“Eden? Kau Eden Morel bukan?”
Eden menatap tak percaya pria di depannya dan perlahan-lahan mulai menurunkan jari telunjuknya yang masih menggantung di udara. Dengan wajah memerah karena malu, ia menganggukan kepalanya cepat sambil tersenyum ramah pada pria itu.
“Zyan, lama tidak berjumpa. Apa kabar?”
Eden mencoba menyapa Zyan dengan sapaan yang paling ramah sambil menghalau pria itu untuk masuk ke dalam restoran jepang. Saat ini ia begitu malu karena telah membentak-bentak pria itu sambil mengacung ngacungkan telunjuknya tepat di depan wajahnya. Jika Zyan bukanlah salah satu mantan temannya saat kuliah, dan mantan pria yang pernah menjalin hubungan baik dengannya, mungkin ia akan langsung melempar pria itu jauh-jauh dari hadapannya karena pria itu telah membuatnya jatuh dengan sangat memalukan di tengah jalan. Sayangnya, pria yang tadi menabraknya adalah Zyan Clinton. Salah satu pria yang dulu sangat baik padanya dan juga cukup berjasa padanya, sama seperti Tranz. Jadi, ia seharusnya memperlakukan pria itu dengan baik dan mencoba memperbaiki imagenya yang sudah terlanjur buruk di depan pria itu.
“Eee.... soal tadi, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk membentak-bentakmu.”
Zyan tersenyum santai di hadapan Eden sambil mengibaskan tangan kanannya pelan ke udara. Pria itu justru tertawa cukup keras di depannya dan tiba-tiba ia berdiri sambil memeluknya seperti seorang teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
“Aku merindukanmu. Akhirnya kita bisa bertemu lagi Eden.”
“Aku juga merindukanmu. Kau kemana saja selama ini?”
Zyan melepaskan pelukannya pada Eden dan kembali duduk di tempatnya semula. Eden kemudian memberikan tatapan pada Jimin untuk memanggil pelayan selagi ia berbicara dengan Zyan untuk mengenang masa-masa kuliah mereka yang menyenangkan.
“Aku bekerja di California. Dan tahun ini aku dipindahkan ke kantor pusat di Las Vegas.”
“Oh ya, kau bekerja dimana?” tanya Eden antusias. Melihat Zyan yang sudah sukses seperti ini membuat Eden juga ikut senang. Dulu ia dan Zyan adalah teman dekat hingga seluruh teman-temannya mengira mereka memiliki hubungan. Padahal dirinya tidak pernah memiliki hubungan apapun, dan ia sadar jika Zyan adalah pria yang terlalu baik untuk dirusaknya.
“Aku bekerja di perusahaan otomotif, Cadillac, kau pasti tahu perusahaan itu. Mereka cukup terkenal.”
Eden langsung tersenyum hambar sambil mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Ia jelas tahu, bahkan sangat tahu karena perusahaan itu milik Aciel. Dulu ia sering datang ke sana dan mengganggu kegiatan pria itu saat sedang bekerja. Sayangnya semua itu hanyalah bagian dari masa lalunya. Sekarang ia lebih suka hidup bebas sambil mengembangkan karir modelnya agar suatu saat ia bisa terbebas dari belenggu Aciel yang menyebalkan.
“Kau hebat bisa bekerja di perusahaan yang cukup terkenal itu. Bagaimana dengan kehidupanmu, kau sudah memiliki kekasih?”
Eden sengaja mengganti topik pembicaraan mereka seputar kekasih karena ia cukup malas untuk membicarakan perusahaan milik ayah angkatnya. Lagipula ia juga merasa penasaran dengan kehidupan Zyan selama tiga tahun ini, setelah mereka lulus dari bangku perkuliahan.
“Aku? Hmm.. tidak, maksudku belum. Aku belum memiliki kekasih, tapi aku memiliki wanita yang kucintai.”
“Benarkah? Siapa itu? Apa dia Erika Shone, wanita cantik yang pernah dikabarkan dekat denganmu saat semester akhir tiga tahun yang lalu?” Goda Eden dengan wajah jahil. Zyan langsung menggelengkan kepalanya keras dan melirik Eden sebal karena godaan wanita itu benar-benar tidak lucu. Lagipula saat ini Erika telah menikah dengan seorang guru dan sedang mengandung anak mereka.
“Erika sudah menikah. Kami tidak pernah memiliki hubungan apapun sejak dulu. Kau jangan terlalu berlebihan.”
“Ck, lalu siapa wanita yang kau sukai? Beritahu padaku, jika aku mengenalnya, aku pasti akan membantumu untuk mendapatkannya.”
“Nanti aku akan memberitahumu, sekarang aku ingin makan.”
Tak berapa lama pelayan yang membawakan pesanan mereka. Sepertinya Jimin telah melakukan tugasnya dengan baik, karena pria itu langsung memesankan menu kesukaan modelnya tanpa harus menanyakan terlebihdahulu pada Eden yang sedang asik mengobrol. Sedangkan untuk Zyan, pria itu hanya asal memesankan makanan dan berharap rekan modelnya itu mau memakan apa saja yang telah dipesankannya.
“Asistenmu hebat, ia tahu apa menu favoritku.”
Zyan memakan sushinya dengan lahap sambil menatap penuh terimakasih pada Jimin yang duduk tak jauh dari mereka. Sedangkan Eden hanya mengedikan bahunya asal dan mulai menyantap makanannya sendiri yang terlihat menggiurkan. Dan untung saja di dalam restoran ini tidak banyak pengunjung yang datang, sehingga ia bisa makan sebanyak yang ia mau tanpa harus menjaga imagenya yang terkenal angkuh dan sombong. Selain itu, ia juga tidak perlu bersikap angkuh di depan Zyan karena pria itu adalah sahabatnya. Sejauh ini sikapnya di depan teman-temannya tidak pernah berubah. Hanya saat bersama Aciel ia akan memasang wajah angkuhnya untuk menunjukan pada pria itu jika ia bukan wanita murahan yang bisa digunakan dengan sesuka hati. Meskipun selama ini ia tidak pernah bisa menolak pria itu untuk melayaninya di ranjang, tapi sebenarnya saat ini ia telah memiliki rencana untuk menghancurkan pria itu perlahan-lahan. Ia ingin pria itu juga merasakan rasa sakit seperti apa yang ia rasakan selama ini. Selama bertahun-tahun ia harus bertahan dengan perasaan terhina dan juga perasaan tidak diharagai yang disebabkan oleh pria itu. Belum lagi, ia pernah mengalami pengalaman buruk yang sangat mengerikan hingga ia harus merenggang nyawa karena pria itu. Beruntung, Tuhan masih memberinya umur panjang untuk membalas sikap bejat pria itu dan menjalankan karirnya yang sedang melambung tinggi saat ini.
“Tiga tahun berlalu, kau sekarang semakin sukses. Aku sering melihatmu di televisi dan menjadi model untuk produk-produk ternama, aku sangat bangga padamu.”
“Terimakasih. Ini semua karena Tranz yang dulu memberiku pekerjaan ini. Saat itu aku sangat membutuhkan pekerjaan, dan untungnya Tranz masih bersedia mengorbitkanku untuk menjadi seorang model.”
“Tapi kenapa kau harus bekerja, bukankah ayah angkatmu sangat kaya? Sebenarnya apa pekerjaan ayahmu angkatmu?”
Eden tampak berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan Zyan padanya. Sejak dulu ia memang tidak pernah memberitahu secara detail perihal Aciel padanya. Berbeda dengan Tranz, pria sejak awal telah mengetahui semuanya karena tanpa sepengetahuannya pria itu telah membuntutinya dan mencari tahu sendiri perihal Aciel. Sedangkan Tiffany dan Summer, keduanya mengenal Aciel karena mereka sering pergi ke klub milik pria itu, dan di sana reputasi Aciel sebagai seorang pria kaya yang berbahaya sudah sangat terkenal, jadi mereka berdua pada akhirnya tahu seperti apa Aciel sebenarnya. Hanya Zyan yang tidak pernah tahu mengenai Aciel karena ia sendiri merasa enggan untuk membagi informasi itu pada Zyan. Lagipula Zyan sendiri adalah satu-satunya teman dekatnya yang tidak memiliki reputasi buruk apapun. Selama ini Zyan selalu hidup di jalan yang lurus dan hampir tanpa hambatan. Latar belakang Aciel yang penuh dengan catatan gelap itu mungkin akan tidak cocok dengan kepribadiannya yang sangat bersih dan tanpa cela.
“Aku tidak ingin selamanya bergantung pada ayahku. Bagaimanapun aku ini bukan putrinya, dan pada akhirnya aku pasti juga akan memiliki kehidupanku sendiri.” Ucap Eden sedikit tidak yakin. Sejujurnya ia tidak tahu apakah pada akhirnya ia bisa terbebas dari belenggu Aciel atau tidak. Mengingat bagaimana sikap pria itu selama ini padanya. Ia jelas tidak akan dilepaskan dengan mudah. Tapi selama ia masih bisa berdiri dengan kakinya sendiri, apa salahnya jika ia mencoba.
“Kau benar, selamanya kita memang tidak bisa menggantungkan kehidupan kita pada orang lain. Eden, apa kita masih bisa bertemu lagi lain waktu?”
Eden sedikit heran dengan pertanyaan Zyan, namun pada akhirnya ia menganggukan kepalanya juga untuk mengiyakan pertanyaan pria itu.
“Tentu saja, kita pasti akan bertemu lagi. Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“Aku hanya takut kau akan sulit untuk ditemui, mengingat kau sekarang adalah seorang model yang sangat terkenal.”
“Ck, kau terlalu berlebihan. Kau bisa menemuiku kapanpun kau mau. Selama aku tidak memiliki pekerjaan, kita bisa pergi ke kafe untuk mengobrol seperti ini. Dan mungkin lain kali aku juga akan membawa Tranz untuk bergabung bersama kita.”
“Baiklah, boleh aku meminta nomor ponselmu?”
Tanpa berpikir dua kali Eden langsung memberikan nomor ponselnya begitu saja tanpa menghiraukan adanya binar bahagia di mata Zyan yang mungkin nantinya akan menjadi sesuatu yang buruk. Sesuatu yang dinamakan harapan, yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan malapetaka jika sedang dirasakan oleh orang yang tidak tepat. Dan pertemuan mereka siang itu menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan untuk Zyan karena pada akhirnya ia dapat bertemu lagi dengan cinta pertamanya sejak masa kuliah. Namun untuk kali ini Zyan telah bertekad untuk mendapatkan Eden, bagaimanapun caranya ia pasti akan mendapatkan wanita itu untuk dirinya sendiri.
-00-
Asap tipis itu membumbung ke udara, disusul dengan asap berikutnya yang keluar bersamaan dengan hembusan berat napas seseorang yang sedang duduk di atas kursi kebesaran miliknya. Aciel tampak memejamkan matanya sambil merasakan setiap mili nikotin yang mulai mengalir kedalam tenggorokannya. Malam ini ia sedang membutuhkan ketenangan. Dan sedikit bermain dengan seorang jalang sebenarnya sangat menggiurkan untuk mengurangi beban pikirannya yang menumpuk. Tapi ia tidak sedang menginginkan jalang. Saat ini ia hanya membutuhkan Eden untuk menuntaskan gairahnya yang sedang membumbung tinggi ke udara.
“Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak ingin pulang?”
“Ini kantorku, aku bebas melakukan apapun di sini. Lagipula apa yang kau lakukan di sini Sian?”
Sian mengedikan bahunya acuh dan segera berjalan masuk kedalam ruangan Aciel. Niatnya untuk pulang ke rumah ia urungkan karena melihat sahabatnya sekaligus atasannya itu sedang bersantai sendiri sambil terus mengepulkan asap tipis dari bibirnya.
“Aku baru saja menyelesaikan tugasku. Bulan ini banyak sekali tugas yang harus kukerjakan hingga aku kekurangan waktu untuk tidur. Kapan kau akan memberiku jatah cuti? Aku mulai jenuh dengan semua pekerjaanku yang membosankan itu.” protes Sian berapi-api. Aciel memilih untuk tidak menanggapi Sian dan kembali pada kegiatan awalnya yang sedang menghisap nikotin sambil memikirkan berbagai hal yang berdesak-desakan di dalam kepalanya. Hari ini ia mendapatkan laporan dari Jimin jika Eden baru saja bertemu dengan teman kuliahnya, Zyan. Dan sedikit banyak ia mengetahui siapa itu Zyan Clinton. Pria itu dulu adalah salah satu sahabat Eden yang sebenarnya memiliki perasaan lebih untuk Eden. Tapi bodohnya Eden karena ia tidak pernah menyadari perasaan itu dan hanya menganggap Zyan sebagai sahabatnya belaka, sama seperti hubungannya dengan Tranz. Jadi sejauh ini ia masih aman dan tidak perlu melakukan tindak kekerasan apapun pada Zyan.
“Bagaimana kabar Eden? Lama ia tidak pernah mengunjungimu di kantor.”
Sian seperti biasa, ia akan menjadi pihak yang paling cerewet saat menanyakan masalah Eden. Mungkin karena pria itu merasa iba dengan nasib Eden yang harus jatuh ditangan Aciel. Padahal Brexton sebenarnya memiliki banyak relasi yang lebih baik daripada seorang Aciel yang sangat brengsek.
“Ia sedang sibuk, berkencan dengan banyak pria sesuka hatinya. Ia mulai menjadi wanita bebas setelah karirnya semakin melejit.”
“Wow, itu bagus.” komentar Sian singkat. Ia melirik jenaka kearah Aciel sambil menjentikan jarinya di depan wajahnya.
“Bukankah ia telah berhasil meniru gayamu. Like father like daughter.”
“Aku bukan ayahnya, dan aku tidak akan pernah menjadi ayahnya.” Dengus Aciel ksal sambil menghembuskan asap rokoknya kuat-kuat kearah Sian. Meskipun ia memang lebih pantas untuk menjadi ayah Eden, namun ia tidak akan pernah mau menjadi ayah bagi Eden karena ia mengambil Eden bukan untuk menjadi putrinya. Ia hanya ingin menepati janjinya pada Im Brexton. Dan tanpa disangka-sangka, ia justru merusak putrinya dan mulai kecanduan dengan tubuh Eden yang manis. Oh... rasanya ia ingin segera pulang dan menyelinap masuk kedalam selimut hangat Eden untuk ‘bermain’ dengan wanita itu sepanjang malam. Sayangnya, Eden sekarang bukanlah wanita manisnya yang dulu lagi. Edennya yang sekarang lebih galak dan juga telah berubah menjadi wanita pembangkang yang sangat keras kepala. Ia hari ini bahkan dibuat kesal dengan sikap Eden yang berani menunjukan sikap manis di depan Zyan. Meskipun mereka berdua adalah sahabat baik sejak di bangku perkuliahan, namun ia tetap tidak suka jika wanitanya terlihat memberikan harapan untuk pria lain.
“Kau selalu saja berkata seperti itu, tapi kau juga menghancurkan hatinya. Kau tahu dia mencintaimu, tapi kau justru mempermainkannya dengan sikap brengsek sialanmu itu. Andai Brexton masih hidup, kau pasti akan habis di tangannya karena berani mempermaikan perasaan putrinya.”
“Sayangnya Brexton telah mati, membusuk bersama cacing-cacing dan juga hewan-hewan menjijikan di pemakaman. Eden adalah urusanku, kau tidak perlu mencampurinya. Urus saja masalahmu sendiri dan jangan bersikap seolah-olah kau adalah flower boy yang suci. Aku tahu betapa brengseknya kau selama ini. Menghamili lima wanita hah, dan tidak mau mempertanggungjawabkannya.” ucap Aciel santai, namun sarat akan nada sindiran di dalamnya. Sejak awal ia memang tidak suka kehidupan pribadinya dicampuri oleh orang lain. Itulah salah satu alasannya mengapa ia memilih untuk hidup sendiri, menjauh dari sikap mengekang ayahnya yang memuakan. Dan sekarang Sian justru bersikap menyebalkan dengan terlihat sok prihatin terhadap kehidupan Eden, padahal ia sendiri juga sama brengseknya dengan dirinya. Atau mungkin justru lebih parah!
“Lima wanita itu adalah kesalahan. Mereka sendiri yang bodoh karena tidak menggunakan kontrasepsi saat berhubungan denganku. Dan mereka semua jelas sangat berbeda dengan Eden. Eden adalah wanita terhormat, ia tidak sama dengan jalang-jalang yang sering kau gunakan selama ini.”
“Apa kau lupa jika Eden juga terlahir dari seorang jalang? Jalang kesayangan Brexton lebih tepatnya. Karena itulah Brexton mau mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia sudah tergila-gila dengan wanita itu. Sayangnya Kimberly terlalu serakah dan memutuskan untuk meninggalkan keluarganya bersama pria lain. Dan delapan tahun kemudian Brexton justru pergi meninggalkan Eden untuk selama-lamanya karena ulah licik rivalnya.”
Aciel membuang puntung rokonya ke dalam asbak, dan mulai beralih pada minumannya untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering akibat terlalu banyak menghabiskan batang nikotin. Malam ini ia merasa sangat malas untuk melakukan apapun dan hanya ingin menenggelamkan dirinya kedalam gelapnya ruangan tempat ia bekerja setiap hari agar pikirannya dapat bekerja normal kembali. Pagi ini ia baru mengetahui satu fakta jika karyawan yang telah direkomendasikan oleh pemimpin kantor cabang perusahaannya di California adalah Zyan. Dan ia tidak memiliki kesempatan untuk memindahkan pria itu lagi ke Busan karena kinerja pria itu memang bagus. Jadi, ia mungkin akan merelakan Eden untuk terus berhubungan dengan pria bermarga Clinton itu selama ia ditempatkan di kantor pusat miliknya di Vegas.
“Ace, apa kau sudah menceritakan perihal kecelakaan Brexton pada putrinya?”
“Menurutmu?” Tanya Aciel tanpa minat. Tentu saja ia belum menceritakan hal itu pada Eden, dan mungkin ia tidak akan pernah menceritakannya karena hal itu pasti akan menyakiti Eden. Wanita itu telah ditinggal pergi oleh ayahnya saat usianya masih sangat muda. Ia tidak akan membuka luka lama itu lagi pada Eden dan hanya membiarkan wanita itu terus bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.
“Tapi ia berhak mengetahuinya. Kau juga harus memberikan harta warisan milik Brexton pada Eden saat wanita itu genap berusia dua puluh lima tahun. Dan satu hal lagi, jika kau memang tidak akan pernah membalas rasa cintanya, lebih baik kau melepaskan Eden untuk pria lain.”
Aciel menggeram kesal menghadapi sikap cerewet Sian sambil menegak kasar minumannya. Ia pikir Sian sudah terlalu ikut campur kedalam masalahnya dan bersikap seolah-olah ia dalah pria bijak yang baru saja turun dari surga.
“Kau terlalu banyak mencampuri urusanku Sian. Masalah Eden, itu adalah tanggungjawabku. Dan saat ini aku merasa belum ada pria manapun yang tepat untuk bersanding dengan Eden, jadi aku tidak akan melepaskan Eden hingga aku benar-benar menemukan seorang pria yang tepat untuknya.”
“Ck, kau itu rumit dan juga membingungkan. Di satu sisi kau bersikap sebagai seorang ayah yang terlalu over protective pada putrinya, namun di sisi lain kau juga bersikap sebagai pria brengsek dengan merusak kepolosannya. Sebenarnya peran mana yang sedang kau mainkan saat ini? Kau jelas tidak akan melakukannya terus menerus karena pada akhirnya Eden juga akan memiliki kehidupannya sendiri.”
“Kau tahu, terkadang pemikiran yang terlalu jauh kedepan juga akan menyusahkanmu. Jadi untuk apa kau harus merepotkan kehidupan Eden di masa depan yang belum pasti akan terjadi atau tidak. Yang jelas saat ini aku sedang memainkan peranku sebagai seorang wali untuknya. Aku terikat janji dengan Brexton, dan saat ini aku mencoba untuk memenuhinya.” ucap Aciel mulai emosi. Pria itu kemudian mulai menyibukan diri dengan berbagai email dari rekan kerjanya untuk meredam emosinya pada Sian. Tapi sialnya, ia justru disuguhkan dengan gambar pemotretan Eden yang sedang menggunakan pakaian renang berwana merah menyala di pinggir kolam renang. Salah satu anak buahnya pasti baru saja menyelesaikan tugasnya untuk memberikan laporan harian terkait kegiatan Eden selama ini. Dan meskipun itu sangat berguna untuk memantau Eden, tapi terkadang itu juga cukup menyebalkan karena ia harus melihat Eden sibuk berinteraksi dengan teman-teman sialannya yang jelas memiliki ketertarikan pada Eden.
“Kau memiliki stok wanita? Aku butuh pelepasan malam ini."
Tiba-tiba Aciel bangkit berdiri sambil mengacak asal rambutnya dan juga melepas simpul dasinya yang menyesakan. Ia lalu memberikan tatapan pada Sian agar mengikutinya untuk pergi ke klub dan bersenang-senang bersama wanita-wanita penggoda di sana. Seharian ini pikirannya terlalu kacau dan ia tidak akan mungkin memaksakan diri untuk menyelesaikan pekerjaanya. Jadi lebih baik ia pergi bersenang-senang untuk meredakan denyutan masalah yang semakin mengganggu di kepalanya.
“Hmm... aku suka ini. Kau memang lebih baik menyalurkan seluruh emosimu pada mereka, dan aku akan mencarikan satu wanita terbaik khusus untukmu malam ini dude. Mari kita pergi bersenang-senang.”
Sian segera merangkul pundak Aciel penuh semangat dan menggiring pria itu menuju basement untuk mengambil mobilnya yang berada di sana. Membuat Aciel bahagia adalah salah satu tugasnya karena
selama ini ia sudah berhutang budi terlalu banyak pada Aciel. Meskipun ia tidak pernah setuju dengan sikap Aciel yang gemar mempermainkan Eden, namun ia juga tidak akan mencegah Aciel untu bermain-main dengan para jalang karena mereka berdua adalah pria-pria bebas yang sampai kapanpun tidak akan pernah terikat pada sebuah komitmen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments