ingin mengadopsi Eden Morel.”

            Wanita itu mengerutkan keningnya sekilas dan ia kembali duduk di kursinya sambil menatap penuh tanya pada Aciel.

            “Gadis itu adalah putri dari rekan kerjaku, sebelum meninggal aku berjanji untuk merawatnya. Namun karena ada beberapa masalah, hal itu menjadi sedikit tertunda.” jawab Aciel dengan wajah datar tanpa ekspresi. Sekilas wanita itu tampak ragu dengan cerita Aciel. Tapi pada akhirnya ia memilih untuk percaya dan memerintahkan salah satu anak yang lewat untuk memanggil Eden. Gadis kecil itu harus bertemu dengan ayah angkatnya sebelum ia nantinya dibawa pergi oleh pria tampan yang terlihat angkuh itu.

            “Ibu memanggilku?”

            Seorang gadis belia dengan rambut panjang sepunggung tiba-tiba muncul di ambang pintu sambil menunjukan wajah bingungnya. Sekilas Aciel seperti sedang bertatapan dengan sahabat lamanya yang

sudah lama pergi, namun dalam versi mini. Ia seperti baru saja melihat gadis itu meraung-raung di depan peti mati ayahnya sambil menendang siapapun yang berusaha untuk menghalaunya pergi dari sana, namun sekarang gadis itu telah tumbuh menjadi seorang gadis belia yang begitu manis dan juga polos di depannya.

            “Masuklah Eden, ada seseorang yang ingin mengadopsimu.”

            Mendengar hal itu Eden langsung terlihat berbinar-binar, dan dengan sopan ia membungkuk hormat pada Aciel. Ia sudah lama berharap mendapatkan keluarga baru karena kehidupannya di panti bisa dibilang pas-pasan dan sangat sederhana untuk gadis seusianya. Di sekolah ia sering melihat teman-temannya yang hidup berkecukupan karena orang tua mereka selalu memberikan apa yang mereka inginkan. Sedangkan dirinya selama ini harus menahan semua keinginan itu karena ia sadar jika ia tidak mungkin bisa mendapatkannya. Panti asuhan tempatnya tinggal memiliki cukup banyak anak-anak kurang beruntung sepertinya, sehingga uang yang dimiliki oleh panti pasti selalu habis untuk biaya kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan untuk sekolah, mereka mendapatkan keringanan dari pemerintah setempat yang merasa iba pada nasib malang mereka.

            “Selamat siang tuan.”

            Eden tersenyum manis kearah Aciel dan langsung menghampiri ibu panti yang telah melambaikan tangan kearahnya. Gadis kecil itu terlihat begitu bahagia dengan kabar gembira yang baru saja diterimanya dari ibu panti. Apalagi melihat bagaimana penampilan Aciel yang sangat rapi dan menunjukan kesan sebagai orang kaya, membuat Eden semakin tidak sabar untuk menjadi salah satu anggota keluarga dari pria itu.

            “Ini adalah tuan Aciel Lutherford dan asistennya, tuan Aciel hari ini ingin mengadopsimu.”

            “Benarkah? Tuan terimakasih, terimakasih banyak atas kebaikan hati tuan.”

            Aciel menatap datar senyuman manis yang terlihat tulus itu. Namun dalam hatinya ia merasa senang dan tenteram secara bersamaan karena senyuman manis itu. Gadi yang manis, semoga kau tidak akan pernah kehilangan senyuman manis itu....

Flashback end

Brakk

            Aciel berjengit kaget ketika suara bantingan terdengar begitu keras di dekatnya dan membuatnya kembali lagi ke realitasnya yang suram. Pria itu menatap tajam kepergian Eden dari mobilnya sambil membayangkan bagaimana dulu wanita angkuh itu saat bertemu dengannya pertama kali. Waktu telah mengubah segalanya. Semua kepolosan gadis kecil itu telah bertransformasi menjadi sebuah keangkuhan khas wanita kelas atas yang penuh dengan gelimang harta. Mungkin semua ini memang salahnya karena tidak pernah memperhatikan Eden selama ini hingga pada akhirnya gadis polos itu berubah menjadi seorang wanita dewasa yang jauh dari kata polos.

-00-

            Siang hari yang panas itu, Eden terlihat sedang berpose di sebuah kolam renang dengan bikini seksi berwarna merah menyala yang sangat kontras dengan kulit putihnya yang bersih. Sambil berpose seksi, kilatan blits itu terus menghujani Eden hingga pada akhirnya sesi pemotretan itu berakhir dengan lancar.

            “Terimakasih atas kerja kerasmu Eden.”

            Eden mengangguk sekilas pada sang fotografer dan langsung menghampiri asistennya untuk meminta bathdrobe. Ia merasa benar-benar terbakar siang ini karena cuaca panas yang melanda Las Vegas. Kulit putihnya yang tampak bersinar itu perlahan-lahan berubah menjadi kemerahan karena ia terlalu lama terpapar oleh sinar matahari.

            “Eden, Tranz mencarimu.”

            “Tranz? Dimana?”

            Eden terlihat berbinar-binar ketika seorang pria tampan sedang melambaikan tangan kearahnya dari kejauhan. Dengan semangat Eden langsung menghampiri pria itu dan memeluknya.

            “Tranz, kau lama tidak menemuiku. Aku merindukanmu.” Rengek Eden manja. Wanita itu langsung bergelung kedalam pelukan Tranz dan mengabaikan tatapan orang-orang yang terlihat jijik dengan sikapnya.

            “Maafkan aku sayang, aku terlalu banyak pekerjaan di luar negeri. Wow... konsep pemotretanmu hari ini sangat seksi.” Goda Tranz nakal. Ia sengaja menepuk pantat Eden pelan sebelum melepaskan pelukan wanita itu dari lehernya.

            “Ini spesial untuk edisi musim panas. Tranz hari ini kita harus bersenang-senang di klub karena aku baru saja mendapatkan kontrak pemotretan untuk brand Gucci dan Jestina.”

            “Wah.. selamat untuk keberhasilanmu sayang, aku selalu bangga padamu.”

            Tranz mengecup sekilas bibir Eden dan membiarkan wanita cantik itu berjalan menjauh untuk mengganti pakainnya. Sudah lama ia menjalin persahabatan dengan Eden. Dulu ia yang pertama kali menawari Eden untuk menjadi model karena ia melihat wanita itu memiliki bakat. Pertemun pertama mereka terjadi saat Eden berada di tahun pertama masa perkuliahannya. Saat itu ia menjadi senior pembimbing Eden untuk tugas pertama sebagai mahasiswa baru di kampus. Awalnya Eden adalah gadis polos yang sangat ceria dan memiliki banyak teman. Saat itu Eden adalah mahasiswa baru yang paling banyak dibicarakan karena kecantikan dan kebaikan yang dimilikinya. Setelah itu ia berkali-kali menawari Eden untuk mengikuti sebuah casting pencarian model, namun berkali-kali pula ia mendapatkan penolakan karena Eden yang dulu tidak seperti Edennya saat ini. Eden yang dulu begitu polos dan penurut. Ia setiap hari selalu pergi ke kampus diantar oleh seorang supir pribadi, dan pulang dengan supir pribadi yang sama. Siklus pulang dan perginya di kampus juga selalu sama. Tidak pernah ia melihat Eden masih berkeliaran di kampus lebih dari jam pulang kampus. Wanita itu selalu pulang tepat waktu sesuai jadwal kuliahnya dan sangat jarang sekali mengikuti kegiatan di kampus. Ia hanya pernah melihat Eden sekali mengikuti klub voli di kampusnya, namun di minggu ke dua ia tidak lagi melihat wanita itu di sana. Alasannya karena waktu selesai klub voli selalu lebih lama dua jam dari waktu jam kuliahnya, sehingga ia tidak bisa melanjutkan kegiatannya untuk mengikuti klub voli. Pernah suatu ketika ia mendekati Eden, bertanya secara lebih pribadi kepada wanita itu, mengapa ia selalu pulang tepat waktu dan jarang mengikuti kegiatan di luar jam kampus. Saat itu Eden menjawab jika ayah angkatnya tidak suka melihatnya pulang terlambat dari waktu yang seharusnya. Lalu saat ia diam-diam mengikuti Eden pulang ke rumahnya untuk melihat bagaimana sosok ayah menakutkan yang selama ini diceritakan oleh Eden, ia justru merasa terkejut. Ia benar-benar tidak percaya jika ayah angkat Eden masih terlihat sangat muda. Pria itu justru lebih cocok menjadi kakak Eden atau kekasih Eden karena usia mereka yang tak jauh berbeda. Setelah itu ia tidak mau lagi ikut campur dengan urusan Eden dan hubungan mereka menjadi sedikit renggang. Ia yang sudah bosan menawari Eden pekerjaan sebagai model, memilih untuk fokus pada masa studinya

yang sebentar lagi akan berakhir. Namun tiba-tiba, di suatu siang yang terik, Eden mendatanginya dengan mata sembab. Wanita itu meminta padanya untuk menjadikannya sebagai seorang model. Sayangnya Eden tidak mau memberitahu penyebab dari kesedihannya dan hanya memohon-mohon untuk dijadikan sebagai model, sehingga pada akhirnya ia hanya menuruti permintaan wanita itu tanpa pernah bertanya lagi apa masalah yang saat itu sedang menimpa Eden. Hingga detik inipun ia tidak pernah lagi membahas masalah itu di depan Eden. Hanya saja ia menjadi heran dengan perubahan sikap Eden setelah wanita itu memohon-mohon untuk dijadikan super model. Eden tidak pernah lagi terlihat polos. Setiap hari ia selalu datang ke kampus dengan pakaian seksi dan menjadi bahan pembicaraan seisi kampus. Gaya bergaulnya pun dari ke hari juga mengalami perubahan. Eden kemudian bertemu dengan Summer dan Tiffany yang dulunya merupakan salah satu dari sekian banyak mahasiswi populer di kampus. Dan untung saja dua wanita itu mau menerima Eden apa adanya. Ia sempat khawatir jika Tiffany dan Summer hanya akan memanfaatkan Eden belaka. Tapi syukurlah, ternyata mereka berdua mampu

menjalin persahabatan lebih lama dari apa yang ia duga sebelumnya. Setidaknya Summer dan Tiffany dapat menemani hari-hari Eden yang membosankan, dan mengajari Eden bagaimana menjadi wanita yang sesungguhnya.

            “Ayo Tranz, kau melamun?” Tanya Eden sambil merangkul bahu Tranz santai. Di belakangnya, Jimin sedang membawakan tas Eden dan beberapa barang Eden yang lain dengan kesusahan. Pria yang telah

menjadi asisten Eden selama dua setengah tahun itu tampak ingin buru-buru pergi menuju mobil milik Eden yang telah terparkir di depan gedung majalah Allure. Sayangnya sang majikan ternyata masih ingin bersantai bersama Tranz sambil mengobrolkan berbagai hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.

            “Tidak juga, hanya memikirkan wanita cantik yang kutemui di Puerto Rico.”

            “Ck, berapa banyak wanita yang kau kencani selama di sana? Kau pasti sibuk menggoda wanita-wanita seksi di sana hingga melupakanku di sini.” Sungut Eden berpura-pura marah. Tranz meringis kecil menanggapi racaun Eden, lantas ia merangkul bahu wanita itu agar berbelok menuju mobilnya.

            “Katakan pada ayah angkat Eden jika putri kecilnya aku pinjam sebentar malam ini.” Teriak Tranz pada Jimin dari pintu mobilnya. Pria berwajah imut itu tampak keberatan dan ingin mencegah Eden untuk masuk kedalam mobil Tranz, namun terlambat. Eden sudah terlebihdulu masuk kedalam mobil Tranz dan membanting pintu mobilnya keras-keras, tanda ia tidak ingin dicegah.

            “Apa ayah angkatmu akan baik-baik saja jika aku membawamu pergi?”

            “Anggap saja seperti itu. Bukankah ia memang pemarah. Ada atau tidaknya diriku di rumah besar itu, ia akan tetap marah pada siapapun. Jadi biarkan saja, sesekali Jimin mungkin memang perlu syok terapi.” Jawab Eden acuh tak acuh. Wanita itu benar-benar tidak mau terlalu pusing dengan nasib Jimin karena ia yakin Aciel pasti tidak akan sampai membunuh Jimin. Hanya sedikit bentakan kasar dan umpatan, itu tidak akan membuat nyawa Jimin melayang.

            “Ceritakan padaku apa yang terjadi padamu selama aku berada di luar negeri, kau masih menjalin hubungan dengan Andrew, Tony, Dannis, Cooper, Leo, dan... siapa lagi kekasihmu? Otakku sepertinya sudah

tidak sanggup untuk mengingat nama-nama kekasihmu yang segudang itu.” Keluh Tranz berlebihan. Eden tertawa terbahak-bahak menertawakan tingkah konyol Tranz dan sedikit menambahkan nama beberapa pria yang menjadi teman kencannya minggu ini.

            “Aku baru saja menambahkan beberapa koleksi priaku, lima hari yang lalu aku mendapatkan Changmin, empat hari yang lalu aku mendapatkan Bryan Fox, dan kemarin aku mendapatkan Prixton.”

            “Dan mereka semua tidak memiliki bola mata berwarna coklat?”

            “Tepat sekali! Aku tidak akan pernah sudi memiliki kekasih dengan bola mata coklat. Tapi... sebenarnya mereka semua juga bukan kekasihku, mereka hanyalah mainanku. Kau tahu, rasanya benar-benar menyenangkan saat bisa mempermainkan hati banyak pria.” Ucap Eden terbahak-bahak. Tranz menggelengkan kepalanya tak habis pikir sambil tetap berkonsentrasi pada setir kemudinya. Ia tidak tahu masalah apa yang bisa membuat Eden segila ini, tapi wanita itu selalu saja menghindari pria-pria bermata coklat. Sungguh itu alasan yang sangat konyol. Tapi seperti itulah Eden, ia tidak pernah memberikan alasan yang logis terkait prinsipnya yang aneh itu, namun ia pikir semua itu masih berkaitan dengan masalah yang dimiliki Eden tiga tahun yang lalu.

            “Kau jahat, bagaimana jika mereka tahu dan ingin membalasmu?”

            “Huh, tentu saja aku akan meminta Aciel untuk menangani mereka, bukankah ia ayahku.” Jawab Eden santai. Wanita itu benar-benar tidak peduli lagi pada hidupnya sejak pria bermata coklat itu merusak semua kepolosannya. Dalam kurun waktu satu tahun, pria itu berhasil membuat Eden menjadi seorang wanita yang berbeda. Wanita yang kehilangan semua kepolosannya, lalu berganti dengan kelicikan yang selalu terpancar dari mata bulatnya.

-00-

            Aciel memijit pelipisnya lelah. Hari ini pekerjaanya di kantor begitu menguras emosi. Belum lagi ia mendapatkan laporan dari Jimin jika hari ini Eden pergi bersenang-senang bersama Tranz. Gadis kecilnya yang polos memang telah berubah. Ia tidak pernah tahu apa yang menyebabkan Eden berubah menjadi seperti itu. Yang jelas keacuhannyalah yang membuat Eden pada akhirnya berubah menjadi seorang wanita pesolek yang angkuh.

            “Tuan, nona Eden sudah pulang.”

            Aciel melirik jam tangannya sekilas, lalu menggeram kesal setelahnya. Ini sudah pukul satu dini hari, dan wanita itu baru pulang ke rumahnya setelah menghabiskan hampir seluruh harinya di luar rumah. Ia sepertinya harus memberikan Eden pelajaran. Kebebasan yang selama ini diberikannya seharusnya tidak disalahartikan oleh wanita itu.

            “Ya ampun Tony, jangan menggodaku seperti itu. Kau membuatku ingin segera memakanmu di sini.”

            Aciel melirik sinis kearah ruang keluarganya yang berisi Eden dan seorang pria yang sama sekali tak dikenalnya. Pria itu pasti salah satu mainan Eden untuk hari ini. Dengan langkah terburu-buru Aciel segera turun dari lantai dua dan berjalan lebar-lebar menuju ke ruang keluarga untuk memberikan pelajaran pada pria lancang itu. Seenaknya saja ia menginjakan kakinya di rumahnya. Meskipun hal itu terjadi karena Eden, tapi ia tetap tidak akan mengampuni pria itu. Pria itu harus segera pergi dari rumah ini atau ia akan mati di tangannya.

            “Siapa yang mengijinkanmu membawa pria asing ke rumahku?”

            “Oh, hai ayah... maaf mengusik ketenanganmu malam ini. Kenalkan, ini Antony , kekasihku.” ucap Eden acuh tak acuh. Tak ada sedikitpun emosi yang terpancar di wajah Eden. Wanita itu hanya menunjukan wajah datarnya kearah Aciel, lalu ia kembali asyik bercengkrama dengan Tony yang terlihat setengah mabuk.

            “Suruh pria sialan ini pergi Eden, atau ia akan berakhir mengenaskan di tangan mereka.”

           Aciel menggeram kesal sambil mengarahkan tatapan matanya pada segerombolan tukang pukulnya yang sudah siap di ujung pintu. Mereka semua hanya tinggal menunggu perintah dari bos besar mereka, dan dalam sekejap wajah tampan Tony akan berubah menjadi buruk rupa, penuh luka lebam.

            “Huh, kau benar-benar curang. Kau bebas membawa masuk jalang manapun kedalam rumahmu, sedangkan aku harus selalu menuruti kemauanmu. Kau tidak adil!”

            Eden lantas berlalu begitu saja dari hadapan Aciel tanpa menghiraukan Tony yang terus meneriaki namanya. Aciel kemudian segera menyuruh dua anak buahnya untuk menyeret Tony keluar dari rumahnya karena ia benar-benar muak melihat pria menjijikan itu di dalam rumahnya. Beruntung pria itu malam ini tidak menjadi objek kemarahannya seperti pria-pria lain yang beberapa kali terlihat menempel pada Edennya.

-00-

            “Keluar dari kamarku!” usir Eden keras ketika ia melihat Aciel justru mengekorinya masuk kedalam kamar. Pria itu dengan baju tidur sutra yang melekat di tubuhnya, tampak begitu angkuh dan berbahaya disaat yang bersamaan. Setiap kali ia melihat Eden bersama pria-pria sialan di luar sana, emosinya selalu meluap-luap tak terkendali. Ia hanya ingin memiliki Eden untuk dirinya sendiri. Namun apa yang dikatakan Eden benar, ia adalah pria yang curang.

            “Darimana saja kau hari ini?”

            “Bukan urusanmu! Ini adalah hidupku, jadi kau tidak perlu mengaturku Aciel.”

            Eden menyahut sengit pertanyaan Aciel

sambil mengobrak abrik lemarinya untuk mencari pakaian tidur yang nyaman untuk ia kenakan malam ini. Setelah menemukan baju tidur yang pas, Eden segera

melepaskan celana hot pantsnya yang ketat dan membuang asal tank top hitamnya ke atas lantai. Tanpa menghiraukan keberadaan Aciel di dalam kamarnya, Eden segera menggunakan piyama tidurnya yang tipis dan segera berjalan menuju ranjangnya untuk tidur. Hari ini ia terlalu banyak menggunakan energinya untuk bersenang-senang bersama teman-temannya di klub. Sekarang ia merasa ranjangnya yang empuk itu tengah memanggil-manggilnya untuk mendekat dan segera merebahkan tubuh lelahnya di atas permukaan ranjangnya yang empuk.

            “Jangan harap kau bisa lepas dari genggamanku malam ini Eden.”

           “Apa? Kau ingin seks lagi? Apa kemarin malam belum cukup?”

            “Bukankah kau tahu jika aku tidak pernah puas pada tubuhmu yang menggoda?”

            Aciel mengamati tubuh seksi Eden lekat-lekat dibalik gaun tidur tipisnyang yang sangat menggoda malam ini. Eden dari ke hari memang selalu menggairahkan. Ia terkadang menyesali kebodohannya dulu, mengapa ia tidak pernah menyadari adanya aset yang begitu besar dari dalam diri Eden. Lebih dari enam tahun ia hanya membiarkan Eden berkeliarandisekitarnya tanpa pernah memperhatikan wanita itu. Dan setelah enam tahun berlalu, barulah ia sadar jika Eden adalah seorang wanita yang sangat cantik dan juga seksi. Wanita itu selalu bisa memuaskannya di atas ranjang hingga ia tidak lagi bergairah dengan wanita manapun di luar sana. Sayangnya Eden terkadang memilih untuk bermain-main dengan pria-pria menjijikan di luar sana daripada melayaninya di rumah dengan nyaman.

            “Aku hanya ingin tidur malam ini Aciel, jangan sentuh aku.” Ucap Eden malas sambil mendorong sejauh-jauhnya tubuh Aciel dari hadapannya. Namun bukannya terdorong menjauhi Eden, Aciel justru dengan mudahnya mendorong Eden ke belakang hingga wanita itu kini telah terbaring kesal di atas ranjangnya.

            “Aku membencimu!”

            “Aku tahu, tapi aku lebih menyukai tubuhmu.”

            Eden mendengus kesal dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain ketika Aciel mulai mengecupi seluruh wajahnya dengan kecupan-kecupan basah yang menggelikan untuknya.

            “Ahh... kau menjijikan Aciel.” Desah Eden disela-sela kemarahannya. Entah kenapa ia tidak pernah bisa benar-benar lepas dari cengkeraman Aciel. Pria itu selalu saja memenangkan tubuhnya, dan dulu mungkin juga memenangkan hatinya. Tapi sekarang ia telah mematikan seluruh perasaanya untuk Aciel, karena pria itu sampai kapanpun tidak akan pernah pantas mendapatkan cinta tulus darinya. Terlalu sakit mencintai seorang Aciel Lutherford yang notabenenya adalah ayah angkatnya sendiri. Dan mungkin ini memang karma dari Tuhan untuknya karena dulu ia pernah memberikan perasaan laknat untuk pria brengsek seperti Aciel.

            “Kau sudah minum pil kontrasepsimu?”

            “Hmm, aku tidak mungkin betingkah bodoh dengan membiarkan benihmu berada di rahimku.”

            “Bagus, karena aku tidak pernah suka menggunakan pengaman saat bersamamu.”

            Setelah itu Aciel langsung menerjang tubuh Eden tanpa ampun dan ia tidak sedikitpun membiarkan Eden tidur malam ini, karena ia akan membuat wanita itu terus menggila di bawahnya dengan desahan seksi yang tidak akan pernah berhenti menghiasi suasana kamar Eden yang sunyi malam ini.

Terpopuler

Comments

INdah🌹

INdah🌹

151

2023-09-09

0

bella mafia

bella mafia

haloo kak , ceritanya baguss
aku udah rate and komen

mampir ya ke ceritaku

SESEORANG DARI MASA LALU

tolong di rate and like ya

kritik dan saran sangat di tunggu

anonim bella

2020-06-16

0

Skylass

Skylass

Yuk baca maraton novelku...
Sudah lebih dari 20 episode...
Judulnya : the Young lady

2020-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 The Brown Eyes (One)
2 Fake Love (Two)
3 Fake Love (Three)
4 Fake Love (Four)
5 Strangers (Five)
6 Strangers (Six)
7 Let The River Run (Seven)
8 Part Of Us (Eight)
9 Part Of Us (Nine)
10 Part Of Us (Ten)
11 Month One, Problem One (Eleven)
12 Month One Problem One (Twelve)
13 Month Two How Dare You (Thirteen)
14 Month Two How Dare You (Fourteen)
15 Month Three, Everyday Sickness (Fifteen)
16 Month Three, Everyday Sickness (Sixteen)
17 Month Four, Tears (Seventeen)
18 Month Four, Tears (Eighteen)
19 Month Five, Lil Bit Of Happiness (Nineteen)
20 Month Five, Lil Bit Of Happiness (Twenty)
21 Month Five, A Lil Bit Of Happiness (Twenty One)
22 Month Six, Smile On Your Anger (Twenty Two)
23 Month Seven, The Black Swan (Twenty Three)
24 Month Seven, The Black Swan (Twenty Four)
25 Month Eight, One Last Time (Twenty Five)
26 Month Eight, One Last Time (Twenty Six)
27 The Truth Untold (Twenty Seven)
28 The New Of Aciel (Twenty Eight)
29 The New Aciel (Twenty Nine)
30 Come Back Home (Thirty)
31 Come Back Home (Thirty One)
32 Come Back Home (Thirty Two)
33 I Got You Back (Thirty Three)
34 I Got You Back (Thirty Four)
35 First Meet (Thirty Five)
36 First Meet (Thirty Six)
37 Lies and Truth (Thirty Seven)
38 Lies and Truth (Thirty Eight)
39 Daddy Aciel (Thirty Nine)
40 Daddy Aciel (Fourty)
41 Diary of Eden
42 Tears (Fourty Two)
43 Tears (Fourty Three)
44 Engagement (Fourty Four)
45 Engagement (Fourty Five)
46 Engagement (Fourty Six)
47 After Marriage (Fourty Nine)
48 I Love You From My Deepest Heart (Fourty Eight)
49 I Love You From My Deepest Heart (Fourty Nine)
50 I Love You From My Deepest Heart (Fifthy)
51 I Love You From My Deepest Heart (Fifthy One)
52 Maybe I Love You (Fifty Two)
53 Maybe I Love You (Fifthy Three)
54 Maybe I Love You (Fifthy Four)
55 Maybe I Love You (Fifthy Five)
56 Yes I Love You (Fifthy Six)
57 Yes I Love You (Fifthy Seven)
58 Yes I Love You (Fifthy Eight)
59 Love You To Death (Fifthy Nine)
60 Love You To Death (Sixty)
61 Perhaps Love (Sixty One)
62 Perhaps Love (Sixty Two)
63 Perhaps Love (Sixty Three)
64 Start From Zero (Sixty Four)
65 Start From Zero (Sixty Five)
66 Start From Zero (Sixty Six)
67 Special Chapter Epilog : Morning Sickness! (Louise Pregnancy) (Sixty Seven)
68 Special Chapter Epilog : Morning Sickness! (Louise Pregnancy) (Sixty Eight)
69 "Voice" Sian Story (Sixty Nine)
70 "Voice" Sian Story (Seventy)
71 "Voice" Sian Story (Seventy One)
72 "Voice" Sian Story (Seventy Two)
73 "Voice" Sian Story (Seventy Three)
74 Sian Wedlock (Seventy Four)
75 Sian Wdlock (Seventy Five)
76 Sian Wedlock (Seventy Six)
77 Sian Wedlock (Seventy Seven)
78 Photo Album, Between Past and Future (Seventy Eight)
79 Reunion (Seventy Nine)
80 Reuion (Eighty)
81 Reunion (Eighty One)
82 Reunion (Eighty Two)
83 Reunion (Eighty Three)
84 Reunion (Eighty Four)
85 Reunion (Eighty Five)
86 Reunion (Eighty Six)
87 Reunion (Eighty Seven)
88 Reunion (Eighty Eight)
89 Reunion (Eighty Nine)
90 Reunion (Ninety)
91 Reunion (Ninety One)
92 Reunion (Ninety Two)
93 Reunion (Ninety Three)
94 Olivia Pregnant Story (Ninety Four)
95 Olivia Pregnant Story (Ninety Five)
96 Olivia Pregnant Story (Ninety Six)
97 Olivia Giving Birth Story (Ninety Seven)
98 Olivia Giving Birth Story (Ninety Eight)
99 Lutherford Family (Ninety Nine)
100 Lying and Divorce (One Hundred)
101 Lying and Divorce (One Hundred One)
102 Lying and Divorce (One Hundred Two)
103 Lying and Divorce (One Hundred Three)
104 Lying and Divorce (One Hundred Four)
105 Lying and Divorce (One Hundred Five)
106 Hand Shake (One Hundred Six)
107 Rescue Me (One Hundred Seven)
108 Rescue Me (One Hundred Eight)
109 Rescue Me (One Hundred Nine)
110 Don't Leave Me (One Hundred Ten)
111 Don't Leave Me (One Hundred Eleven)
112 Don't Leave Me (One Hundred Twelve)
113 Don't Leave Me (One Hundred Thirteen)
114 (One Hundred Fourteen)
115 Another Story Of Us (One Hundred Fifteen)
116 Another Story Of Us (One Hundred Sixteen)
117 Another Story Of Us (One Hundred Seventeen)
118 Romantic Story Of Them (One Hundred Eighteen)
119 Romantic Story Of Us (One Hundred Nineteen)
120 Another Story Of Us (One Hundred Twenty)
121 Beautiful Day (One Hundred Twenty One)
122 Beautiful Day (One Hundred Twenty Two)
123 Beautiful Day (One Hundred Twenty Three)
124 What Happen With Olivia? (One Hundred Twenty Four)
125 Olivia's Bad Storm (One Hundred Twenty Five)
126 Olivia Pregnant (One Hundred Twenty Six)
127 Olivia Pregnant (One Hundred Twenty Seven)
128 Storm (One Hundred Twenty Eight)
129 Storm (One Hundred Twenty Nine)
130 Affair (One Hundred Thirty)
131 Affair (One Hundred Thirty One)
132 Twins (One Hundred Thirty Two)
133 Leticia Crowford (One Hundred Thirty Three)
134 Mad Man (One Hundred Thirty Four)
135 Kidnapped (One Hundred Thirty Five)
136 Eden's Family (One Hundred Thirty Six)
137 Plan (One Hundred Thirty Seven)
138 Unexpected Feeling (One Hundred Thirty Eight)
139 Unexpected Feeling (One Hundred Thirty Nine)
140 Silent Man (One Hundred Fourty)
141 New Life (One Hundred Fourty One)
142 New Life (One Hundred Fourty Two)
143 Painful Reality (One Hundred Fourty Three)
144 Epic Ending (One Hundred Fourty Four)
145 Epic Ending (One Hundred Fourty Five)
146 EVERYTHING GONNA BE ALRIGHT
147 KUNJUNGAN EDEN
148 PESTA ULANGTAHUN SI KEMBAR
149 MEMBUJUK SIAN
150 HAPPY FAMILY
151 PERCERAIAN SIAN DAN OLIVIA
152 BERBAIKAN
Episodes

Updated 152 Episodes

1
The Brown Eyes (One)
2
Fake Love (Two)
3
Fake Love (Three)
4
Fake Love (Four)
5
Strangers (Five)
6
Strangers (Six)
7
Let The River Run (Seven)
8
Part Of Us (Eight)
9
Part Of Us (Nine)
10
Part Of Us (Ten)
11
Month One, Problem One (Eleven)
12
Month One Problem One (Twelve)
13
Month Two How Dare You (Thirteen)
14
Month Two How Dare You (Fourteen)
15
Month Three, Everyday Sickness (Fifteen)
16
Month Three, Everyday Sickness (Sixteen)
17
Month Four, Tears (Seventeen)
18
Month Four, Tears (Eighteen)
19
Month Five, Lil Bit Of Happiness (Nineteen)
20
Month Five, Lil Bit Of Happiness (Twenty)
21
Month Five, A Lil Bit Of Happiness (Twenty One)
22
Month Six, Smile On Your Anger (Twenty Two)
23
Month Seven, The Black Swan (Twenty Three)
24
Month Seven, The Black Swan (Twenty Four)
25
Month Eight, One Last Time (Twenty Five)
26
Month Eight, One Last Time (Twenty Six)
27
The Truth Untold (Twenty Seven)
28
The New Of Aciel (Twenty Eight)
29
The New Aciel (Twenty Nine)
30
Come Back Home (Thirty)
31
Come Back Home (Thirty One)
32
Come Back Home (Thirty Two)
33
I Got You Back (Thirty Three)
34
I Got You Back (Thirty Four)
35
First Meet (Thirty Five)
36
First Meet (Thirty Six)
37
Lies and Truth (Thirty Seven)
38
Lies and Truth (Thirty Eight)
39
Daddy Aciel (Thirty Nine)
40
Daddy Aciel (Fourty)
41
Diary of Eden
42
Tears (Fourty Two)
43
Tears (Fourty Three)
44
Engagement (Fourty Four)
45
Engagement (Fourty Five)
46
Engagement (Fourty Six)
47
After Marriage (Fourty Nine)
48
I Love You From My Deepest Heart (Fourty Eight)
49
I Love You From My Deepest Heart (Fourty Nine)
50
I Love You From My Deepest Heart (Fifthy)
51
I Love You From My Deepest Heart (Fifthy One)
52
Maybe I Love You (Fifty Two)
53
Maybe I Love You (Fifthy Three)
54
Maybe I Love You (Fifthy Four)
55
Maybe I Love You (Fifthy Five)
56
Yes I Love You (Fifthy Six)
57
Yes I Love You (Fifthy Seven)
58
Yes I Love You (Fifthy Eight)
59
Love You To Death (Fifthy Nine)
60
Love You To Death (Sixty)
61
Perhaps Love (Sixty One)
62
Perhaps Love (Sixty Two)
63
Perhaps Love (Sixty Three)
64
Start From Zero (Sixty Four)
65
Start From Zero (Sixty Five)
66
Start From Zero (Sixty Six)
67
Special Chapter Epilog : Morning Sickness! (Louise Pregnancy) (Sixty Seven)
68
Special Chapter Epilog : Morning Sickness! (Louise Pregnancy) (Sixty Eight)
69
"Voice" Sian Story (Sixty Nine)
70
"Voice" Sian Story (Seventy)
71
"Voice" Sian Story (Seventy One)
72
"Voice" Sian Story (Seventy Two)
73
"Voice" Sian Story (Seventy Three)
74
Sian Wedlock (Seventy Four)
75
Sian Wdlock (Seventy Five)
76
Sian Wedlock (Seventy Six)
77
Sian Wedlock (Seventy Seven)
78
Photo Album, Between Past and Future (Seventy Eight)
79
Reunion (Seventy Nine)
80
Reuion (Eighty)
81
Reunion (Eighty One)
82
Reunion (Eighty Two)
83
Reunion (Eighty Three)
84
Reunion (Eighty Four)
85
Reunion (Eighty Five)
86
Reunion (Eighty Six)
87
Reunion (Eighty Seven)
88
Reunion (Eighty Eight)
89
Reunion (Eighty Nine)
90
Reunion (Ninety)
91
Reunion (Ninety One)
92
Reunion (Ninety Two)
93
Reunion (Ninety Three)
94
Olivia Pregnant Story (Ninety Four)
95
Olivia Pregnant Story (Ninety Five)
96
Olivia Pregnant Story (Ninety Six)
97
Olivia Giving Birth Story (Ninety Seven)
98
Olivia Giving Birth Story (Ninety Eight)
99
Lutherford Family (Ninety Nine)
100
Lying and Divorce (One Hundred)
101
Lying and Divorce (One Hundred One)
102
Lying and Divorce (One Hundred Two)
103
Lying and Divorce (One Hundred Three)
104
Lying and Divorce (One Hundred Four)
105
Lying and Divorce (One Hundred Five)
106
Hand Shake (One Hundred Six)
107
Rescue Me (One Hundred Seven)
108
Rescue Me (One Hundred Eight)
109
Rescue Me (One Hundred Nine)
110
Don't Leave Me (One Hundred Ten)
111
Don't Leave Me (One Hundred Eleven)
112
Don't Leave Me (One Hundred Twelve)
113
Don't Leave Me (One Hundred Thirteen)
114
(One Hundred Fourteen)
115
Another Story Of Us (One Hundred Fifteen)
116
Another Story Of Us (One Hundred Sixteen)
117
Another Story Of Us (One Hundred Seventeen)
118
Romantic Story Of Them (One Hundred Eighteen)
119
Romantic Story Of Us (One Hundred Nineteen)
120
Another Story Of Us (One Hundred Twenty)
121
Beautiful Day (One Hundred Twenty One)
122
Beautiful Day (One Hundred Twenty Two)
123
Beautiful Day (One Hundred Twenty Three)
124
What Happen With Olivia? (One Hundred Twenty Four)
125
Olivia's Bad Storm (One Hundred Twenty Five)
126
Olivia Pregnant (One Hundred Twenty Six)
127
Olivia Pregnant (One Hundred Twenty Seven)
128
Storm (One Hundred Twenty Eight)
129
Storm (One Hundred Twenty Nine)
130
Affair (One Hundred Thirty)
131
Affair (One Hundred Thirty One)
132
Twins (One Hundred Thirty Two)
133
Leticia Crowford (One Hundred Thirty Three)
134
Mad Man (One Hundred Thirty Four)
135
Kidnapped (One Hundred Thirty Five)
136
Eden's Family (One Hundred Thirty Six)
137
Plan (One Hundred Thirty Seven)
138
Unexpected Feeling (One Hundred Thirty Eight)
139
Unexpected Feeling (One Hundred Thirty Nine)
140
Silent Man (One Hundred Fourty)
141
New Life (One Hundred Fourty One)
142
New Life (One Hundred Fourty Two)
143
Painful Reality (One Hundred Fourty Three)
144
Epic Ending (One Hundred Fourty Four)
145
Epic Ending (One Hundred Fourty Five)
146
EVERYTHING GONNA BE ALRIGHT
147
KUNJUNGAN EDEN
148
PESTA ULANGTAHUN SI KEMBAR
149
MEMBUJUK SIAN
150
HAPPY FAMILY
151
PERCERAIAN SIAN DAN OLIVIA
152
BERBAIKAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!