Let The River Run (Seven)

Aciel Pov

            Sudah kuduga jika pertemuanku malam itu dengannya akan menjadi sebuah pertemuan terakhir yang penuh emosi dan berbagai macam kepelikan tiada akhir. Persahabatanku dengannya yang telah terjalin selama lima tahun membuatku tidak pernah bisa mengatakan tidak padanya setiap kali ia memintaku untuk melakukan sesuatu. Dan meskipun begitu, Brexton memang jarang sekali meminta sesuatu padaku. Jika ia tidak benar-benar dalam keadaan terdesak, ia tidak akan mungkin meminta sesuatu padaku. Namun malam itu ia tampak berbeda. Dengan suara sedikit kasar dan juga terburu-buru, ia memintaku untuk menemuinya di sebuah klub tempat biasa kami bertemu untuk melepas penat selepas bekerja. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan permintaanya untuk bertemu hingga pada akhirnya kami benar-benar bertemu di klub itu dengan auranya yang kurasakan sedikit berbeda.

            “Ada apa? Kau terlihat aneh.”

            Malam itu kusapa dirinya seperti biasa sambil menepuk pundaknya pelan. Saat aku tiba di sana, ia tengah melamun sambil menatap gelas kristal di depannya yang masih terisi separuh cognac. Namun aku tahu jika ia baru saja menghabiskan satu botol penuh cognac dan sekarang ia tengah meneguk botol ke duanya. Untuk beberapa saat ia tak kunjung menjawab sapaanku dan hanya membisu. Kurasa ini sebuah kebisuan yang aneh karena Brexton tidak pernah tampak sediam ini meskipun ia memiliki berbagai masalah yang bersarang di kepalanya. Bahkan saat ia mengetahui isterinya sedang berselingkuh dengan pria lain, ia hanya diam sambil menandatangi surat cerai yang telah ia siapkan dengan tenang. Namun memang, dibalik sikap datarnya itu tersembunyi banyak kesakitan yang tidak bisa ia ungkapkan. Cintanya untuk isterinya kurasa sangat besar, hanya saja ia terlalu malas untuk kembali mengejar isterinya, karena ia tahu jika cinta wanita itubukan lagi untuk dirinya. Tapi ngomong-ngomong, masalah apa lagi yang sedang ia hadapi saat ini?

            “Ace... kurasa aku memiliki masalah.”

            Aku mengangkat alisku bingung sambil menunggunya untuk melanjutkan ceritanya yang kutahu pasti akan panjang. Hmm.. ini akan menjadi sesi curhat yang penuh emosi, seperti biasa.

            “Aku merasa hidupku terancam.”

            “Lalu?”

            Aku bingung dengannya. Ia malam ini terlihat seperti seorang wanita lemah yang seakan-akan telah kehilangann seluruh kekuatannya untuk mengendalikan dunia. Well, Brexton dan aku, kami tidak jauh berbeda. Kami berdua sama-sama licik dalam menjalankan bisnis dan kami tidak akan pernah segan-segan untuk menggunakan cara-cara kotor. Namun kali ini aku merasa Brexton telah kehilangan seluruh kekuatannya untuk menaklukan dunia. Dan sebentar lagi ia pasti akan merengek-rengek padaku untuk melakukan sesuatu.

            “Aku mendapatkan ancaman dari rivalku, dan kali ia tidak main-main. Beberapa hari ini aku mendapatkan surat ancaman di rumah maupun di kantor, dan kemarin aku hampir saja celaka ketika sedang mengantar Eden ke sebuah pusat perbelanjaan. Seseorang ingin aku mati Ace.”

            “Kau serius?”

            Aku masih menanggapinya dengan santai sambil menuangkan cognac untuk diriku sendiri. Ini sungguh lelucon paling lucu yang penah kudengar dari seorang Brexton Morel. Untuk pertama kalinya Brexton takut pada ancaman pembunuhan? Ini menggelikan! Tentu saja hal seperti ini sudah biasa terjadi diantara para pebisnis seperti kami. Jadi, kurasa masalah yang dialami Brexton tidak seharusnya sampai membuat pria itu menjadi murung seperti ini.

            “Aku takut mereka akan menyakiti Eden.”

            “Hmm, gadis kecilmu itu memang bisa saja menjadi sasaran empuk untuk para musuh-musuhmu. Tapi bukankah kau sudah memiliki puluhan boduguard yang akan menjaganya, jadi kurasa itu bukan masalah

besar. Ayolah dude, kekuasaan yang kau miliki sudah lebih dari cukup untuk melindungi gadis kecilmu dan juga dirimu sendiri.”

            “Ini berbeda Ace, ancaman mereka kali ini tidak bisa kuremehkan begitu saja. Kemarin, salah satu anak buahku mati tertembak saat aku menugaskannya untuk menyelidiki teror-teror yang kualami selama ini. Jasadnya tadi pagi diletakan di depan rumahku dalam keadaan yang sudah membusuk. Kurasa mereka ingin aku mati.”

            “Lalu apa keuntungan mereka jika kau mati?”

            Mungkin aku memang bukan sahabat yang baik dan memiliki empati tinggi. Disaat Brexton telah menunjukan wajah paniknya dan frustrasinya, aku masih saja menanggapinya dengan santai. Aku tidak sedikitpun berpikir ini akan berakhir buruk, karena kuyakin Brexton tidak selemah itu untuk menghadapi musuh-musuhnya.

            “Proyek di Australia. Kurasa orang itu mengincarnya. Dua minggu yang lalu aku baru saja mendapatkannya, dan proyek itu adalah proyek besar yang sangat potensial. Pembangunan taman hiburan terbesar di Australia jelas akan menghasilkan banyak pundi-pundi dollar yang jumlahnya sangat fantastis.”

            “Kalau begitu kau sudah tahu siapa orang-orang yang berpotensi untuk mencelakakanmu dan Eden?”

            Brexton tampak mendesah kecil sambil menggelengkan kepalanya lemah. Lelucon macam apa itu? Ia tidak mungkin tidak mengetahui identitas rivalnya. Apa ia sengaja tidak ingin mengungkapnya agar orang lain tidak terseret kedalam masalahnya?

            “Terlalu banyak pihak-pihak yang ingin menggulingkanku hingga aku tidak tahu siapa dalang dibalik semua teror ini. Tapi aku ingin meminta satu hal darimu. Tolong jaga Eden, jika aku tidak ada, tolong jaga Eden untukku.”

            Aku menegak cognacku cepat sambil menggeram kesal kearahnya. Apa teror itu telah membuatnya menjadi pria lemah dan idiot seperti ini? Aku bukanlah pria baik-baik yang bisa menjadi seorang babysitter untuk gadis berusia sepuluh tahun. Aku adalah pria bebas yang tidak suka hidup dengan aturan. Jika Brexton menitipkan Eden padaku, apa yang akan terjadi pada gadis kecil itu nantinya? Ia akan hidup menjadi wanita liar yang tidak terhormat karena aku sama sekali tidak bisa mengurus seorang anak kecil.

            “Urus anakmu sendiri, aku tidak mau. Lihatlah, aku adalah pria brengsek yang bebas. Mengurus seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun sama sekali bukan gayaku. Jika kau ingin pergi meninggalkann Eden, carilah pengasuh yang bisa mengurusnya terlebihdahulu, karena aku tidak mau mengurusnya dan menjadikannya bagian dari kehidupanku.”

            “Ace, saat ini hanya kaulah satu-satunya harapanku.”

            “Sialan, jangan menunjukan wajah menjijikanmu di depanku, kau membuatku mual. Sekarang katakan padaku, siapa yang telah menerormu selama ini? Akan kuhabisi dia dengan tanganku sendiri bila perlu agar kau bisa kembali menjadi Brexton yang kukenal.”

            “Lupakan saja, aku tidak ingin melibatkan siapapun kedalam masalahku.”

Brakk

            “Kau tolol!” Makiku keras sambil menggebrak meja. Sungguh aku merasa muak dengan sikapnya yang berubah menjadi lembek seperti ini. Sejak kepergian isterinya karena pria lain, Brexton memang perlahan-lahan berubah. Ia tidak lagi terlihat garang seperti dulu dan cenderung lebih suka mengalah. Brexton juga perlahan-lahan berubah menjadi seorang ayah yang sangat memperhatikan putrinya. Beberapa minggu terakhir ini aku jarang mendapatinya di klub dan lebih sering mendapatkan kabar jika Brexton sedang menghabiskan akhir pekannya bersama Eden untuk berlibur. Selain itu, Sian mengatakan padaku jika akhir-akhir ini Brexton lebih banyak berinvestasi atas nama Eden. Sikap Brexton yang aneh itu membuatku tak habis pikir padanya hingga malam ini aku berencana untuk membantunya mencari si peneror itu secara diam-diam.

            “Kuharap kau tidak berusaha mencari tahu tentang peneror itu dan hanya melakukan apa yang kuminta padamu. Aku tidak ingin Eden celaka. Ia pantas mendapatkan kehidupan yang lebih baik.”

            Setelah itu Brexton pergi begitu saja dari klub. Malam itu ia pergi dengan wajah lesu yang masih setia membingkai wajah tirusnya. Dan keesokan harinya aku mendapatkan kabar jika Brexton telah mati karena sebuah kecelakaan tunggal yang sangat parah. Pria itu dengan brengseknya benar-benar meninggalkan Eden padaku. Ia mempercayakan putri satu-satunya yang berharga pada seorang pria brengsek yang tidak pernah sekalipun berhubungan dengan seorang anak kecil.

        Sore harinya, aku datang ke rumah Brexton untuk memberikan pernghormatan terakhir padanya. Berbagai karangan bunga dari berbagai pihak tampak menghiasi halaman rumah Brexton yang telah dipenuhi oleh ratusan pelayat yang hari ini juga datang untuk mengantarkannya ke peristirahatan terakhir. Namun dari banyaknya

pelayat yang memadati rumah Brexton, ada satu orang yang begitu menarik perhatianku. Orang itu adalah Eden, gadis kecil yang dititipkan Brexton padaku. Dari kejauhan aku melihat Eden sedang menangis meraung-raung di dalam dekapan pelayannya. Gadis itu sungguh malang. Sayangnya sang ayah juga tolol karena telah mempercayakan gadis sebaik Eden pada seorang pria brengsek sepertiku. Setelah ini aku tidak akan mau menjaganya. Biarlah pihak kepolisian memasukan Eden ke panti asuhan hingga gadis kecil itu siap menerima seluruh harta warisan yang disiapkan oleh ayahnya. Dan kurasa, Eden memang akan jauh lebih aman bila

berada di panti asuhan karena kemungkinan rival Brexton itu masih berkeliaran dan akan menjadikan Eden sebagai sasaran selanjutnya.

-00-

            “Anda harus merawat nona Eden seperti apa yang tertulis di surat wasiat tuan Brexton. Sudah hampir empat tahun anda  membiarkan nona Eden berada di panti asuhan dan hidup dalam keterbatasan di sana.”

            “Keterbatasan seperti apa yang kau maksud?”

            Tanpa menghiraukan pengacara cerewet itu aku terus mengerjakan seluruh laporan bulanan yang harus kutanda tangani hari ini. Sudah lebih dari lima kali pengacara itu datang ke kantorku selama seminggu ini untuk mengingatkanku pada surat wasiat bodoh yang ditulis oleh Brexton. Pria itu ternyata telah merencanakan semuanya dari awal. Ia ingin aku yang merawat Eden saat ia telah mati, dan ia merealisasikan semuanya dalam sebuah surat wasiat resmi yang telah dibubuhi oleh cap bernilai hukum yang membuatku tidak bisaberkelit lagi. Dulu aku masih bisa berkelit dengan mengatakan pada pengacara cerewet itu jika Eden tidak akan aman bersamaku selama pembunuh itu belum ditemukan. Dan dua bulan yang lalu pihak kepolisian baru saja mengumumkan jika mereka telah berhasil menangkap sang penjahat. Sungguh sial! Kesempatanku untuk menghindari semua tanggungjawab itu telah usai. Mau tidak mau aku memang harus memenuhi keinginan terakhir Brexton untuk merawat Eden.

            “Panti asuhan itu sama sekali tidak layak untuk ditinggali. Di sana nona Eden hidup serba kekurangan dan dalam keterbatasan.”

            “Kalau kau tahu, kenapa kau tidak mengadopsinya? Bukankah Brexton adalah klienmu?”

            “Tapi penjahat itu baru saja ditemukan. Akan sangat berbahaya jika saya membawa nona Eden saat penjahat itu belum ditemukan.”

            Sial! Ia justru menggunakan kata-kataku sebagai senjata untuk menyerangku.

            “Kenapa kau tidak menyerahkan gadis itu pada ibunya? Bukankah ibunya masih hidup dan sedang hidup berkecukupan dengan suami barunya?”

            “Saya tidak bisa tuan, di sini tertulis jika tuan Brexton menyerahkan putrinya untuk diasuh oleh anda.”

            “Sialan! Kenapa kau dan Brexton sama saja. Sekarang pergilah dari kantorku, aku akan segera menjemput gadis itu di panti asuhan sesuai surat wasiat yang ditulis Brexton.”

            Akhirnya dengan terpaksa aku mendatangi panti asuhan itu bersama asistenku untuk membawa Eden pergi dari gubug itu. Ternyata apa yang dikatakan oleh pengacara itu benar. Selama empat tahun ini Eden tidak mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan latar belakangnya yang berasal dari keluarga kaya. Namun kulihat Eden dapat bertahan dengan semua kesulitan itu selama empat tahun ini. Hal itu terlihat dari bagaimana kondisi Eden

yang masih terlihat baik-baik saja tanpa ada satu cacat sedikitpun di kulitnya. Sayangnya gadis itu telah melatakan harapan yang terlalu tinggi di awal pertemuan kami, hingga dengan berat hati aku harus mematahkan semua harapan itu dan membuatnya hidup menderita di masa depan.

-00-

            Ini adalah malam ke dua puluh satu setelah aku memungut Eden dari panti asuhan. Selama lebih dari dua puluh hari aku tidak pernah menampakan diriku sedikitpun di depan Eden dan hanya membiarkan gadis itu tumbuh bersama para pelayanku. Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk untuk mengerjakan pekerjaanku dan sibuk bermain-main bersama wanita baru yang menggairahkan, dan untuk beberapa saat aku melupakan Eden yang saat ini

telah tinggal di rumahku. Namun malam ini aku sedikit tergelitik untuk melihatnya dan mengunjunginya di kamar. Kim mengatakan padaku jika hari ini Eden baru saja memulai kegiatan sekolahnya setelah kepindahannya dari panti asuhan,dan hari ini ia pergi tidur lebih cepat karena kelelahan dengan seluruh kegiatan di sekolah barunya.

            “Tidak ada masalah apapun yang harus dikhawatirkan, nona Eden tumbuh dengan baik dan ia dapat beradaptasi dengan lancar di rumah ini.”

            “Hmm, bagaimana dengan kepribadiannya selama di sekolah?”

            “Menurut saya nona Eden dapat beradaptasi dengan baik, meskipun nona Eden sedikit mengeluh tentang peraturan yang anda buat.”

            Aku mengangguk mengerti, dan dengan isyarat jari aku menyuruh Kim untuk keluar dari kamar Eden. Brexton, apa kau sudah puas sekarang? Aku telah membawa putrimu ke rumahku dan menjadikannya bagian dari keluargaku. Tapi apakah kau tahu? Aku sama sekali tidak berbakat untuk menjadi wali yang baik. Di awal pertemuanku dengannya, aku justru menakutinya dengan aura mengintimidasiku. Belum lagi dengan sikapku yang setiap hari selalu acuh tak acuh dengannya. Aku jelas tidak bisa menjadi wali yang baik untuk putrimu. Seharusnya daripada bersamaku, kau lebih baik memberikan hak asuh Eden pada ibunya atau pada Sian. Kurasa dua orang itu jauh lebih bisa mengurus Eden daripada ia kau biarkan bersamaku.

            “Ayah... hikss... ayah...”

            Samar-samar aku mendengar suara Eden mengigau dalam tidurnya sambil menangis kecil. Kulihat ia sedikit menitikan air matanya dalam tidur. Namun aku memilih untuk hanya menatapnya dalam diam sambil

menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Ia sepertinya memang hanya sebatas bermimpi, karena setelah itu ia kembali tidur dengan suara dengkurannya yang halus. Jadi seperti inikah rasanya memiliki seorang putri? Ahh... ini sungguh aneh. Tak bisa kubayangkan bagaimana kehidupanku jika memiliki isteri dan juga anak nantinya, pasti sangat merepotkan. Entah kenapa aku tidak pernah bercita-cita untuk memiliki sebuah keluarga. Melihat bagaimana keluargaku yang tidak berkembang sebagaimana mestinya membuatku berpikir untuk tidak perlu memiliki keluarga. Ayahku yang otoriter membuatku selalu membenci sosoknya dimanapun ia berada. Beruntungnya aku karena aku bisa lepas dari jeratnya setelah berusia dua puluh tahun berkat harta warisan dari kakek. Huh, tua bangka itu setidaknya cukup berguna sebelum ia membusuk di dalam tanah dan dimakan oleh cacing-cacing karena ternyata ia mewariskan seluruh kekayannya untukku, satu-satunya cucu laki laki yang ia miliki. Jadi aku dengan mudah bisa membangun kehidupanku sendiri dengan seluruh kekayaan milik kakek dan dengan sedikit usaha keras yang kulakukan untuk mengembangkan usaha yang dirintis oleh kakek sebelumnya.

            “Semoga kau bahagia dengan kehidupanmu Eden, dan jangan terlalu berharap lebih pada kehidupan yang keras ini.”

            Setelah mengelus sedikit surai hitamnya, aku segera pergi meninggalkannya untuk kembali ke ruang kerjaku. Masih ada banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan malam ini, dan pukul sebelas nanti aku juga harus bertemu dengan teman-temanku di klub. Kehidupan seorang taipan kaya memang tidak akan jauh-jauh dari bekerja dan berpesta. Dua hal itulah yang selama ini kulakukan sebagai pria bebas yang tak memiliki aturan. Tapi meskipun begitu, aku adalah orang yang cukup licik, karena aku lebih suka mengatur orang lain dengan aturanku sendiri.

-00-

            Ini menyenangkan. Kini aku memiliki rutinitas baru untuk mengamati Eden dari seluruh kamera cctv yang kupasang. Setelah lebih dari enam tahun aku tidak pernah memperhatikannya, kini aku mulai berbalik untuk memperhatikannya. Dan semua itu terjadi karena ketidaksengajaanku saat mengamati cctv satu minggu yang lalu. Saat itu tanpa sengaja aku melihat Eden sedang tertawa bersama seorang di taman entah karena apa. Saat melihatnya tertawa, tiba-tiba aku merasa tertarik dengannya. Gadis kecil Brexton yang polos, kini perlahan-lahan telah tumbuh dewasa dan berubah menjadi sosok wanita yang mengagumkan. Sayang, selama ini aku tidak pernah memperhatikannya dan lebih suka bersenang-senang di luar rumah tanpa pernah berpikir jika aku memiliki sebuah aset di rumahku yang bisa kujadikan sebagai salah satu mainanku. Well, mungkin sudah saatnya Brexton melakukan balas budi padaku. Selama ini ia telah merepotkan hidupku dengan kehadiran putrinya yang tumbuh di bawah tanggungjawabku. Jadi hari ini aku akan menyapanya dan melihat bagaimana potensi yang ia miliki. Apakah ia layak untuk menjadi salah satu mainanku atau tidak.

            “Jam berapa ia biasa sarapan?”

            “Jam tujuh tuan.”

            “Baiklah, aku akan sarapan bersamanya hari ini.”

            Tanpa menghiraukan keterkejutan Kim,

aku segera berjalan turun menuju meja makan. Ini adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi dalam kehidupanku karena aku memang jarang menghabiskan waktu di rumah. Semenjak kedatangan Eden, aku lebih suka hidup di luar rumah dan terkadang tidur di apartemen karena aku malas bertemu dengan gadis itu. Ia membuatku merasa tidak bebas dan seakan-akan memiliki sebuah tanggungjawab yang besar di rumah. Jadi hari ini untuk pertama kalinya setelah enam tahun lamanya, aku akan menampakan diri di hadapan Eden. Edenku yang dewasa dan juga manis.

            “Selamat pagi.... ayah.”

            Pertama kali saat aku menginjakan kakiku di ruang makan, aku mendengar suara sapaanya yang terdengar ragu dan kaku. Gadis itu sejak tadi terus menatapku dengan tatapan terheran-herannya sambil mengamati tubuhku dari ujung kaki hingga ujung kepala. Hmm, sejujurnya ini sangat mengganggu dan juga tidak sopan. Tapi untuk hari ini, aku akan memaafkan seluruh ketidaksopanannya karena aku cukup memaklumi bagaimana keheranannya saat melihatku untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir ini. Dan... aku benar-benar tidak suka dengan panggilannya yang ia berikan padaku. Ia pasti lupa dengan peringatan yang kuberikan di awal ketika aku baru

saja menjemputnya dari panti asuhan.

            “Aku bukan ayahmu.”

            Harus berapa kali kutekankan padanya jika aku bukan ayahnya dan tidak akan pernah menjadi ayahnya? Tapi melihat bagaimana Eden saat ini membuatku ingin mengucapkan terimakasih pada Brexton karena untungnya ia memberikan hak asuh Eden padaku. Tak bisa kubayangkan bagaimana nasibnya jika Eden jatuh di tangan Sian atau yang lainnya, gadis polos ini pasti akan habis dalam semalam karena dimangsa oleh mereka semua. Tapi bukan berarti aku bukan pria brengsek seperti mereka. Tentu aku juga akan tergiur pada tubuh indah Eden yang sangat mengagumkan ini, hanya saja aku lebih bisa bersabar daripada mereka karena pertama-tama aku akan membuat Eden jatuh bertekuk lutut pada pesonaku terlebih dahulu sebelum aku menyerangnya seperti semua mainanku yang lainnya.

-00-

            Ternyata menjerat Eden untuk masuk ke dalam pelukanku sangat mudah. Hanya dalam waktu dua bulan, aku sudah bisa mendapatkan Eden di atas ranjangku dan aku berhasil menjadi pria pertama untuknya. Ini sungguh pengalaman yang luar biasa. Menghabiskan malam bersama seorang gadis polos yang masih suci seperti Eden sangat berbeda dengan bersenang-senang bersama para jalang yang sering kutemui di klub. Jadi seperti inikah rasa dari putri kecil Brexton. Hahaha... ini luar biasa. Kuharap ia tidak mengutukku dari atas sana karena aku dengan lancangnya telah merusak putrinya. Tapi kurasa ini balasan yang setimpal untuk membayar seluruh hutang jasanya padaku selama ini.

            “Aciel?” gumam Eden serak di sebelahku. Aku tersenyum kearahnya sambil memeluknya erat agar tubuhnya merasa hangat. Wanitaku rupanya telah bangun dari tidur panjangnya. Dengan rambut acak-acakannya yang sedikit menggelitik dadaku, ia bergelung manja di dalam pelukanku seperti seekor anjing kecil yang meminta kenyamanan dari tuannya. Sekali lagi, aku berhasil menjeratnya ke dalam kehidupanku yang bebas dan tanpa aturan ini. Banyak pelajaran yang kuberikan pada Eden beberapa bulan ini, termasuk pelajaran untuk meminum alkohol hingga ia sekarang menjadi seorang peminum yang handal. Lalu puncaknya, aku mengajarinya untuk belajar memuaskan seorang pria dewasa seperti yang telah kami lakukan beberapa saat yang lalu. Brexton, sekali lagi maafkan aku. Aku... telah merusak putri polosmu.

            “Aciel....”

            “Hmm, ada apa sayang?”

            “Bisakah kau keluar, aku ingin memakai pakaianku?”

            Hahaha... gadis ini benar-benar polos. Bahkan setelah apa yang kami lakukan, ia masih bisa tersipu malu di depanku. Baiklah Eden, jangan salahkan aku bila aku ingin menerkammu lagi.

            “Haruskah?”

            Seketika pipi putihnya semakin merona saat tertimpa cahaya bulan yang menyusup masuk dari balik jendela

kamarnya. Sikapnya yang malu-malu itu justru membuatku bergairah lagi padanya. Sial!

            “Kumohon, aku... malu.”

            “Ck, kau justru membuatku semakin menginginkanmu sayang.”

            Eden memekik terkejut saat aku mengurung tubuhnya tepat di bawahku sambil menatap manik bulatnya lekat-lekat. Wanita ini memang berbeda dari wanita-wanita yang selama ini kukencani. Jadi sudah sepantasnya jika aku juga memperlakukannya sedikit istimewa. Untuk permulaan, aku tidak akan langsung meninggalkannya begitu saja seperti wanitaku yang lainnya. Kali ini aku akan bermain lembut bersamanya dan juga tetap berada di sampingnya hingga esok pagi.

            “Tenang Eden, aku tidak akan memakanmu.” ucapku terkekeh. Aku tahu ia sangat malu dan juga tidak nyaman dengan semua ini. Tapi maaf saja, aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Eden terlalu lezat untuk dilewatkan begitu saja.

            “Kau janji? Emm... ini adalah sebuah kesalahan, kita harus segera mengakhirinya sebelum semuanya terlambat.”

            “Ssshhh.... tidak ada yang perlu kau khawatirkan Eden, semua ini akan baik-baik saja selama kita tidak memiliki ikatan darah apapun.”

            Kulihat Eden masih menunjukan keraguan padaku, namun ia sama sekali tidak melakukan perlawanan ketika aku akan kembali merusaknya dengan sikap brengsekku.

            “Aciel, bagaimana jika aku hamil?”

            Astaga! Aku sama sekali tidak peduli. Masalah kehamilan, aku bisa memikirkannya nanti. Sekarang yang kubutuhkan adalah dirinya yang lezat di bawah kuasaku.

            “Kita pikirkan itu nanti, sekarang nikmati saja setiap permainan yang kuciptakan. Persetan dengan kehamilan, kau bisa menggugurkannya.”

            Samar-samar aku merasakan tubuhnya menegang saat aku mengatakan hal itu padanya. Namun aku memilih untuk tidak peduli dan tetap pada tujuan awalku untuk mencari kepuasan pada tubuh Eden. Lagipula ia memang sudah sepantasnya melakukan balas budi dengan tubuhnya yang seksi dan menggairahkan ini.

            “Hmm... sebut namaku Ed, ingat baik-baik jika kau hanyalah milikku. Hanya milikku.”

            Itu seperti sebuah mantra yang terus kubisikan berulang-ulang di telinga Aden. Aku berharap ia akan terus mengingat hal itu sebagai sebuah bukti kepemilikan. Eden tidak boleh dimiliki oleh siapapun, hanya aku yang boleh menyentuhnya, dan hanya aku yang akan menjadi prianya sampai kapanpu.

-00-

            Ini tidak sesederhana yang kupikirkan. Hubunganku dan Eden semakin lama memang semakin berkembang baik. Tapi kurasa ada sedikit kesalah pahaman di sini. Dan aku tidak bisa berbuat banyak untuk meluruskannya.

            “Aciel, aku membuatkan teh untukmu.”

            Sore ini Eden tampak cantik dengan dress selutut bermotif bunga yang tampak serasi dengan wajah meronanya yang manis. Aku lalu melambai kearahnya untuk mendekat dan duduk di pangkuanku. Meskipun hubungan ini sebenarnya adalah sebuah kesalah pahaman, tapi kurasa aku menikmatinya. Biarlah Eden menganggap aku memiliki perasaan yang sama padanya, karena ini sama sekali tidak merugikanku. Huh, Eden yang malang.

            “Bagaimana kuliahmu hari ini?”

            “Semuanya berjalan dengan baik, tapi beberapa temanku mulai menanyakan hubungan kita. Menurutmu apa yang harus kukatakan pada mereka?”

            “Katakan saja apapun yang sedang kau pikirkan sekarang.” jawabku santai sambil mengecup puncak kepalanya. Mendapatkan satu kecupan ringan dariku, membuat Eden semakin menempelkan tubuhnya lebih rapat padaku. Sebelumnya aku tidak pernah menyangka jika sedikit bermain-main dengan Eden akan memberikan efek yang semenyenangkan ini. Kupikir Eden adalah tipe wanita membosankan yang akan dengan mudah ditinggalkan, ternyata dugaanku salah besar. Eden justru semakin hari semakin menggemaskan dengan tingkah polosnya yang terkadang betingkah sok dewasa, namun hal itu sama sekali tidak menyamarkan sisi kekanak-kanakannya yang menggemaskan.

            “Aciel,  apa kau suka memiliki keluarga?”

            “Hmm, tidak. Kenapa?”

            Sejak dulu keluarga hanyalah sebuah pengganggu yang akan menghambat kesuksesanku, jadi aku tidak pernah menyukai hal itu sampai kapanpun.

            “Kupikir kau senang kau juga sama senangnya denganku saat kita berdua bisa menjadi sebuah keluarga yang utuh.”

            Perlahan-lahan aku mengangkat wajahnya yang tertunduk sambil memaksanya untuk menatap kearahku.

            “Itu tidak semudah yang kaubayangkan. Lebih baik kau biarkan semua ini mengalir begitu saja seperti air.  Dan setelah itu, kau baru benar-benar akan mengerti akhir dari semua ini.”

            Eden menggigit bibir bawahnya gugup sambil menatapku dengan mata bulatnya. Oh, sepertinya aku sudah terlalu banyak memberikan harapan padanya. Sebelum semua ini menjadi rumit, aku harus menunjukan padanya bagaimana kehidupanku selama ini. Ia tidak boleh terlalu berharap padaku yang jelas-jelas tidak akan memberikan apapun padanya. Semua ini, semua hal yang telah kulakukan padanya semata-mata hanya sebuah permainan belaka. Dan ia harus tahu jika kehidupan ini tidak semuanya memberikan ketulusan. Ada saatnya dimana ia harus berhadapan dengan seorang pria brengsek sepertiku dan mengambil konsekuensi yang begitu pahit dari semua hal yang telah dilakukannya.

-00-

           “Aciel...”

            Ini adalah malam ke tujuh dimana aku harus melihat tatapan terlukanya itu lagi. Sejak aku sering membawa teman-teman kencanku ke rumah, ia selalu terlihat terluka sambil menghapus bulir-bulir air matanya kasar. Tapi biarlah, biarlah ia tahu jika aku ini memang tidak pernah memiliki perasaan apapun padanya. Dan ia bodoh jika pernah memiliki perasaan itu untukku karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah membalasnya.

            “Aciel, kenapa kau tega melakukannya padaku? Aku mencintaimu.”

            Dengan malas aku meninggalkan mainanku sejenak untuk menariknya pergi dari ruang tengah. Kurasa aku sudah mulai jengah dengan sikapnya yang sangat berisik dan juga cengeng. Setiap malam ia selalu menggangguku dengan isakannya yang terdengar menyayat hati. Sayangnya aku bukanlah jenis pria yang akan luluh hanya karena sebuah tangisan. Semua hal itu benar-benar tidak ada gunanya jika dilakukan di depanku.

            “Dengar, aku tidak pernah mencintaimu Eden. Semua ini hanya untuk bersenang-senang. Aku seorang pria dewasa yang butuh pelepasan. Dan kau secara suka rela memberikan tubuhmu padaku, jadi jangan salahkan aku jika aku merenggutnya darimu.”

            “Tapi, kau telah mengambil semuanya. Kupikir kau mencintaiku.” isaknya pelan sambil menatapku dengan wajah berlinang air mata. Aku berkacak pinggang kesal di depannya sambil membuang wajah kearah lain. Gadis ini benar-benar bodoh dan juga menjengkelkan.

            “Aku adalah pria yang bebas, dan aku tidak pernah mau memiliki ikatan dengan siapapun. Jadi buang saja seluruh perasaan cintamu yang tak berguna itu. Jika kau ingin bersenang-senang, aku bisa memuaskanmu kapanpun kau membutuhkanku.”

Plakk

            Sial! Berani-beraninya dia menamparku!

            “Kau jahat! Aku membencimu Aciel!”

            Tanpa menghiraukan kemarahanku, ia segera berlari menaiki tangga sambil menangis meraung-meraung. Dan tak berapa lama aku mendengar bunyi bantingan yang cukup keras dari kamarnya. Ia pasti baru saja membanting pintu. Tapi.... aku sama sekali tidak peduli. Perasaan bodoh itu hanyalah miliknya, sedangkan aku, aku akan melanjutkan kehidupanku yang bebas tanpa ikatan dan juga cinta.

-00-

            Tiga bulan kemudian setelah ia menamparku, aku mulai sadar jika perlahan-lahan Eden mulai berubah. Gadis polos yang dulu kukenal, telah bertaransformasi menjadi sesosok wanita muda yang modis dan penuh keangkuhan. Gaya hidupnya juga perlahan-lahan mulai berubah. Ia yang tidak pernah pergi ke klub untuk berpesta, kini mulai menjadi seorang penghuni klub yang setiap malam tidak pernah absen untuk memanaskan arena dansa

bersama teman-temannya. Semua perubahan yang terjadi pada Eden itu tak pelak membuatku penasaran. Namun justru aku lebih suka melihatnya yang berubah liar seperti itu karena ia benar-benar jauh lebih menggoda. Hanya saja aku memang harus ekstra berhati-hati untuk mengawasinya, karena salah sedikit saja, maka

ia akan berakhir di tangan pria-pria brengsek itu.

            “Hai tampan, kau mau menemaniku berdansa?”

            Itu adalah salah satu dari sekian banyak godaan yang dilayangkan Eden pada pria-pria yang ditemuinya ketika berada di klub. Dan sekarang dari tempatku berdiri, aku dapat melihat Eden mulai meliuk-liukan tubuh seksinya di samping sang pria beruntung yang malam ini menjadi sasarannya. Well, tapi sampai kapanpun aku tetap yakin jika hati Eden tidak akan pernah beralih pada pria manapun. Karena hanya aku yang selalu bisa memenangkan hatinya.

            “Panggil Eden ke sini, aku membutuhkannya.

            Aku meminta asistenku untuk segera menyeret Eden dari lantai dansa agar wanita nakal itu tidak semakin membuat emosiku membuncah. Eden memang selalu tahu bagaimana caranya membakar amarahku,

meskipun kuakui itu adalah cara yang paling murahan, namun sialnya itu selalu berhasil membuatku panas. Aku tidak suka ketika pria lain dapat menyentuh milikku dengan mudah tanpa seizinku. Aku bahkan selalu memastikan jika Eden tidak sampai dirusak oleh pria manapun dan hanya aku yang akan menjadi pria pertama untuk Eden sampai kapanpun.

            “Apa? Kau menghancurkan kesenanganku.” dengus Eden murka ketika dua asistenku melempar tubuhnya ke atas sofa di sampingku. Ia tampak begitu menggoda dengan rok ketat pendek berwarna hitam dan juga atasan terbuka yang behasil mempertontonkan perut ratanya yang sempurna. Kuakui Eden memang luar biasa seksi, tak salah jika pada akhirnya ia dapat berkarir sebagai model berkat bantuan teman anehnya, Tranz Potter. Tapi bukan berarti aku tidak berada di balik semua proyek-proyek yang didapatkan oleh Eden, karena tanpa sepengetahuannya aku yang telah menjadi sponsor untuk beberapa kontrak yang telah didapatkan Eden selama ini.

            “Kau telah melebihi batas.” ucapku sinis sambil menyesap margaritaku pelan. Ia tentu saja tidak bodoh untuk mengartikan ucapanku sebagai terguran keras untuknya. Namun bukan Eden namanya jika ia tidak berbalik untuk menyerangku. Bibir tipisnya selalu berhasil melontarkan kata-kata pedas untuk memancing amarahku. Lalu gerakan tubuhnya yang gemulai ketika sedang menyilangkan kaki, itu sungguh menggangguku!

            “Kurasa aku hanya mengekspresikan diri di lantai dansa untuk bersenang-senang, itu bukan sesuatu yang melebihi batas tuan Aciel.” balasnya tenang namun menusuk. Ada kilat amarah di sana, dan aku juga melihat dendam yang begitu pekat di matanya. Meskipun sikapnya terlihat tenang, namun ekor matanya menunjukan sebaliknya. Ia sebenarnya menyembunyikan kegelisahan di sebelahku dengan mencoba memasang topeng angkuh andalannya dan juga sikap acuh tak acuhnya.

            “Jadi, bisakah aku pergi sekarang? Jangan membatasi ruang gerakku Aciel, ingat bahwa aku juga tidak pernah mengatur kehidupanmu yang liar itu.”

            “Kau pulang bersamaku.”

            Aku menghabiskan margarita terakhirku dan segera beranjak berdiri sambil menarik lengannya agar ikut

berdiri juga. Kulihat ia meronta-ronta kesal di sebelahku dan sesekali juga memukul tanganku juga, namun apa yang bisa dilakukan tangan mungil nan lemah itu? Menyakitiku? Jangan harap! Ia justru yang akan merasa sakit karena berusaha melawanku.

            “Pulang sekarang!”

            “Tapi aku membawa mobilku sendiri.”

            “John yang akan membawanya pulang, kau tetap ikut pulang denganku sekarang!” bentakku tepat di depan wajahnya hingga ia langsung mematung seketika tanpa kata. Baiklah Eden, jadilah wanita penurut yang manis lagi seperti dulu. Kurasa itu lebih baik daripada aku melihatmu mengumpankan diri untuk pria-pria sialan di lantai dansa.

Episodes
1 The Brown Eyes (One)
2 Fake Love (Two)
3 Fake Love (Three)
4 Fake Love (Four)
5 Strangers (Five)
6 Strangers (Six)
7 Let The River Run (Seven)
8 Part Of Us (Eight)
9 Part Of Us (Nine)
10 Part Of Us (Ten)
11 Month One, Problem One (Eleven)
12 Month One Problem One (Twelve)
13 Month Two How Dare You (Thirteen)
14 Month Two How Dare You (Fourteen)
15 Month Three, Everyday Sickness (Fifteen)
16 Month Three, Everyday Sickness (Sixteen)
17 Month Four, Tears (Seventeen)
18 Month Four, Tears (Eighteen)
19 Month Five, Lil Bit Of Happiness (Nineteen)
20 Month Five, Lil Bit Of Happiness (Twenty)
21 Month Five, A Lil Bit Of Happiness (Twenty One)
22 Month Six, Smile On Your Anger (Twenty Two)
23 Month Seven, The Black Swan (Twenty Three)
24 Month Seven, The Black Swan (Twenty Four)
25 Month Eight, One Last Time (Twenty Five)
26 Month Eight, One Last Time (Twenty Six)
27 The Truth Untold (Twenty Seven)
28 The New Of Aciel (Twenty Eight)
29 The New Aciel (Twenty Nine)
30 Come Back Home (Thirty)
31 Come Back Home (Thirty One)
32 Come Back Home (Thirty Two)
33 I Got You Back (Thirty Three)
34 I Got You Back (Thirty Four)
35 First Meet (Thirty Five)
36 First Meet (Thirty Six)
37 Lies and Truth (Thirty Seven)
38 Lies and Truth (Thirty Eight)
39 Daddy Aciel (Thirty Nine)
40 Daddy Aciel (Fourty)
41 Diary of Eden
42 Tears (Fourty Two)
43 Tears (Fourty Three)
44 Engagement (Fourty Four)
45 Engagement (Fourty Five)
46 Engagement (Fourty Six)
47 After Marriage (Fourty Nine)
48 I Love You From My Deepest Heart (Fourty Eight)
49 I Love You From My Deepest Heart (Fourty Nine)
50 I Love You From My Deepest Heart (Fifthy)
51 I Love You From My Deepest Heart (Fifthy One)
52 Maybe I Love You (Fifty Two)
53 Maybe I Love You (Fifthy Three)
54 Maybe I Love You (Fifthy Four)
55 Maybe I Love You (Fifthy Five)
56 Yes I Love You (Fifthy Six)
57 Yes I Love You (Fifthy Seven)
58 Yes I Love You (Fifthy Eight)
59 Love You To Death (Fifthy Nine)
60 Love You To Death (Sixty)
61 Perhaps Love (Sixty One)
62 Perhaps Love (Sixty Two)
63 Perhaps Love (Sixty Three)
64 Start From Zero (Sixty Four)
65 Start From Zero (Sixty Five)
66 Start From Zero (Sixty Six)
67 Special Chapter Epilog : Morning Sickness! (Louise Pregnancy) (Sixty Seven)
68 Special Chapter Epilog : Morning Sickness! (Louise Pregnancy) (Sixty Eight)
69 "Voice" Sian Story (Sixty Nine)
70 "Voice" Sian Story (Seventy)
71 "Voice" Sian Story (Seventy One)
72 "Voice" Sian Story (Seventy Two)
73 "Voice" Sian Story (Seventy Three)
74 Sian Wedlock (Seventy Four)
75 Sian Wdlock (Seventy Five)
76 Sian Wedlock (Seventy Six)
77 Sian Wedlock (Seventy Seven)
78 Photo Album, Between Past and Future (Seventy Eight)
79 Reunion (Seventy Nine)
80 Reuion (Eighty)
81 Reunion (Eighty One)
82 Reunion (Eighty Two)
83 Reunion (Eighty Three)
84 Reunion (Eighty Four)
85 Reunion (Eighty Five)
86 Reunion (Eighty Six)
87 Reunion (Eighty Seven)
88 Reunion (Eighty Eight)
89 Reunion (Eighty Nine)
90 Reunion (Ninety)
91 Reunion (Ninety One)
92 Reunion (Ninety Two)
93 Reunion (Ninety Three)
94 Olivia Pregnant Story (Ninety Four)
95 Olivia Pregnant Story (Ninety Five)
96 Olivia Pregnant Story (Ninety Six)
97 Olivia Giving Birth Story (Ninety Seven)
98 Olivia Giving Birth Story (Ninety Eight)
99 Lutherford Family (Ninety Nine)
100 Lying and Divorce (One Hundred)
101 Lying and Divorce (One Hundred One)
102 Lying and Divorce (One Hundred Two)
103 Lying and Divorce (One Hundred Three)
104 Lying and Divorce (One Hundred Four)
105 Lying and Divorce (One Hundred Five)
106 Hand Shake (One Hundred Six)
107 Rescue Me (One Hundred Seven)
108 Rescue Me (One Hundred Eight)
109 Rescue Me (One Hundred Nine)
110 Don't Leave Me (One Hundred Ten)
111 Don't Leave Me (One Hundred Eleven)
112 Don't Leave Me (One Hundred Twelve)
113 Don't Leave Me (One Hundred Thirteen)
114 (One Hundred Fourteen)
115 Another Story Of Us (One Hundred Fifteen)
116 Another Story Of Us (One Hundred Sixteen)
117 Another Story Of Us (One Hundred Seventeen)
118 Romantic Story Of Them (One Hundred Eighteen)
119 Romantic Story Of Us (One Hundred Nineteen)
120 Another Story Of Us (One Hundred Twenty)
121 Beautiful Day (One Hundred Twenty One)
122 Beautiful Day (One Hundred Twenty Two)
123 Beautiful Day (One Hundred Twenty Three)
124 What Happen With Olivia? (One Hundred Twenty Four)
125 Olivia's Bad Storm (One Hundred Twenty Five)
126 Olivia Pregnant (One Hundred Twenty Six)
127 Olivia Pregnant (One Hundred Twenty Seven)
128 Storm (One Hundred Twenty Eight)
129 Storm (One Hundred Twenty Nine)
130 Affair (One Hundred Thirty)
131 Affair (One Hundred Thirty One)
132 Twins (One Hundred Thirty Two)
133 Leticia Crowford (One Hundred Thirty Three)
134 Mad Man (One Hundred Thirty Four)
135 Kidnapped (One Hundred Thirty Five)
136 Eden's Family (One Hundred Thirty Six)
137 Plan (One Hundred Thirty Seven)
138 Unexpected Feeling (One Hundred Thirty Eight)
139 Unexpected Feeling (One Hundred Thirty Nine)
140 Silent Man (One Hundred Fourty)
141 New Life (One Hundred Fourty One)
142 New Life (One Hundred Fourty Two)
143 Painful Reality (One Hundred Fourty Three)
144 Epic Ending (One Hundred Fourty Four)
145 Epic Ending (One Hundred Fourty Five)
146 EVERYTHING GONNA BE ALRIGHT
147 KUNJUNGAN EDEN
148 PESTA ULANGTAHUN SI KEMBAR
149 MEMBUJUK SIAN
150 HAPPY FAMILY
151 PERCERAIAN SIAN DAN OLIVIA
152 BERBAIKAN
Episodes

Updated 152 Episodes

1
The Brown Eyes (One)
2
Fake Love (Two)
3
Fake Love (Three)
4
Fake Love (Four)
5
Strangers (Five)
6
Strangers (Six)
7
Let The River Run (Seven)
8
Part Of Us (Eight)
9
Part Of Us (Nine)
10
Part Of Us (Ten)
11
Month One, Problem One (Eleven)
12
Month One Problem One (Twelve)
13
Month Two How Dare You (Thirteen)
14
Month Two How Dare You (Fourteen)
15
Month Three, Everyday Sickness (Fifteen)
16
Month Three, Everyday Sickness (Sixteen)
17
Month Four, Tears (Seventeen)
18
Month Four, Tears (Eighteen)
19
Month Five, Lil Bit Of Happiness (Nineteen)
20
Month Five, Lil Bit Of Happiness (Twenty)
21
Month Five, A Lil Bit Of Happiness (Twenty One)
22
Month Six, Smile On Your Anger (Twenty Two)
23
Month Seven, The Black Swan (Twenty Three)
24
Month Seven, The Black Swan (Twenty Four)
25
Month Eight, One Last Time (Twenty Five)
26
Month Eight, One Last Time (Twenty Six)
27
The Truth Untold (Twenty Seven)
28
The New Of Aciel (Twenty Eight)
29
The New Aciel (Twenty Nine)
30
Come Back Home (Thirty)
31
Come Back Home (Thirty One)
32
Come Back Home (Thirty Two)
33
I Got You Back (Thirty Three)
34
I Got You Back (Thirty Four)
35
First Meet (Thirty Five)
36
First Meet (Thirty Six)
37
Lies and Truth (Thirty Seven)
38
Lies and Truth (Thirty Eight)
39
Daddy Aciel (Thirty Nine)
40
Daddy Aciel (Fourty)
41
Diary of Eden
42
Tears (Fourty Two)
43
Tears (Fourty Three)
44
Engagement (Fourty Four)
45
Engagement (Fourty Five)
46
Engagement (Fourty Six)
47
After Marriage (Fourty Nine)
48
I Love You From My Deepest Heart (Fourty Eight)
49
I Love You From My Deepest Heart (Fourty Nine)
50
I Love You From My Deepest Heart (Fifthy)
51
I Love You From My Deepest Heart (Fifthy One)
52
Maybe I Love You (Fifty Two)
53
Maybe I Love You (Fifthy Three)
54
Maybe I Love You (Fifthy Four)
55
Maybe I Love You (Fifthy Five)
56
Yes I Love You (Fifthy Six)
57
Yes I Love You (Fifthy Seven)
58
Yes I Love You (Fifthy Eight)
59
Love You To Death (Fifthy Nine)
60
Love You To Death (Sixty)
61
Perhaps Love (Sixty One)
62
Perhaps Love (Sixty Two)
63
Perhaps Love (Sixty Three)
64
Start From Zero (Sixty Four)
65
Start From Zero (Sixty Five)
66
Start From Zero (Sixty Six)
67
Special Chapter Epilog : Morning Sickness! (Louise Pregnancy) (Sixty Seven)
68
Special Chapter Epilog : Morning Sickness! (Louise Pregnancy) (Sixty Eight)
69
"Voice" Sian Story (Sixty Nine)
70
"Voice" Sian Story (Seventy)
71
"Voice" Sian Story (Seventy One)
72
"Voice" Sian Story (Seventy Two)
73
"Voice" Sian Story (Seventy Three)
74
Sian Wedlock (Seventy Four)
75
Sian Wdlock (Seventy Five)
76
Sian Wedlock (Seventy Six)
77
Sian Wedlock (Seventy Seven)
78
Photo Album, Between Past and Future (Seventy Eight)
79
Reunion (Seventy Nine)
80
Reuion (Eighty)
81
Reunion (Eighty One)
82
Reunion (Eighty Two)
83
Reunion (Eighty Three)
84
Reunion (Eighty Four)
85
Reunion (Eighty Five)
86
Reunion (Eighty Six)
87
Reunion (Eighty Seven)
88
Reunion (Eighty Eight)
89
Reunion (Eighty Nine)
90
Reunion (Ninety)
91
Reunion (Ninety One)
92
Reunion (Ninety Two)
93
Reunion (Ninety Three)
94
Olivia Pregnant Story (Ninety Four)
95
Olivia Pregnant Story (Ninety Five)
96
Olivia Pregnant Story (Ninety Six)
97
Olivia Giving Birth Story (Ninety Seven)
98
Olivia Giving Birth Story (Ninety Eight)
99
Lutherford Family (Ninety Nine)
100
Lying and Divorce (One Hundred)
101
Lying and Divorce (One Hundred One)
102
Lying and Divorce (One Hundred Two)
103
Lying and Divorce (One Hundred Three)
104
Lying and Divorce (One Hundred Four)
105
Lying and Divorce (One Hundred Five)
106
Hand Shake (One Hundred Six)
107
Rescue Me (One Hundred Seven)
108
Rescue Me (One Hundred Eight)
109
Rescue Me (One Hundred Nine)
110
Don't Leave Me (One Hundred Ten)
111
Don't Leave Me (One Hundred Eleven)
112
Don't Leave Me (One Hundred Twelve)
113
Don't Leave Me (One Hundred Thirteen)
114
(One Hundred Fourteen)
115
Another Story Of Us (One Hundred Fifteen)
116
Another Story Of Us (One Hundred Sixteen)
117
Another Story Of Us (One Hundred Seventeen)
118
Romantic Story Of Them (One Hundred Eighteen)
119
Romantic Story Of Us (One Hundred Nineteen)
120
Another Story Of Us (One Hundred Twenty)
121
Beautiful Day (One Hundred Twenty One)
122
Beautiful Day (One Hundred Twenty Two)
123
Beautiful Day (One Hundred Twenty Three)
124
What Happen With Olivia? (One Hundred Twenty Four)
125
Olivia's Bad Storm (One Hundred Twenty Five)
126
Olivia Pregnant (One Hundred Twenty Six)
127
Olivia Pregnant (One Hundred Twenty Seven)
128
Storm (One Hundred Twenty Eight)
129
Storm (One Hundred Twenty Nine)
130
Affair (One Hundred Thirty)
131
Affair (One Hundred Thirty One)
132
Twins (One Hundred Thirty Two)
133
Leticia Crowford (One Hundred Thirty Three)
134
Mad Man (One Hundred Thirty Four)
135
Kidnapped (One Hundred Thirty Five)
136
Eden's Family (One Hundred Thirty Six)
137
Plan (One Hundred Thirty Seven)
138
Unexpected Feeling (One Hundred Thirty Eight)
139
Unexpected Feeling (One Hundred Thirty Nine)
140
Silent Man (One Hundred Fourty)
141
New Life (One Hundred Fourty One)
142
New Life (One Hundred Fourty Two)
143
Painful Reality (One Hundred Fourty Three)
144
Epic Ending (One Hundred Fourty Four)
145
Epic Ending (One Hundred Fourty Five)
146
EVERYTHING GONNA BE ALRIGHT
147
KUNJUNGAN EDEN
148
PESTA ULANGTAHUN SI KEMBAR
149
MEMBUJUK SIAN
150
HAPPY FAMILY
151
PERCERAIAN SIAN DAN OLIVIA
152
BERBAIKAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!