Eden berjalan dengan penuh percaya diri kedalam sebuah klub sambil mengerling nakal pada setiap pria yang ia temui di pintu masuk. Hari ini ia merasa bahagia karena ia telah berhasil mengelabui tuan Kim dan seluruh pelayannya yang lain dengan mengatakan jika ia ingin berbelanja di super market. Namun saat ia berada di super market, ia langsung meminta Summer untuk menjemputnya. Hari ini ia sedang ingin bersenang-senang dan mencari mainan baru di klub yang mungkin bisa mengisi kebosanan hidupnya yang menyebalkan.
“Kau yakin ini akan aman? Jika Aciel sampai membunuhku karena telah mengajakmu pergi ke tempat terkutuk ini, kau adalah orang pertama yang akan kuhantui.” bisik Summer was-was sambil menatap orang-orang disekitarnya. Beberapa pria yang dengan terang-terangan hendak mengajak Eden ke lantai dansa langsung diusir Summer dengan galak karena malam ini Eden tidak boleh bersentuhan dengan pria manapun. Hari ini Eden hanya boleh meminum jus sambil menikmati dentuman musik yang dimainkan oleh DJ tanpa boleh bergabung dengan mereka semua.
“Kau menyebalkan! Kau sama saja dengan si brengsek itu Summer.” runtuk Eden kesal ketika Summer lagi-lagi mengusir pria tampan yang sedang mengajaknya untuk menari. Ia rasa semua orang disekitarnya terlalu berlebihan dengan kondisi kehamilannya. Padahal ia sendiri merasa semua ini akan baik-baik saja.
“Aku melakukan ini karena aku menyayangi nyawaku Eden. Aku tiak mau menjadi sasaran amarah Aciel yang mengerikan karena telah membawamu ke sini. Tapi aku juga tidak bisa melihatmu mati kebosanan di rumah tanpa mendapatkan hiburan apapun, jadi turuti saja kata-kataku dan jadilah anak yang baik untuk malam ini.”
Eden mendengus sebal dan mulai mengikuti langkah Summer yang cukup lebar-lebar di depannya. Ia sebenarnya ingin pergi ke lantai dansa dan memanaskan arena itu dengan tariannya yang seksi. Sayangnya ia tidak ingin membuat Summer menjadi sasaran amukan Aciel. Jadi, malam ini ia mungkin hanya akan diam sambil melihat berbagai macam manusia yang sibuk menari di depannya dengan hati iri.
“Eden...”
“Eden menoleh ke belakang dan langsung menemukan Andrew yang sedang tersenyum kearahnya dengan senyuman manisnya yang sangat khas. Pria itu terlihat begitu senang saat menemukan Eden berada di klub karena sudah lama mereka tidak pernah bertemu semenjak Aciel mengancamnya untuk menjauhi Eden.
“Senang melihatmu di sini Eden, akhirnya aku memiliki kesempatan untuk bertemu denganmu.”
Tanpa meminta ijin pada Eden pria itu langsung memeluk Eden erat dan memberikan kecupan lembut di pipi chubby Eden. Dan saat melihat perubahan yang terjadi pada fisik Eden, pria itu tampak sedikit mengernyit. Namun pada akhirnya ia hanya mengendikan bahunya sekilas, dan tiba-tiba telah melumat bibir Eden intens.
“Yaa ampunn....”
Summer memekik histeris dan langsung memisahkan Eden dari Andrew. Jika sampai salah satu mata-mata Aciel melihatnya, maka mereka berdua akan berada dalam masalah besar.
“Eden, apa yang kau lakukan.” teriak Summer kesal. Suara dentuman musik yang cukup keras membuat suaranya terdengar tidak jelas. Beruntungnya Eden masih bisa menangkap maksud ucapan Summer dari gerakan bibir wanita itu, sehingga ia bisa sedikit menyingkir ke samping agar Andrew tidak bisa menyentuhnya terlalu intim seperti sebelumnya.
“Maafkan aku Andrew.”
“Kau sudah memiliki kekasih?” tanya Andrew sedih. Ia tahu wanita seperti Eden tidak mungkin tidak memiliki kekasih baru setelah hubungan mereka kandas. Karena pada kenyataannya Eden adalah salah satu wanita yang paling diinginkan di Vegas.
“Tapi jika kau ingin mengajakku untuk bersenang-senang, kurasa itu tidak masalah.” ucap Eden memberi angin segar untuk Andrew. Summer yang melihat itu hanya membelalakan matanya gusar sambil menatap dua manusia itu sebal. Seharusnya ia memang tidak mengikuti permintaan Eden untuk pergi ke klub jika pada akhirnya nyawanya akan menjadi taruhan seperti ini. Semoga saja Aciel memang belum kembali dari perjalanan bisnisnya,
karena jika pria itu kembali dan tidak mendapatkan wanitanya di rumah, maka bersiaplah untuk menghadapi kemarahan Aciel yang dahsyat.
“Eden! Kau cari mati!”
Summer langsung merebut gelas bening berisi scotch yang hendak diminum Eden. Bisa-bisanya wanita itu masih menerima minuman beralkohol pemberian Andrew saat tahu jika dirinya sedang hamil.
“Ada apa Summer?” Tanya Andrew bingung. Ia baru saja hendak menyesap scotchnya jika Summer tidak membuatnya kaget dengan teriakan nyaring wanita itu.
“Eden hanya boleh minum jus. Pencernaanya sedang sakit.” Ucap Summer asal. Ia lalu meminta salah satu bartender untuk memberikan Eden jus jeruk karena wanita itu tidak boleh meminum alkohol setetespun.
“Benarkah? Kau sakit Ed?”
“Yahh... akhir-akhir ini aku memang memiliki masalah pencernaan.”
Eden tersenyum menenangkan pada Andrew dan langsung menerima minumannya ketika bartender itu mengangsurkan gelas tinggi berisi jus jeruk. Andai Summer tak mencegahnya untuk meminum scotch, ia pasti sudah menegak cairan kecoklatan itu dalam sekali tegak. Sayangnya Summer masih begitu mencintai nyawanya, dan masih menyayangi janin di dalam kandungannya yang akan terancam karena ulah nekatnya. Tapi ia benar benar tidak peduli dengan janinya. Sejak awal ia sangat menginginkann janin itu mati, jadi meminum alkohol sebanyak apapun rasanya tidak masalah untuknya. Hanya saja ia masih menyayangi Summer, ia tidak mau wanita itu mendapatkan masalah hanya karena sikap kekanak-kanakannya malam ini.
“Kau pasti terlalu banyak bekerja hingga tidak memikirkan kondisi tubuhmu sendiri. Eden, sejujurnya aku belum bisa melupakanmu. Aku masih sangat mencintaimu.”
Eden tersenyum mencemooh melihat raut wajah Andrew yang tampak memelas di depannya. Ia tahu pria itu masih sangat mengharapkannya, tapi ia sendiri sudah bosan pada pria itu. Rasanya satu minggu sudah cukup untuk bermain-main dengan Andrew, dan sekarang ia justru ingin mencari mangsa baru yang lebih segar dan juga menggairahkan daripada Andrew.
“Jangan seperti itu, carilah wanita lain yang lebih baik dariku. Lihatlah, ada banyak wanita yang menginginkanmu, kau harus memberikan mereka kesempatan.”
“Tapi aku hanya menginginkanmu.”
Tiba-tiba Andrew menyentak tangan Eden dan membuat wanita itu sedikit terhuyung ke depan karena tidak siap dengan gerakan tiba-tiba itu. Dan tanpa diduga Andrew langsung melumat bibirnya rakus sambik menekan tengkuknya kuat agar ia bisa terus memperdalam ciumannya pada bibir Eden yang menggairahkan. Sayang, tautan itu tiba-tiba terlepas begitu saja dan disusul dengan bunyi debuman keras yang berasal dari tubuh Andrew yang telah jatuh menghantam lantai.
“Keparat, siapa yang mengijinkanmu menyentuh wanitaku?”
Andrew menyeka aliran darah di sudut bibirnya sambil menatap gentar mata Aciel yang menunjukan kilatan marah yang mengerikan.
Sementara itu, Eden hanya memandang sebal kearah Aciel sambil berjalan menjauh untuk pergi dari klub itu. Rasanya tidak asik jika kegiatan panasnya harus diganggu oleh Aciel yang selalu over protektif padanya. Ia muak melihat pria itu menyakiti mantan-mantan kekasihnya, sedangkan ia tidak boleh menyakiti jalang-jalangnya yang menjijikan.
“Aku masih memiliki urusan denganmu nona Im.”
Dengan kasar Aciel menyentak tangan Eden dan memojokan wanita itu ke sudut klub yang terlihat sepi dan tidak dilewati banyak orang. Dengan mata yang masih berkilat-kilat marah, pria itu menatap manik hitam Eden intens sambil menebarkan teror yang menakutkan pada wanita itu.
“Hai, selamat datang di Vegas Aciel.” sapa Eden santai tanpa rasa takut. Melihat Aciel yang berapi-api seperti ini adalah sesuatu yang biasa untuk Eden. Bahkan ia sudah pernah melihat yang lebih mengerikan daripada ini.
“Beraninya kau pergi tanpa seijinku, kau ingin menantangku, hah!” maki Aciel keras. Melihat itu Eden hanya mendecih kecil sambil memutar bola matanya malas. Pria ini, apakah pantas membentak-bentaknya seperti ini jika pria itu juga pergi bersenang-senang dengan jalangnya, Jessica Flores!
“Oh hai Aciel, sekarang mari kita cek apa yang telah kau lakukan di belakangku.”
Eden menarik kerah kemeja Aciel kuat dan membuat wajah pria itu semakin dekat dengan wajahnya. Lalu dengan alis memincing, Eden mulai mengendus kemeja Aciel dan menyeringai licik pada pria itu sambil membelai collar bone Aciel yang tertutupi kemeja.
“Bau parfum wanita, kau baru saja bermain-main bersama mereka bukan? Hmm... ada sedikit noda lipstik di sini.”
Tunjuk Eden pada noda merah yang sedikit memudar di sisi kiri kerah kemeja Aciel. Lalu tangan kanan Eden naik menuju rambut hitam Aciel dan mengacaknya perlahan dengan gaya sensual yang membuat Aciel semakin menggeram kesal.
“Rambut yang tidak rapi lagi, ini adalah bukti jika kau baru saja bermain-main dengan jalangmu Aciel. Hmm... bukankah kau ingin membuktikan padaku jika kau layak menjadi pria yang baik untuk anak ini? Mana janjimu Aciel, kenapa kau justru menipuku?” Tanya Eden lembut namun sarat akan sindiran. Meskipun ia sangat ingin meledak dengan segala kemarahan yang membuncah di hatinya, namun Eden memilih untuk bersikap
tenang di hadapan Aciel karena ia tahu jika Aciel akan lebih kesal jika diperlakukan seperti ini.
“Kau tahu aku pergi dengan Jessica dan wanita lain, tapi kenapa kau tidak menghentikanku?” geram Aciel kesal. Alasannya pergi dengan wanita-wanita itu semata-mata karena ia tidak ingin menyakiti Eden. Ia adalah pria normal, melihat Eden yang terus menerus berkeliaran di rumahnya hanya menambah gairahnya pada wanita itu. Sedangkan Eden tidak bisa disentuh dalam keadaan seperti ini. Lalu apa yang harus ia lakukan untuk mengatasi semuanya?
“Untuk apa? Kau sudah dewasa, kau bukan lagi anak kecil yang harus diajari tentang benar dan salah. Sebenarnya aku juga tidak peduli dengan apapun kegiatanmu di luar sana, hanya saja kau terlalu egois. Aku tidak pernah memberimu batasan apapun, tapi kau selalu mengekangku dan mencampuri urusanku. Jika menetapkan peraturan yang ketat pada orang lain, seharusnya kau juga melakukannya pada dirimu sendiri brengsek!”
Bugh
Eden memukul dada Aciel keras sekaligus membuat pria itu mundur agar ia bisa bebas dari cengkeraman pria itu. Namun baru beberapa langkah, ia tiba-tiba saja merasakan perutnya terasa sangat sakit hingga ia harus berjongkok untuk mengurangi rasa sakit menusuk yang begitu luar biasa di perutnya.
“Aaahhhh.... perutku...”
Eden merintih kesakitan di atas lantai sambil terus memegangi perut bagian bawahnya yang terasa seperti
ditusuk-tusuk. Sedangkan Aciel, pria itu hanya menatap Eden datar sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia pikir Eden sedang bersandiwara setelah menyindirnya habis-habisan tentang peraturan ketat yang ia buat.
“Cepat berdiri, tidak usah memainkan drama murahan seperti itu Eden.” ucap Aciel datar sambil terus menatap Eden yang mengerang kesakitan. Wanita itu tampak tak mempedulikan kata-kata Aciel dan justru semakin dalam menundukan kepalanya di antara lututnya untuk menahan sakit yang teramat menyiksa. Dan ketika rembesan darah mulai terlihat di kaki Eden, barulah Aciel percaya jika Eden tidak sedang berpura-pura di depannya. Wanita itu benar-benar mengerang kesakitan dan mungkin akan mengalami keguguran lagi.
“Shit! Kau benar-benar sakit.” umpat Aciel panik dan langsung menggendong Eden menuju mobilnya. Dengan kecepatan penuh ia memacu mobilnya kearah rumah sakit terdekat sambil melirik kondisi Eden
yang berada di sampingnya. Sejak tadi wanita itu tak henti-hentinya merintih sambil memegangi perut bagian bawahnya. Sementara itu, darah tampak mengalir pelan diantara sela-sela paha Eden yang hanya tertutupi oleh dress selutut berwarna baby pink.
“Sekarang lihatlah apa yang terjadi, ini akibatnya jika kau menjadi gadis pembangkang.”
“Ahh.... sakit... Aciel sakit... rasanya aku ingin mati...”
Eden mencengkeram lengan kanan Aciel kuat untuk menahan rasa sakit yang semakin menggila di perutnya. Keringat dingin perlahan-lahan mulai membanjiri keningnya yang indah hingga tercipta titik-titik sebesar biji jagung yang terus mengalir deras meskipun pendingin mobil telah distel dengan suhu maksimal. Melihat itu, seketika Aciel merasa iba dan memutuskan untuk tidak menyalahkan Eden. Tangan kanannya kemudian bergerak
untuk mengelus surai kecoklatan Eden sambil menenangkan wanita itu agar ia tidak semakin panik dengan rasa sakit yang menderanya.
“Tenanglah, sebentar lagi kita akan sampai.”
“Sakittt.... perutku sakit Ace...” racau Eden lagi dengan air mata yang semakin deras membanjiri wajahnya.
Setibanya di rumah sakit, Aciel langsung menggendong Eden dan memasukan Eden kedalam ruang IGD sambil berteriak pada siapapun untuk segera menolong Eden. Ia tidak tega melihat wajah kesakitan Eden yang tampak menyedihkan dibalik dadanya. Padahal beberapa saat yang lalu wanita itu baru saja bersikap angkuh di depannya, tapi sekarang semuanya telah berubah menjadi raut kesakitan yang terlihat sangat menyedihkan.
“Cepat lakukan sesuatu padanya, ia sedang hamil.” teriak Aciel pada seorang suster. Dengan perlahan Aciel meletakan tubuh kesakitan Eden di atas blangkar sambil menatap penuh iba pada Eden yang masih mengerang kesakitan sambil memegangi perut bagian bawahnya.
“Ace... sakitt... aku akan keguguran lagi....” isak Eden pelan. Wajah Eden yang semula merona, kini terlihat sangat pucat seperti mayat. Wanita itu benar-benar terlihat menyedihkan dan membuatnya was-was. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Eden dan membuatnya tidak bisa melihat wanita itu lagi untuk selamanya.
“Ssshhh... tenanglah, kau akan baik-baik saja. Aku di sini.” ucap Aciel lembut. Meskipun ia juga sama paniknya, namun sebisa mungkin ia menunjukan wajah tenangnya di depan Eden agar wanita itu tidak berpikiran macam-macam mengenai kematian. Dan meskipun nanti ia harus kehilangan bayinya, ia tidak peduli. Yang terpenting Eden harus selamat dan bisa kembali lagi menjadi Eden yang angkuh untuknya. Ia tidak mau kehilangan Eden, ia takut wanita itu pergi dari hidupnya.
“Permisi, kami akan memeriksa nyonya Eden. Sebaiknya anda menunggu di luar tuan.”
Dengan berat, Aciel melepaskan tautan tangannya dari Eden dan mencium kening Eden lembut sebelum ia berjalan keluar dari ruang IGD yang menyesakan. Wajah yang biasanya menunjukan aura dingin yang mencekam itu kini tampak kacau dan juga panik. Melihat Eden yang terus menerus merintih kesakitan di depannya sambil memegangi perutnya membuat Aciel merasa tidak tega. Eden sedang berjuang diantara hidup dan mati untuk anaknya. Ia seharusnya bisa menjadi pria yang baik dan tidak mengecewakan wanita itu dengan bersenang-senang dengan wanita lain. Brengsek kau Ace!
Aciel mengumpat dalam hati sambil meruntuki kebodohannya hari ini yang terlalu tergoda pada nafsu sesaatnya. Padahal meskipun ia menyalurkan gairahnya pada wanita lainpun, tidak sepenuhnya hal itu bisa memuaskannya. Ia sadar jika apa yang dilakukannya hari ini hanyalah sebuah kesia-siaan belaka yang justru membuatnya berakhir menjadi pria kacau seperti ini. Ia menyesal, dan untuk pertama kalinya ia merasa takut pada sesuatu yang tidak pernah ia anggap berharga sebelumnya.
-00-
Malam semakin larut, Aciel masih terjaga di samping Eden sambil menggenggam tangan wanita itu erat. Sejak dua jam yang lalu Eden telah dipindahkan ke ruang rawat biasa setelah beberapa dokter melakukan beberapa tindakan untuk menghentikan kontraksi yang dialami Eden. Dan syukurlah, hingga sejauh ini kandungan Eden masih baik-baik saja. Wanita itu hampir saja keguguran hari ini jika Aciel tidak segera membawanya ke rumah
sakit. Peningkatakan emosi dan sedikit kelelahan adalah penyebab dari terjadinya kontraksi yang dialami Eden. Beberapa saat yang lalu dokter mengatakan jika Eden setelah ini harus istirahat total dan tidak boleh banyak bergerak karena kandungan wanita itu sangat rentan. Bahkan orang-orang disekitarnya juga diharuskan untuk menjaga emosi Eden agar tidak terlalu meledak-ledak seperti tadi.
“Eungghhh...”
Suara erangan Eden yang terdengar samar membuat Aciel langsung menegakan tubuhnya sambil menatap kaku kearah Eden yang perlahan-lahan mulai membuka matanya. Dengan penuh antipati ia menunggu Eden sadar hingga tanpa sadar ia telah menahan napasnya sendiri karena terlalu was-was dengan apa yang akan terjadi setelah ini.
“Bayiku?” Gumam Eden lemah sambil meraba perutnya yang masih datar. Entah kenapa Eden saat ini terlihat lebih peduli dari kehamilannya setelah beberapa kali ia mengatakan pada semua orang jika ia tidak menginginkan bayi itu.
“Dia baik-baik saja.” Jawab Aciel pelan sambil meletakan tangannya di atas perut Eden. Tiba-tiba saja ia merasa seluruh bebannya terangkat sempurna dari tubuhnya dan membuatnya mampu kembali bernapas dengan normal.
“Rasanya benar-benar sakit, seperti yang kurasakan tiga tahun yang lalu.”
“Kau hampir keguguran, tapi sekarang semuanya telah kembali normal. Kau tidak perlu khawatir.” Ucap Aciel menenangkan. Sejak tadi genggaman tangannya di tangan Eden sama sekali tak terlepas dan justru semakin kuat melingkupi jari jemari Eden. Ia harap Eden dapat merasakan kesungguhan hatinya yang tidak ingin kehilangan mereka berdua.
“Aku ingin tidur, kau tidurlah.”
Eden tiba-tiba berbalik memunggungi Aciel dan membuat tautan diantara mereka terlepas. Melihat itu Aciel hanya menghembuskan napasnya kecil sambil berbalik pergi menuju sofa di sudut ruangan. Malam ini ia perlu tidur untuk mengistirahatkan pikirannya yang sangat kacau akibat ulah Eden. Wanita itu benar-benar telah berhasil menjungkir balikan hatinya hingga ia merasa takut seperti ini.
Dilain tempat, Eden sedang merenungkan semua kejadian yang menimpanya hari ini. Dimulai saat tak sengaja ia melihat Aciel sedang bersama Jessica di hotel milik keluarga Summer yang berada di Fremont Street. Dari sana emosinya benar-benar memuncak karena ternyata pria itu masih tetap pada sifatnya yang suka bermain-main wanita meskipun ia pernah memintanya untuk menjadi isterinya. Dan setelah itu ia memilih untuk melupakan semuanya dengan bersenang-senang karena ia muak dengan seluruh hidupnya yang seperti wanita tolol. Selama dua bulan ia menuruti semua perintah pria itu. Ia tetap berada di rumah, ia tidak bekerja, dan ia benar-benar menjaga kandungannya dengan baik. Tapi semua itu menjadi suatu hal yang tak berarti kala ia melihat Aciel justru bersenang-senang dengan wanita lain di luar sana. Ia benci pada perasaanya yang ternyata belum mati untuk pria
itu. Padahal seharusnya ia bisa mengeraskan hatinya agar ia tidak terlihat lemah seperti tadi. Dan setelah semua hal yang terjadi hari ini, ia benar-benar menyesal. Hampir saja ia kehilangan janinya yang berharga. Saat rasa sakit itu menderanya, ia teringat pada kejadian tiga tahun lalu saat ia kehilangan janinya. Ia menyesal pernah mengatakan benci pada darah dagingnya sendiri, dan ingin membunuhnya karena sekarang ia merasa jika semua ini sangat berarti. Sekarang ia mulai berpikir jika anak itu nantinya bisa menjadi penyelamat hidupnya. Suatu saat ketika tidak ada lagi yang peduli pada hidupnya, maka anak itulah yang nantinya akan menjadi penguat untuk kehidupannya yang rapuh. Dan syukurlah ia belum terlambat untuk mempertahankan janinya. Ia benar-benar
sangat bersyukur atas hal itu. Namun ada satu hal yang menggelitik hatinya. Saat ia sedang mengerang kesakitan, ia melihat Aciel begitu khawatir padanya sambil menggenggam tangannya erat. Pria itu terus berada di sampingnya selama ia berada di ruang IGD dan mencium keningnya sebelum keluar dari sana. Eden perlahan-lahan membalik tubuhnya untuk melihat tubuh tegap Aciel yang sedang meringkuk di atas sofa sempit di sudut ruangan. Kentara sekali jika pria itu sebenarnya tidak nyaman, tapi ia berusaha untuk bertahan di atas sofa kecil itu demi menjaga wanita yang saat ini cukup berarti dalam hidupnya.
“Aku tidak pernah tahu bagaimana perasaanmu untukku, tapi kau harus tahu jika perasaanku belum berubah untukmu....”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments