“Yaa Tuhan... cobaan apa lagi ini... Huekk.. Hueekk..”
Eden berjongkok lemah di depan kloset sambil menumpahkan seluruh makanannya yang baru saja ia makan. Sejak memasuki bulan ke tiga, Eden mulai merasakan apa itu yang dinamakan morning sickness. Namun apa yang ia alami saat ini bukan hanya sekedar rasa mual di pagi hari, tapi setiap hari, bahkan setiap saat ia merasa mual dan selalu ingin memuntahkan seluruh makanan yang telah ia makan. Dan ini adalah ritual muntahnya yang ke enam sepanjang hari ini hingga ia merasa benar-benar tak memiliki tenaga untuk bangun dari
toilet. Kemarin Aciel telah memanggil dokter kandungannya untuk memeriksa kondisinya di rumah, dan dokter itu mengatakan jika ia mengalami hiperemesis yang cukup parah.
“Kau masih muntah?”
“Jangan mendekat!”
Eden berteriak keras pada Aciel yang baru pulang dari kantor. Pria itu tampak terpaku di ambang pintu sambil menatap jijik pada Eden yang masih berjongkok di depan kloset. Namun ia segera mengenyahkan seluruh rasa jijiknya demi mengangkat Eden yang tampak tak berdaya di dalam kamar mandi.
“Kubilang jangan mendekat!” Teriak Eden lagi ketika Aciel mulai berjongkok di depannya dan bersiap untuk mengangkat tubuh lemah itu. Aroma parfum Aciel yang begitu maskulin dan juga aroma aftershave Aciel yang begitu kuat membuat Eden langsung membungkam mulutnya sambil menatap panik kearah Aciel yang mulai membawa tubuhnya keluar dari kamar mandi. Ia takut sesuatu yang buruk akan segera terjadi setelah ini.
“Hueekk!”
Eden sukses memuntahkan seluruh sisa makanannya di atas kemeja Aciel hingga pria itu hampir saja melemparkan tubuh Eden dari gendongannya. Beruntung akal sehatnya masih memegang kendali cukup kuat di otaknya hingga ia tak sampai melempar tubuh lemah itu dari gendongannya.
“Menjijikan! Apa kau sengaja melakukannya?” geram Aciel kesal. Pria itu membuang wajahnya ke samping sambil mengernyit jijik pada bau amis yang menguar dari kemejanya. Seketika Eden meminta turun dari gendongan Aciel sambil mengomel kesal karena pria itu telah mengabaikan peringatannya.
“Aku sudah mengatakan padamu untuk jangan mendekat. Aroma parfummu dan aftershavemu membuatku mual. Hueekk!”`
Eden langsung berlari kedalam toilet dan kembali memuntahkan isi perutnya yang hanya tersisa lendir. Sedangkan Aciel, ia tampak khawatir melihat kondisi Eden dan ingin melakukan sesuatu untuk wanita itu. Sayangnya ia sendiri terlalu jijik dengan semua bau amis yang menguar dari seluruh tubuhnya. Ia bersumpah tidak akan mendekati Eden lagi setelah ini.
“Ace... Bisa kau bantu aku, kakiku lemas.” teriak Eden parau dari dalam toilet. Aciel ingin mengabaikan teriakan itu, namun kakinya justru berjalan mendekati pintu toilet sambil melirik Eden dari ambang pintu.
“Dasar merepotkan! Kemejaku kotor karena ulahmu, kau yakin ingin kubantu?”
“Aku akan menutup hidungku agar aku tidak mencium bau apapun dari tubuhmu, termasuk bau parfummu yang menjijikan.”
Dengan wajah malas, Aciel masuk ke dalam toilet sambil membantu memapah Eden yang terlihat benar-benar lemas. Ia tidak pernah tahu jika wanita hamil akan menjadi semerepotkan ini, bahkan juga sangat menjijikan. Tapi ini semua juga karena salahnya, ia tidak seharusnya menyentuh Eden berkali-kali tanpa pengaman seperti dulu.
“Tidurlah, aku akan meminta pelayan untuk membersihkan semua kekacauan ini.”
“Aku tidak kuat Ace, bayi ini mengerikan...” racau Eden sambil memejamkan matanya. Masih teringat di benaknya jika tiga minggu yang lalu ia berjanji akan meyayangi bayinya dengan sepenuh hati. Tapi melihat bagaimana kondisinya sekarang, ia rasanya ingin menarik semua janjinya karena ia sudah benar-benar tidak kuat dengan semua rasa mual yang mengaduk-aduk perutnya. Saat ini ia ingin makan, tapi ia tidak bisa karena
rasa mual yang masih tertinggal di perutnya. Seluruh obat yang diberikan dokter Hwang sama sekali tidak berguna untuk mengurangi semua penderitannya selama satu minggu ini.
“Aku akan menghubungi dokter Hwang lagi.”
“Untuk apa, obat yang diberikan dokter Hwang sama sekali tidak berguna. Aku justru semakin ingin muntah saat meminumnya.” Gerutu Eden kesal. Melihat itu Aciel tampak tak ingin berkomentar dan langsung meninggalkan wanita itu sendiri untuk mengganti pakaiannya yang kotor. Ini sungguh sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Menemani seorang wanita hamil, melihat muntahan yang menjijikan, dan bersikap sabar pada
Eden. Damn! Permainan apa yang sebenarnya sedang wanita itu mainkan hingga ia bisa begitu mudah masuk kedalam permainan wanita itu karena rasa iba yang tiba-tiba muncul di hatinya. Sungguh menggelikan!
“Kim, siapkan Eden makanan. Berikan dia makanan apapun asalkan bisa mengurangi rasa mualnya. Aku jijik melihatnya terus muntah sepanjang hari.” Perintah Aciel setelah ia mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. Tuan Kim tampak sedikit terkejut melihat Aciel yang telah berada di rumah di jam enam sore seperti ini. Rasanya hampir tidak bisa dipercaya karena Aciel tidak pernah berada di rumah sesore ini karena biasanya Aciel selalu menginjakan kakinya di rumah pukul sebelas malam. Itu pun jika Aciel tidak memiliki banyak pekerjaan yang membuatnya harus lembur. Selebihnya, terkadang Aciel baru pulang pukul dua pagi dan akan kembali lagi ke kantor pukul enam pagi.
“Tuan, mungkin nona Eden perlu menghirup udara segar di luar rumah agar gangguan mualnya tidak semakin parah.” Saran tuan Kim ketika sedang menata beberapa irisan buah di atas piring. Pria itu dengan cekatan berjalan kesana kemari untuk menyiapkan sepiring puding dan buah-buahan untuk Eden. Sedangkan Aciel, ia hanya menatap tuan Kim datar sambil memikirkan saran tuan Kim yang cukup brilian.
“Ini pengalaman pertamaku Kim, kira-kira apa yang harus kulakukan untuk menghadapi kondisinya yang fluktuatif? Terutama emosinya.” Ucap Aciel bersungguh-sungguh. Sejak Eden dirawat di rumah sakit karena hampir keguguran, ia selalu berusaha untuk memahami wanita itu. Ia yang tidak pernah menyentuh buku-buku kehamilan, mulai membiasakan diri untuk membacanya agar ia bisa menghadapi Eden yang sering menyusahkan. Selain itu, hingga detik ini ia belum sekalipun menyentuh wanita manapun. Ia benar-benar tidak pergi ke klub sejak Eden dirawat di rumah sakit hingga detik ini. Bahkan Sian sendiri sampai dibuat heran dengan sikapnya yang langsung berubah total semenjak Eden sakit. Dan semua itu ia lakukan semata-mata untuk membuktikan pada Eden jika ia bukan pria brengsek yang tak bertanggungjawab. Sebisa mungkin ia akan membuat Eden terkesan dan membuat wanita itu kembali menjadi Edennya yang dulu.
“Anda harus sabar tuan. Memang di trimester pertama kondisi wanita hamil akan sangat membingungkan. Terkadang mereka baik-biak saja, namun beberapa detik kemudian mereka bisa saja terlihat mengkhawatirkan hingga membuat orang-orang disekitarnya menjadi panik. Ketika isteri saya mengandung, saya tidak terlalu banyak berada di sampingnya, sehingga saya juga tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi wanita hamil. Tapi isteri saya sering mengonsumsi buah-buahan untuk mengurangi rasa mualnya, jadi saya harap ini juga bisa membantu mengurangi kondisi mual yang dialami oleh nona Eden.”
Tuan Kim mengangsurkan senampan buah-buahan yang telah dipotong kecil kepada Aciel. Dengan senyum meneduhkannya pria itu memberikan semangat untuk Aciel agar senantiasa sabar dalam menghadapi Eden, karena hal itu memang biasa terjadi pada wanita hamil di trimester pertama.
“Terimakasih Kim, semoga saran yang kau berikan bisa membantuku menghadapi Eden.”
Tuan Kim tampak tersenyum lembut sambil menatap punggung Aciel hingga pria itu benar-benar menghilang dibalik tangga. Terkadang ia merasa jika tuannya itu terlalu kejam dan mengerikan bak monster. Namun disaat-saat seperti ini ia merasa jika tuannya tidak sejahat itu. Memang Aciel adalah pria dingin yang liar dan tidak menyukai komitmen, namun jika ia dipaksa untuk menghadapinya ternyata Aciel juga bisa melakukannya demi janin yang sedang dikandung oleh Eden.
-00-
Eden menggeliat pelan di atas ranjangnya sambil merasakan sensasi mual yang sejak tadi belum hilang juga dari perutnya. Dengan kasar ia menyibak selimut yang menutupi separuh tubuhnya, lalu ia berjalan menuju balkon untuk menghirup udara malam yang saat ini terasa lembab karena bercampur dengan rintik-rintik hujan yang mulai membasahi Vegas.
“Sampai kapan kau akan menyiksaku sayang?”
Eden mengelus perutnya yang mulai buncit sambil mendesah pelan meratapi kondisinya yang tidak baik-baik saja. Ia merasa saat ini perutnya lapar, tapi ia takut akan kembali muntah setelah ia memakan makananya seperti yang terjadi beberapa saat yang lalu.
“Apa yang kau lakukan di sana?”
Tanpa menoleh, Eden bergumam pelan menanggapi pertanyaan Aciel sambil tetap merasakan hembusan angin lembab yang menerpa wajahnya. Rasanya aneh berada di dekat Aciel dalam keadaan baik-baik saja tanpa sebuah pertengkaran karena ia sudah terbiasa memaki-maki pria itu dengan kalimat-kalimatnya yang kasar
“Kau harus makan, Kim sudah menyiapkan buah-buahan segar untukmu.”
“Letakan saja di sana, aku akan memakannya jika perutku sudah lebih baik.”
“Tidak, kau harus makan sekarang. Buka mulutmu.”
Eden berdecak kesal melihat sikap arogan Aciel yang kembali muncul. Namun pada akhirnya ia tetap membuka mulutnya untuk menerima sepotong apel yang disodorkan Aciel di dekat mulutnya.
“Akhir-akhir ini aku tidak melihatmu membawa wanita ke rumah.” ucap Eden tiba-tiba seperti tanpa minat. Kedua matanya masih setia memandangi rintik-rintik hujan yang semakin turun dengan deras di depannya, namun pikirannya saat ini sebenarnya sedang tertuju pada Aciel.
“Kau yakin ingin membahasnya? Lupakan saja, aku sedang tidak ingin membicarakan wanita manapun saat ini.”
“Bagaimana dengan Jessica, apa ia masih menjadi teman tidurmu? Kulihat saat ini ia telah kembali ke Vegas dan baru saja menggelar pertunjukan busana rancangannya di hotel milik Summer.”
“Saat ini ia sedang mendekati seorang pengusaha incarannya, ia tidak mungkin mengambil resiko dengan menjadi teman tidurku.” jawab Aciel apa adanya. Pria itu kembali menyodorkan sepotong jeruk di depan mulut Eden dan menyuruh wanita itu untuk membuka mulutnya lebar-lebar agar semua buah yang dibawanya habis tak tersisa.
“Kau harus makan untuk janin yang sedang tumbuh di rahimmu. Apa kau masih merasa mual?”
Eden menggelengkan kepalanya kecil sambil mengunyah pelan buah jeruk di mulutnya. Setelah memakan beberapa potong buah ia baru sadar jika saat ini perutnya tidak bergejolak lagi. Ia bisa makan semua buah-buahan itu dengan lancar tanpa harus mengalami drama yang sangat merepotkan. Dan seketika juga ia baru sadar jika akhir-akhir ini sikap Aciel padanya mulai terlihat lunak. Ia sudah jarang mendapatkan bentakan dari Aciel
ataupun umpatan yang terdengar kasar seperti dulu. Bahkan sekarang Aciel tidak pernah terlihat merokok di depannya. Pernah ia melihat Aciel terlihat gelisah saat sedang menemaninya di ruang tengah, dan saat ia menyuruh pria itu merokok, Aciel langsung menggeleng tegas sambil menyibukan diri dengan membaca koran. Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini pada Aciel. Namun ia tidak tahu apakah hal itu akan bertahan lama atau tidak karena ia yakin jika semua sifat brengsek Aciel tidak akan bisa hilang begitu saja.
“Saat pertama kali aku mendatangimu di panti asuhan, apa kau lupa padaku?” tanya Aciel tiba-tiba. Eden yang awalnya masih menatap rintik-rintik hujan di depannya refleks menoleh ke samping sambil menatap pria itu dengan wajah penuh tanda tanya.
“Saat itu kau menyapaku dengan formal dan tampak tidak mengenalku. Apa kau saat itu benar-benar tidak mengenalku sebagai sahabat mendiang ayahmu?”
“Sepertinya aku memang lupa. Setelah ayahku meninggal aku berusaha mengubur semua kenangan yang berkaitan dengan ayahku karena aku selalu merasa sedih saat mengingatnya, padahal dunia ini kejam. Aku tidak bisa sukses jika terus dibayangi kematian ayahku, sehingga aku memilih untuk menguburnya rapat hingga kau datang untuk menjemputku saat itu.”
“Apa kehidupanmu sulit selama berada di sana?”
Eden menghembuskan napasnya berat dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan pria itu. Hari harinya selama di panti asuhan sangatlah sulit karena sebelumnya ia sudah terbiasa dengan seluruh fasilitas yang diberikan oleh ayahnya.
“Menurutmu? Panti asuhan itu sangat kecil dan tak layak. Setiap hari aku harus berjuang dengan anak-anak panti lainnya sambil berharap jika suatu saat ada seorang baik hati yang akan mengadopsiku. Lalu kau datang membawa angin segar untukku. Aku masih ingat tatapan iri teman-temanku ketika kau akan mengadopsiku. Mereka mengira aku sangat beruntung karena diadopsi seorang pria kaya yang single, tapi nyatanya mereka salah. Kehidupan di panti jauh lebih baik daripada kehidupan kejam yang kau ciptakan di sini.”
Saat Eden bercerita, Aciel dapat melihat adanya sorot kesedihan, amarah, dan juga kekecewaan yang bercampur menjadi satu di mata Eden. Bagaimanapun kehidupan wanita itu selama ini memang jauh dari kata baik. Diabaikan olehnya, dipaksa untuk melayaninya, dan dibentak olehnya setiap hari membuat Eden pada akhirnya tumbuh menjadi wanita yang berusaha mengeraskan hatinya. Brexton, Aciel telah berhasil mendidik putrimu
dengan baik. Sayangnya hal itu juga membawa efek samping untuk Eden karena semua perlakuan Aciel padanya menimbulkan bekas luka yang begitu dalam di hatinya.
“Makan pudingmu.”
Aciel mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka dari cerita masa lalu agar Eden tidak lagi merasa sedih. Entah kenapa ia tidak suka melihat Eden yang terlihat rapuh seperti ini. Apalagi penyebab dari semua kerapuhan itu adalah dirinya. Ia benci dengan fakta itu, tapi ia juga tidak bisa mengelaknya.
“Terimakasih untuk buahnya.” ucap Eden kecil sambil menyendokan pudingnya sendiri kedalam mulutnya. Ia telah mencegah Aciel untuk menyuapinya lagi karena ia merasa aneh dengan semua perlakuan Aciel yang terlalu baik padanya akhir-akhir ini.
“Kau juga harus makan.”
Eden mengarahkan sesendok puding itu ke depan mulut Aciel dengan tatapan memohon agar pria itu mau membuka mulutnya.
“Aku ingin kau makan Aciel.” geram Eden kesal ketika Aciel tak kunjung membuka mulutnya.
“Ini milikmu.”
“Tidak, aku juga ingin kau makan.” paksa Eden lagi. Akhirnya Aciel memutuskan untuk membuka mulutnya dan menerima suapan dari Eden dengan setengah hati.
“Mengenai Zyan, kau tidak melakukan apapun padanya bukan? Aku belum bertemu lagi dengannya sejak kau membentaknya saat itu. Kau tidak melukainya kan?”
Aciel mendengus kesal mendengar nama pria itu disebuat di depannya. Akhir-akhir ini ia bahkan telah melupakan Zyan dan menganggap pria itu sudah tidak berarti lagi untuk Eden. Tapi ternyata Eden masih mengingatnya dan justru mengkhawatirkan keadaanya selama ini. Sial!
“Dia masih bekerja dengan baik di perusahaanku.” Jawab Aciel datar. Seketika ia menjadi malas dan meletakan makanan Eden yang masih tersisa sedikit ke atas meja.
“Kenapa kau tidak menyukai Zyan? Ia bukan pria yang jahat, dan ia juga tidak brengsek seperti kebanyakan kekasihku selama ini. Zyan adalah sahabatku.” terang Eden sebal. Ia heran pada Aciel yang terus menerus menunjukan wajah permusuhan pada Zyan. Padahal Zyan justru teramat sangat baik padanya hingga ia sendiri kadang merasa bersalah karena selalu mengecewakan pria itu.
“Entahlah, aku merasa Zyan tidak sebaik yang kau katakan. Ayo, sudah saatnya kau tidur.”
Tanpa diduga, Aciel tiba-tiba menggendong tubuh Eden dan membawanya kedalam kamar. Udara Vegas yang semakin dingin membuat Aciel langsung menyalakan pemanas ruangan dan menutup semua jendela kamar Eden dengan rapat. Ia tidak ingin Eden sakit karena terlalu lama berdiri di depan balkon. Dan tanpa diduga lagi, pria itu menyusup masuk kedalam selimut Eden sambil menarik tubuh wanita itu agar semakin merapat ke tubuhnya yang menguarkan sensasi hangat.
“Kenapa kau tidur di sini, pergi!” Usir Eden galak. Ia merasa tidak nyaman dengan sikap Aciel yang kelewat lembut seperti ini. Biasanya Aciel hanya tidur di kamarnya saat pria itu ingin menyentuhnya, dan semua itu biasanya juga tidak dilakukan dengan selembut ini. Apa yang dilakukan Aciel akhir akhir ini justru membuat Eden takut karena semua kebenciannya bisa meluruh begitu saja tanpa sisa jika Aciel terus memperlakukannya bak permata mahal yang sangat berharga seperti ini.
“Tidurlah Eden, tutup mulutmu atau aku akan menutupnya dengan caraku.”
“Apa yang kau rencanakan, kenapa kau tiba-tiba berubah baik padaku?” Geram Eden sambil mendongakan wajahnya kearah Aciel. Ia ingin melihat bagaimana ekspresi pria itu saat menjawab pertanyaannya.
“Tidak ada. Aku hanya ingin menebus semua sikap brengsekku selama ini.”
“Bohong!” Tuduh Eden telak. Ia jelas tidak bisa mempercayai mulut manis Aciel karena pria seperti Aciel pasti bisa membuat wanita manapun terkesan jika pria itu memiliki maksud tersembunyi di belakangnya.
“Terserah apa katamu, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu.”
Di luar dugaan, kali ini Aciel bisa bersikap calm dengan sikap keras Eden yang terlihat menyebalkan. Dan hal itu semakin membuat Eden kesal karena Aciel tak pernah benar-benar bersikap baik di depannya.
“Kau pasti sedang berencana menjebakku dengan sikap baikmu. Huh maaf saja, aku sama sekali tidak tersentuh. Kau....”
Aciel tiba-tiba membungkam bibir pedas itu dengan bibirnya sambil melumat pelan dengan gerakan lembut yang terkesan tidak menuntut seperti biasanya. Gerakan bibir Aciel kali ini seperti seorang pria yang sedang mencium bibir kekasihnya dengan penuh cinta. Dan mau tidak mau Eden akhirnya mengikuti alur pergerakan Aciel dengan lumatan kecil yang sama-sama ia lakukan di bibir pria itu. Ini gawat! Malam ini ia sedikit terlena dengan sikap Aciel hingga membuatnya menurunkan sedikit pertahanannya. Hal itu membuat batin Aciel bersorak keras karena usahanya untuk menghancurkan bongkahan es di hati Eden sedikit berhasil. Hanya harus sedikit bersabar dengan sikap menantang Eden, maka ia akan mendapatkan wanita itu dalam genggamannya. Dengan begitu usahanya untuk menjauhkan Eden dari Zyan akan segera berhasil. Setelah ini ia akan mengendalikan Eden seperti dulu lagi. Seperti sebelum wanita itu kehilangan sisi polosnya yang manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Pipit Ktp
gk boleh kalah....
2020-02-12
1