“Aku akan menjemputmu, jadi tetaplah di sini hingga aku datang.”
Eden mengangguk mengerti dan langsung melangkah keluar dari mobil hitam milik Aciel. Pagi ini ia akan mulai syuting untuk sebuah iklan real estate yang dulu telah dijanjikan oleh Tranz. Dari kejauhan Eden melihat pria tampan itu sedang melambai-lambai padanya sambil tersenyum sumringah menyambut kedatangannya.
“Jangan berlari!”
Aciel membuka kaca mobilnya tiba-tiba dan berseru tajam kearah Eden sambil menatap manik hitam itu penuh peringatan. Kelonggaran yang ia berikan hari ini pada Eden bukan berarti bisa membuat wanita itu bersikap seenaknya sendiri seperti itu.
“Aku akan meminta Jimin untuk terus mengawasimu. Ingat, aku tidak akan mengijinkanmu lagi untuk bekerja jika sesuatu yang buruk terjadi padamu lagi.” Ucap Aciel penuh ancaman. Eden mendengus malas dan tampak enggan untuk menimpali kata-kata Aciel. Pria itu memang terlalu berlebihan padanya sejak ia hampir keguguran lagi. Bahkan untuk syuting hari inipun mereka harus berdebat selama lebih dari satu minggu sebelum
Aciel benar-benar mengijinkannya. Namun semuanya tentu masih harus di bawah pengawasannya dan orang-orang suruhannya.
“Eden, kukira kau tidak akan datang.”
“Hai Tranz, tentu saja aku akan datang.”
Eden memeluk tubuh Tranz hangat dan sedikit memberikan beberapa kali tepukan di punggung pria tampan itu. Setelah mobil Aciel pergi, barulah Tranz berani berjalan mendekat kearah Eden. Ia bukannya takut pada Aciel, hanya saja ia malas mendengarkan kata-kata pedas milik Aciel yang selalu membuatnya kesal saat mendengarnya.
“Bagaimana kau bisa meluluhkan hati pria keras itu Ed?” Tanya Tranz tiba-tiba. Ia sebenarnya saat itu hanya asal menawarkan Eden pekerjaan ini karena ia tahu jika Aciel tidak mungkin mengijinkan Eden untuk melakukannya. Tapi, melihat bagaimana sekarang Eden bisa hadir di depannya, itu berarti Eden telah berhasil melakukan sesuatu pada Aciel.
“Emm... berdebat mungkin. Aku terus merengek-rengek di depannya selama seminggu ini hingga ia merasa kesal dan akhirnya mengijinkanku untuk syuting. Lagipula sekarang aku tidak lagi merasa mual dan muntah yang sangat parah seperti dulu. Menurut dokter Hwang aku sudah melewati masa-masa paling sulit dalam kehamilanku.”
“Itu bagus. Aku benar-benar tidak sabar melihatmu kembali aktif di dunia hiburan karena posisimu hampir direbut oleh artis pendatang baru, Becky Gee.”
“Becky Gee? Siapa itu? Sepertinya aku tidak terlalu asing dengan namanya.” ucap Eden sedikit mengingat-ingat.
“Becky Gee, sepupu desainer terkenal, Jessica Flores.”
“Ahh... wanita itu.”
Eden tiba-tiba berseru kesal sambil membayangkan wajah Jessica yang selalu menguarkan aura culas yang sok berkuasa. Entah kenapa sejak bertemu Jessica pertama kali di rumah Aciel, ia tidak suka pada wanita itu. Apalagi setelah ia melihat bagaimana dua manusia itu saling memuaskan tanpa ada ikatan apapun, membuat ia langsung beranggapan jika Jessica adalah seorang jalang yang bersembunyi dibalik popularitasinya semata.
“Kau sepertinya tidak menyukai Jessica.”
“Ya, aku memang tidak terlalu menyukainya. Dia adalah teman tidur Aciel selama ini.”
“Benarkah? Selama ini aku selalu berpikir jika Jessica Flores adalah seorang desainer anggun yang selalu menjaga dirinya dengan baik. Tapi siapa sangka jika dibalik wajah malaikatnya itu ia menyembunyikan banyak hal hitam di belakangnya. Sungguh, aku tidak menyangka ia seperti itu.” Ucap Tranz masih terdengar tidak percaya. Eden tampak acuh tak acuh menanggapi kata-kata Tranz sambil mengedikan bahunya tak peduli. Menurutnya dimanapun wanita itu sama saja, mereka tidak pernah bisa menahan diri dari godaan pria-pria tampan yang berkeliaran di sekitar mereka.
“Ed, apa kau sudah bertemu Zyan?”
“Belum setelah Aciel memergoki Zyan datang ke mansionnya. Ada apa? Apa sesuatu yang buruk terjadi padanya?” Tanya Eden berubah khawatir.
“Tidak, tidak ada apapun yang terjadi padanya. Kupikir selama ini ia sering menemuimu karena beberapa kali ia terus mengajakku bertemu untuk berbicara tentangmu.”
“Hmm... ia pria yang sangat gigih.” Komentar Eden merasa sedih. Sedikitpun ia tidak mau membuat Zyan terlibat terlalu jauh kedalam kehidupannya yang suram ini. Namun dengan gigih Zyan terus menggali informasi tentang kehidupannya melalui Tranz. Dan pastinya pria itu pasti membeberkan semua rahasia kelamnya pada Zyan.
“Zyan sangat mencintaimu Eden. Bahkan setelah aku memberitahunya semua yang kutahu tentangmu dan Aciel, ia justru semakin berambisi untuk mendapatkanmu. Ia mengatakan padaku, bahwa ia ingin membebaskanmu dari cengkeraman Aciel.”
“Menurutmu apa itu bisa?” Tanya Eden terdengar tidak yakin. Bahkan ia yang sudah mencobanya sejak bertahun-tahun yang lalupun harus selalu menahan kekecawaan karena sejatinya ia tidak pernah bisa terlepas dari cengkeraman Aciel. Selalu saja ada sesuatu yang membuatnya terikat pada pria itu, termasuk kehamilannya saat ini.
“Ia pasti bisa melakukannya. Hanya saja caranya untuk mendapatkanmu, aku khawatir tentang hal itu. Aciel bukanlah pria sembarangan, ia memiliki kekuasan yang sangat besar di Vegas. Sedikit membuat masalah dengannya, maka ia tidak akan segan-segan untuk menghancurkan orang itu. Jadi mulai saat ini kau juga harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk dari usaha Zyan. Bisa saja Zyan gagal, dan.... semuanya
akan berakhir sia-sia.” Peringat Tranz menakut-nakuti. Eden terlihat enggan untuk membahas hal itu lebih lanjut dan ia memilih untuk segera pergi menuju tempat set pengambilan gambar karena sejak tadi sang sutradara terus
berteriak-teriak dari singgasananya agar semua pemain segera bersiap di tempat mereka masing-masing.
“Aku pergi dulu Tranz.”
“Semoga berhasil Ed. Oh, lawan mainmu untuk syuting iklan ini adalah Tony.” beritahu Tranz sambil menepuk jidatnya lucu. Ia lupa mengatakan pada Eden jika syuting iklan kali ini tidak dilakukan sendiri dan akan ada seorang aktor pria bernama Tony.
“Tony?” ulang Eden tidak yakin. Tak berapa lama munculah seorang pria tinggi berwajah tampan yang sedang berjalan kearah sutradara. Pria itu, Antony Adams, adalah seorang aktor baru yang saat ini karirnya sedang melejit karena kesuksesan drama yang ia bintangi.
“Ya Tuhan, aku tidak percaya ini.” gumam Eden pelan sambil menatap kearah Tony yang saat ini juga sama-sama sedang menatap kearahnya.
“Eden!”
“Hai, lama tidak berjumpa.”
Eden membalas pelukan Tony sambil sedikit berbasa-basi pada pria itu. Rasanya mereka sudah lama tidak bertemu, sejak Aciel menghajar pria itu di rumahnya beberapa bulan yang lalu ketika Tony sedang mabuk.
“Lama tak bertemu denganmu, kau
terlihat semakin cantik Eden.”
“Benarkah? Kurasa ini hanya efek dari makeup.” Jawab Eden merendah.
“Tidak, kau memang sangat cantik Eden. Aku beruntung karena pernah menjadi kekasihmu, meskipun itu hanya sebentar. Bagaimana kabar ayah angkatmu sekarang, apa ia masih galak seperti dulu?”
“Yah.. tidak banyak yang berubah dari kehidupanku Tony. Semuanya masih tetap sama.” desah Eden berat. Rasanya kehidupannya akan terus menyedihkan selama Aciel masih tetap menjadi bayangan hitamnya.
“Seandainya ayah angkatmu tidak sekejam itu, mungkin saat ini kita masih bersama. Eden, sejujurnya aku masih mencintaimu.”
“Hah, bisa kau ulangi sekali lagi? Aku sedang tidak fokus.” Ucap Eden berpura-pura bodoh di depan Tony. Sebenarnya ia mendengarkan apa yang pria itu katakan. Hanya saja saat ini ia terlalu malas untuk membahas masalah cinta yang sudah lama ia lewatkan bersama Tony. Lagipula Tony hanyalah salah satu diantara puluhan kekasihnya yang ia permainkan selama ini. Jadi jangan harap pria itu bisa kembali menjalin hubungan dengannya
seperti dulu, karena ia tidak mau menjalin hubungan dengan pria yang sama untuk yang kedua kalinya.
“Ah... tapi mungkin nanti, sutradara sudah memanggil kita untuk bersiap.” Ucap Eden menghentikan gerakan bibir Tony. Pria itu lantas berjalan mengekori Eden dengan wajah kusut sambil menahan kesal karena ia gagal mengutarakan perasaanya untuk wanita yang ia cintai.
-00-
Pukul setengah tiga Eden menunggu Aciel dengan bosan sambil bertopang dagu di sebuah gazebo kecil yang tampak sepi. Rasanya ia sungguh menyesal telah menolak ajakan Tranz untuk pulang bersama hanya karena Aciel berjanji akan menjemputnya. Ia memang tolol karena telah mempercayai kata-kata pria itu dan bersedia menunggu di sini berjam-jam lamanya tanpa kepastian. Mungkin ia memang tidak perlu menunggu pria itu dan pulang menggunakan angkutan umum yang sejak tadi terus berlalu lalang di depannya.
Tiin tiin
“Eden, apa yang kau lakukan di sana?”
Suara klakson mobil dan suara panggilan dari seorang pria membuat Eden mendongak cepat sambil tersenyum pada sang pemanggil. Dari seberang jalan, Eden dapat melihat Tony sedang membuka kaca mobil audinya sambil bersiap untuk turun menghampiri Eden yang sejak tadi sibuk mengumpati Aciel sendiri.
“Kau belum pulang?”
“Aaa ya, aku menunggu jemputan. Tapi sepertinya aku harus pulang menggunakan taksi. Pria brengsek itu membohongiku lagi.”
“Ayo kuantar pulang, kebetulan aku sedang tidak sibuk hari ini.”
Mendengar itu, Eden langsung menganggukan kepalanya antusias dan bergegas mengikuti Tony menuju mobilnya. Lebih baik ia pulang bersama Tony daripada menunggu kedatangan Aciel yang tidak pasti. Bisa saja pria itu telah melupakan janjinya dan sedang pergi bersama salah satu jalangnya untuk bersenang-senang.
“Terimakasih, kau baik sekali Tony. Tapi bisakah kau mengantarku ke gedung Cadillac Corp, ada sesuatu yang ingin kuurus di sana.” Bohong Eden. Ia sebenarnya ingin memastikan keberadaan Aciel di sana dan menagih janji pria itu. Seenaknya saja Aciel mengingkari janjinya dan membuatnya menunggu dengan bosan di gazebo kecil itu.
“Baiklah, aku akan mengantarmu ke sana. Ngomong-ngomong Eden, apa kau sedang hamil?” Tanya Tony sungguh-sungguh. Sejak syuting dimulai ia tidak bisa melepaskan tatapan matanya dari bentuk tubuh Eden terlihat lebih berisi dari saat terakhir kali mereka bertemu. Dan lagi, bentuk perut Eden yang tampak buncit semakin menguatkan dugaanya jika wanita itu sedang hamil.
“Ahh... ini.. Ya, aku sedang hamil.” Jawab Eden malas.
“Sejak kapan?”
“Empat bulan yang lalu. Ada apa? Pasti kau berpikir aku terlihat lebih gemuk dan jelek.”
“Bukan, bukan begitu. Hanya saja, apakah itu milikku?”
“Apa?” tanya Eden tak habis pikir. Bagaimana mungkin pria itu menganggap janin yang sedang dikandungnya adalah milik pria itu jika selama ini mereka bahkan tidak pernah melakukan hubungan intim apapun.
“Apakah itu milikku Eden.”
“Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?”
“Apa kau masih ingat saat ulang tahun Rania? Kita mabuk dan keesokan paginya kita berdua telah berada di sebuah kamar hotel dalam keadaan telanjang. Apa kau ingat?”
Tiba-tiba saja ingatan Eden memutar kejadian enam bulan yang lalu saat ia sedang menghadiri pesta ulang tahun salah satu rekan modelnya, Rania Jole.
“Selamat ulang tahun sayang, semoga kau selalu mendapatkan kebahagiaan.”
“Terimakasih Eden, semoga kau juga selalu mendapatkan kebahagiaan. Nikmatilah pestanya, aku akan menyapa tamu-tamuku yang lain.”
“Tentu, aku pasti akan menikmatinya.”
“Oh, Tony mencarimu sejak tadi. Ia menunggumu di meja bar Eden.”
Eden lantas berjalan membelah kerumunan orang-orang yang sedang berpesta demi mencari keberadaan Tony. Pria yang telah menjadi kekasihnya sejak seminggu yang lalu itu pasti sedang gelisah menunggu kedatangannya.
“Hai sayang, apa kau mencariku?”
Cup
“Kau hampir membuatku gila karena terus mencarimu sejak tadi. Ayo, kita juga harus berpesta seperti yang lain.”
Tony lantas menarik tangan Eden dan mengajak wanita itu untuk menari di lantai dansa. Dan sepanjang malam mereka terus menari, minum, dan menari hingga mereka berdua akhirnya benar-benar mabuk dan tak bisa mengendalikan diri mereka.
“Eden, aahh.... kemarilah sayang, bibirmu benar-benar seksi.”
Tony meraup bibir Eden rakus dan melumatnya dengan gerakan menggebu-gebu yang terkesan tidak sabar. Saat ini mereka berdua telah berada di sebuah kamar hotel dengan Eden yang tampak tak berdaya di bawah kungkungan tubuh kekar Tony.
“Aww... jangan terburu-buru sayang, hahahaha... aku tidak akan pergi kemanapun. Malam ini aku milikmu...
Eden mengerjapkan matanya sekali dan mulai menoleh kaku kearah Tony yang sedang sibuk menyetir. Sekarang ia ingat semua kejadian enam bulan yang lalu saat dirinya tengah mabuk berat bersama Tony. Bodoh! Ia benar-benar lupa dengan hal itu. Selama ini ia terlalu cepat mengambil kesimpulan jika janin ini adalah milik Aciel karena ia merasa hanya pria itulah yang sering menyentuhnya selama ini.
“Ada apa Eden, apa benar bayi itu milikku?”
“Eee... Tony...”
Eden terlihat sulit untuk mengatakannya pada Tony. Ia sendiri sekarang terlalu bingung dengan kehamilannya yang mulai menjadi tidak jelas. Sebenarnya siapa ayah dari bayi yang sedang dikandungnya saat ini? Aciel atau Antony?
“Kurasa ini bukan milikmu.” Ucap Eden berbohong. Saat ini ia belum bisa memastikan milik siapa janin itu. Ia hanya tidak ingin membuat Tony ikut terseret kedalam kehidupannya yang rumit. Namun jika ternyata bayi itu milik Tony, maka biarlah ia yang merawat bayi itu sendiri tanpa diketahui Tony.
“Bagaimana kau bisa seyakin itu Eden? Apa kau sudah membuktikannya?” Tanya Tony sedikit menuntut.
“Aku yakin ini bukan milikmu karena kau bukanlah satu-satunya pria yang tidur denganku.” Balas Eden tegas. Biarlah Tony terluka dengan ucapannya. Justru ia berharap Tony setelah ini akan membencinya dan melupakannya selamanya.
“O.. ya tentu saja. Aku tahu bagaimana reputasimu selama ini Eden. Hmm... mungkin aku memang terlalu percaya diri.” Ucap Tony hambar dan terkesan terluka.
“Lagipula jika bayi ini benar-benar milikmu, kita berdua juga tidak akan bersama. Aku tidak mungkin berkencan dengan pria yang sama untuk kedua kalinya. Jadi, lebih baik kau cari saja wanita lain untuk menjadi kekasihmu. Jangan terlalu berharap padaku.” Ucap Eden dingin. Kemudian mereka berdua tidak lagi terlibat dalam pembicaraan apapun, dan hanya menikmati keheningan yang melingkupi keduanya.
Tony saat ini merasa hancur karena keyakinannya langsung dipatahkan dengan mudah oleh Eden. Padahal ia sangat berharap jika janin itu adalah miliknya agar ia bisa memiliki kesempatan untuk kembali bersama Eden. Sayangnya Eden adalah wanita angkuh yang selalu mencari pria-pria baru untuk kesenangannya. Jadi untuk kali ini ia benar-benar tidak akan memiliki kesempatan untuk bersama Eden.
Sementara itu, Eden saat ini sedang sibuk berpikir mengenai ayah dari janin yang dikandungnya. Apa yang diucapkan Tony beberapa saat yang lalu membuatnya sadar jika pria itu juga berpotensi untuk menjadi ayah dari janinnya. Tapi semua itu baru bisa dibuktikan setelah bayinya berusia delapan bulan. Itu artinya ia harus menunggu sekitar empat bulan lagi untuk mengetahui status dari bayinya. Namun tiba-tiba saja sekarang ia merasa memiliki ide untuk memanfaatkan situasi yang cukup membingungkan ini. Ia yakin suatu saat ini ia bisa menggunakan hal ini untuk menghancurkan Aciel hingga pria itu hancur tak tersisa.
“Terimakasih atas tumpangannya, have a nive day Tony.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments