Flashback
Bungkukan hormat itu langsung diterima Aciel ketika ia melangkahkan kakinya kedalam rumah megah milik
sahabatnya, Brexton Morel. Sebenarnya bukan kali pertama ia menginjakan kaki di sini, Brexton telah ia anggap sebagai sahabat sekaligus kakaknya sendiri. Persahabatan mereka yang terjalin cukup lama membuat Aciel benar-benar dekat dengan pria itu. Dan Sore ini ia merasa rindu pada sahabatnya. Akhir-akhir ini Brexton terlalu sulit untuk diajak bersenang-senang di klub. Sejak isterinya pergi bersama pria lain, Brexton lebih memilih untuk menyibukan dirinya dengan mengurus perusahaan dan juga mengurus putrinya yang masih berusia sepuluh tahun.
“Paman Aciel?”
Aciel menaikan alisnya ketika ia mendapati Eden sedang menyapanya ramah. Gadis kecil yang sedang mewarnai di atas karpet bulu itu terlihat manis sambil melambaikan tangannya pelan. Dengan senyum kakunya, Aciel menghampiri gadis itu dan memutuskan untuk duduk di atas sofa di dekat Eden.
“Dimana ayahmu?” Tanya Aciel tanpa membalas sapaan Eden. Pria muda itu tampak benar-benar kaku dan sama sekali tidak memiliki keramahan sedikitpun
pada gadis manis di depannya.
“Ayah... emmm... di belakang?” Ucap Eden seperti tidak yakin. Sejak tadi ia terus menggambar di sana dan hanya melihat ayahnya sekali ketika meletakan koran di atas meja.
“Paman, apa kau bisa menggambar?”
“Tidak.” Jawab Aciel pendek. Ia terlihat mengeluarkan ponselnya untuk mengusir rasa bosannya selama menunggu Brexton.
“Paman Sian bisa menggambar. Paman Sian memberiku peralatan gambar, dan menggambar ini untukku.”
Eden menunjukan gambar dua orang manusia, ayah dan anak yang menurut Aciel mungkin itu Eden dan Brexton. Sejak dulu Sian memang pintar menggambar, dan pria itu juga sangat ahli dalam memikat hati siapapun, termasuk gadis kecil polos seperti Eden.
“Bagus.”
Lagi-lagi Aciel menanggapinya singkat dan malas-malasan. Berbicara dengan seorang anak kecil sama sekali bukan gayanya. Selama dua puluh lima tahun hidupnya ia tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan anak-anak. Menurutnya mereka terlalu merepotkan dan juga berisik.
“Oya, apa bajuku bagus paman? Ini kado dari bibi Lisa.”
Aciel menaikan alisnya sekilas dan mengangguk kecil sebagai jawaban. Lisa Greek, wanita itu adalah mantan kekasih Brexton yang pada akhirnya menjadi sahabat baik pria itu. Mungkin Lisa akan memikat Brexton lagi dengan memberikan Eden hadiah-hadiah kecil seperti itu.
“Jangan salah paham, Lisa sekarang telah bertunangan dengan kekasihnya. Ia tidak mungkin akan kembali padaku.”
Tiba-tiba Brexton datang dan menjawab pransangka buruk Aciel padanya. Pria itu tersenyum sekilas melihat putrinya yang sedang tekun mewarnai sambil mengelus pelan surai hitamnya yang panjang.
“Mereka terlalu memanjakannya. Setiap hari Eden selalu mendapatkan hadiah-hadiah dari mereka.” Ucap Brexton dengan nada sedih. Aciel lagi-lagi menaikan alisnya sambil menatap bingung kearah Brexton.
“Kau aneh, bukannya bagus jika mereka perhatian pada Eden. Sepertinya hanya aku yang tidak pernah memberinya apapun.” ucap Aciel tanpa malu. Pria kaku sepertinya memang tidak pernah peka pada anak kecil. Keberadaan mereka saja bahkan sering diabaikan olehnya, bagaimana mungkin ia akan memberikan mereka hadiah.
“Tidak juga, mereka hanya akan membuat Eden manja. Dunia ini kejam Ace, Eden tidak bisa terus menerus mendapatkan kemudahan tanpa pernah melihat kejamnya dunia. Jika suatu saat aku pergi, dan Eden belum terbiasa dengan kejamnya dunia, ia tidak akan bisa mengambil alih perusahaanku.”
“Kau terlalu berlebihan. Eden masih anak-anak, suatu saat pasti ia bisa melanjutkan perusahaanmu. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang rumit.” Ucap Aciel menasihati. Tapi Brexton agaknya masih tetap tidak setuju. Terbukti dengan sikap pria itu yang langsung menentang keras pendapat Aciel sambil menatap getir kearah Eden.
“Eden harus dibiasakan untuk hidup keras. Lihat, saat ditinggal ibunya ia terlihat sangat terpukul. Jika sejak
lama aku mendidiknya dengan keras, mungkin ia tidak akan menangis diam-diam setiap malam.”
“Lalu apa yang akan kau lakukan untuk mendidiknya?”
“Aku tidak tahu. Sepertinya kau yang lebih cocok untuk mendidik Eden.”
Seketika Aciel tertawa terbahak-bahak menanggapi ucapan Brexton. Pria itu memang sudah gila jika akan memberikan Eden padanya untuk dididik.
“Paman Aciel kenapa?” Tanya Eden kaget. Suara tawa Aciel yang tiba-tiba mengganggu konsentrasinya yang sedang asik mewarnai hasil karya Sian.
“Bukan apa-apa, lanjutkan saja mewarnaimu. Ahh... apa kau yakin? Sayangnya aku tidak berminat untuk mengurus Eden. Urus anakmu sendiri.” Dengus Aciel kesal. Brexton menghembuskan napasnya pelan dan terlihat sedikit murung.
“Aku hanya ingin kau yang mengasuh Eden. Aku yakin, kau tidak mungkin memanjakannya seperti teman-teman kita yang lain.”
“Ck, aku tidak berminat untuk mengurus Eden. Aku hanya akan merusaknya jika ia bersamaku.” Ucap Aciel
beralasan. Sampai kapanpun ia tidak mau hidupnya dibuat rumit dengan seorang gadis kecil seperti Eden.
“Tidak apa-apa. Terkadang hal-hal buruk memang perlu terjadi untuk menguatkan mental kita. Dan Eden juga membutuhkan hal itu untuk melatih mentalnya agar ia kuat dan menjadi pemimpin yang tangguh.”
Flashback end
Aciel masih mengingat jelas percakapannya dengan Brexton tiga belas tahun yang lalu. Apa yang terjadi pada Eden sekarang semata-mata juga bukan salahnya. Brexton sendiri yang memintanya untuk mendidik Eden dengan keras. Hanya saja, mungkin ia sudah terlalu berlebihan pada wanita itu hingga membuat Sian geram seperti ini padanya.
“Kau tidak ada pekerjaan lain? Pergilah.” Usir Aciel kejam. Sian mengerutkan alisnya kesal dan segera bangkit dari duduknya untuk pergi. Bertahan di sana dengan sikap Aciel yang tidak bersahabat memang tidak ada gunananya. Ia justru akan terus dibuat kesal dengan sikap angkuh Aciel yang selalu menyebalkan.
“Baiklah, aku akan pergi. Jaga Eden baik-baik. Jika aku melihatnya menangis dan akan bunuh diri lagi, kau adalah orang pertama yang akan kuhajar.”
“Hmm... Aku tidak akan membiarkannya melakukan hal bodoh itu lagi. Tapi untuk menangis, aku tidak janji akan membuatnya tidak menangis. Suatu saat pasti aku akan melukainya lagi dan membuatnya menangis lagi.”
-00-
Eden bergulung-gulung di ranjangnya dengan bosan sambil menatap detik jam yang berlalu sangat lama. Sudah tiga hari ia berada di rumah tanpa aktivitas dan kesibukan yang berarti. Hidupnya sekarang terasa semakin membosankan tanpa semua jadwal pemotretan yang selalu menemaninya selama ini. Dan yang paling membuatnya kesal, pria itu sejak kemarin telah kembali pada rutinitasnya yang padat, sehingga ia sekarang benar-benar merasa bosan karena tidak bisa membuat keributan dengan pria itu.
“Nona, saatnya makan siang.”
Seorang pelayan masuk kedalam kamar Eden sambil menatap lembut Eden yang tampak malas untuk beranjak dari ranjangnya. Ia masih merasa kenyang sekarang, saat ini yang ia inginkan hanya sekotak strawberry yang terasa begitu segar di mulutnya.
“Aku belum lapar. Apa kau memiliki strawberry?”
“Maaf nona, kami tidak punya. Jika nona mau, saya akan membelikannya di supermarket.”
“Oh, tidak perlu. Kau boleh pergi, nanti jika aku lapar aku akan turun ke bawah.”
Sepeninggal pelayan itu, Eden langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Aciel. Ini adalah kesempatan
pertama untuk membuktikan padanya jika pria itu memang layak menjadi ayah yang
baik untuk bayinya.
“Aku ingin sekotak strawberry.”
Dengan gaya angkuhnya Eden langsung meminta Aciel membelikan strawberry tanpa memberikan sapaan hangat atau basa basi apapun. Sementara itu, Aciel tampak mengernyit heran sambil menatap layar ponselnya datar.
“Suruh saja Kim atau yang lainnya, aku sedang sibuk.”
“Aku tidak mau. Kau ayahnya, bukan Kim atau pelayan-pelayan yang bekerja di rumahmu. Pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus membelikan aku strawberry sekarang atau aku akan mencari cara untuk menggugurkan janin ini.”
“Jangan macam-macam Eden.” Desis Aciel murka. Ia tidak suka jika Eden menggunakan kehamilannya untuk mengancamnya. Memang benar janin itu adalah miliknya, tapi ia sedang sibuk sekarang. Satu jam lagi ia memiliki meeting dengan tuan Takeshi dari Jepang.
“Aku tidak bisa. Suruh Kim untuk membelikannya, dan jangan coba-coba untuk bunuh diri.” ucap Aciel keras. Mendengar itu, Eden hanya menanggapinya acuh tak acuh sambil memainkan kuku-kukunya yang berkutek merah.
“Aku tak peduli, sibuk ataupun tidak kau tetap harus membelikanku sekotak strawberry. Waktumu tiga puluh menit tuan Lutherford, jika kau tidak tiba dalam tiga puluh menit..... katakan selamat tinggal pada anakmu.”
Klik
Eden tersenyum puas pada ponselnya sambil merebahkan tubuh kecilnya di atas ranjang. Ini... benar-benar sangat menarik. Mengancam Aciel dengan anaknya dan memeras pria itu ternyata jauh lebih mudah dalam keadaan seperti ini. Sekarang ia merasa kehamilannya cukup menguntungkan. Dan perlahan-lahan ia akan menggiring pria itu untuk bertekuk lutut di bawah kakinya.
“Nona...”
“Ada apa?”
Eden menaikan alisnya bingung ketika pelayan yang sebelumnya datang ke kamarnya, kini datang lagi dengan raut wajah yang terlihat gelisah.
“Katakan saja ada apa.” Ucap Eden tidak sabar. Pelayan itu meringis kecil kearah Eden, lalu sedikit menggeser tubuhnya ke samping.
“Hai, bagaimana kabarmu?”
“Zyan!”
Eden melompat turun dari ranjangnya dan langsung menghambur kedalam pelukan Zyan. Pria yang ia nantikan selama ini akhirnya datang juga. Ia pikir Zyan telah jijik padanya karena sekarang ia sedang mengandung anak Aciel. Tapi syukurlah jika ternyata Zyan tidak seperti yang ia pikirkan.
“Hai, aku merindukanmu Ed.”
“Aku juga. Kau kemana saja, kupikir kau tidak mau lagi bertemu denganku setelah apa yang terjadi padaku.” Ucap Eden sedih. Zyan langsung mengelus puncak kepala Eden sambil menggelengkan kepalanya tegas.
“Tidak, sama sekali tidak. Aku hanya menunggu saat yang tepat untuk datang karena aku tidak ingin ayah angkatmu memarahimu lagi. Dan siang ini aku mendapatkan kabar dari Jimin jika Aciel sudah mulai bekerja dan tidak lagi mengawasimu di rumah.”
“Jadi, kau bersekongkol dengan Jimin?” tanya Eden sedikit kaget. Ia pikir Jimin tidak berani mengambil resiko berbahaya seperti itu, mengingat bagaimana menyebalkannya Jimin selama ini.
“Yah... mungkin ia bosan mendengar suaraku setiap hari menanyakan keadaanmu.” kekeh Zyan geli. Ia ingat bagaimana kesalnya Jimin saat menerima panggilannya kemarin malam yang terus menerus menanyakan keadaan Eden. Sejak ia membawa Eden ke rumah sakit, ia belum mendapatkan kabar apapun dari wanita itu. Dan setiap hari ia selalu mengkhawatirkan keadaan Eden hingga ia tidak bisa tidur.
“Oya, jadi kau hamil?” tanya Zyan berubah serius. Eden mengangguk pelan memberi jawaban sambil meremas kedua tangannya gugup.
“Maafkan aku Zy, aku mengecewakanmu. Ini adalah salah satu alasanku mengapa aku tidak bisa menerimamu. Aku adalah wanita murahan yang pernah disentuh oleh ayah angkatku sendiri.”
“Ssshhh... jangan menyalahkan dirimu sendiri. Kuyakin ini semua terjadi di luar kehendakmu. Kau hanya korban dari kebejatan pria itu, jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri. Dan apapun yang terjadi padamu, aku akan tetap mencintaimu.”
Eden tampak berkaca-kaca di depan Zyan sambil menatap manik bulat Zyan nanar. Cinta memang sangat mengerikan dan sangat berbahaya. Bahkan sesuatu yang sebenarnya salahpun, akan tampak benar karena sebuah cinta. Jadi... cinta itu benar-benar mengerikan. Dan Eden telah merasakan bagaimana kejamnya cinta menghempaskan hatinya.
-00-
Aciel menggeram kesal sambil menenteng plastik putih besar berisi beberapa kotak strawberry. Meetingnya hari ini terpaksa ia limpahkan pada asistennya karena ia harus menuruti keinginan aneh Eden sebelum wanita itu bertindak nekat. Dari pintu utama ia melihat beberapa pelayan langsung menunduk hormat sambil menatap gugup kearahnya. Mereka tampak ingin mencegahnya untuk naik ke kamar Eden, namun tatapan tajam Aciel berhasil membuat nyali mereka ciut dan mereka memilih untuk bungkam.
“Tuan, kenapa anda sudah pulang?”
Tuan Kim yang baru saja muncul dari arah dapur langsung menghampirinya cepat sambil melirik takut-takut kearah kamar Eden. Sedangkan Aciel, ia terlihat seperti biasa dengan wajah datar yang selalu
menyiratkan keangkuhan.
“Eden memintaku membelikan strawberry, ia mengancam akan menggugurkan kandungannya jika aku tidak menuruti keinginannya. Sekarang dimana dia?”
“Nona Eden... sepertinya berada di taman.” jawab Kim mencoba berasalan. Tanpa mengatakan apapun, Aciel langsung melangkah menuju taman belakang dengan langkah lebarnya yang terkesan tergesa-gesa. Ia ingin tahu bagaimana reaksi wanita itu setelah mendapatkan strawberry darinya. Apakah ia akan berterimakasih atau tetap bersikap angkuh seperti biasanya dengan gaya sombong yang menyebalkan.
“Ck, dimana Eden? Apa kau sedang menipuku, Kim!”
Aciel berseru keras sambil berdecak kesal saat dilihatnya taman belakang tidak ada siapapun. Taman itu kosong dan hanya terlihat air kolam yang terlihat beriak kecil. Dengan langkah lebar-lebar, ia segera masuk kedalam rumah dan hendak menaiki tangga menuju kamar Eden. Namun baru beberapa langkah ia berjalan menaiki tangga, ia melihat Zyan sedang menggenggam tangan Eden, tampak sedang berpamitan sambil mengelus surai hitam itu lembut. Seketika genggaman tangannya pada plastik putih semakin mengencang, seiring dengan emosinya yang semakin membumbung tinggi. Ini benar-benar tidak akan berakhir bagus.
“Kau, wanita sialan! Jadi ini balasan dari semua pengorbananku hari ini? Aku terpaksa meninggalkan jadwal meetingku hanya untuk membeli sekotak strawberry bodoh yang kau inginkan. Dan sekarang kau justru sibuk bermesraan bersama pria sialan itu.”
Aciel tak kuasa menahan amarahnya hingga seluruh kata-kata kasar terucap begitu saja dari bibirnya. Seluruh pelayan yang melihat kejadian itu hanya mampu mengatupkan bibir mereka rapat-rapat sambil menatap kasihan pada Eden yang kembali menjadi sasaran kemarahan Aciel.
“Oh kau sudah datang. Terimakasih untuk strawberrynya, aku akan memakannya nanti.”
Tanpa takut sedikitpun Eden berjalan turun untuk menghampiri Aciel dengan Zyan yang terlihat was-was di belakangnya. Pria itu juga mengikuti Eden turun di belakang wanita itu, namun ia juga bersiap-siap untuk melindungi Eden jika Aciel berani berbuat kasar pada wanita itu. Tapi syukurlah, hingga Eden berdiri di depan Aciel, pria itu tak melakukan apapun pada Eden. Ia hanya menatap Eden penuh amarah, lalu menyuruh Zyan pergi tanpa mau melihat wajah pria itu sedikitpun.
“Keluar dari rumahku.”
“Eden, jaga dirimu baik-baik. Telepon aku jika kau membutuhkan bantuanku.” Ucap Zyan lembut tanpa
menghiraukan kemarahan Aciel yang telah mencapai ubun-ubun. Beruntung pria itu tidak sampai mendapatkan serangan fisik dari Aciel karena biasanya Aciel tidak akan segan-segan menghajar siapapun yang berani mendekati wanitanya.
“Aku akan baik-baik saja Zy, terimakasih sudah datang menjengukku.”
Dengan tatapan lembut, Eden mengantar kepergian Zyan hingga pria itu benar-benar menghilang dari pintu besar di ruang utama. Dan setelah Zyan pergi, barulah ia berbalik untuk bertatapan dengan Aciel.
“Terimakasih. Untuk pembuktian pertama kau berhasil, tapi kau harus belajar untuk mengontrol emosimu Aciel.”
Eden bersiap untuk kembali ke kamarnya dengan wajah angkuh sebelum Aciel menarik lengannya kasar dan menyeretnya menuju meja makan.
Brakk
Aciel membanting plastik di tangannya ke atas meja dengan seluruh emosi yang telah melingkupinya. Ia lalu
menyuruh Eden untuk memakan semua strawberry-strawberry itu di depannya hingga habis tak tersisa.
“Makan! Aku sudah membawakannya untukmu, dan kau harus menghabiskannya.”
“Aku sudah kenyang. Selera makanku hilang setelah melihat wajah menjijikanmu.” Balas Eden sengit. Amarah Aciel yang telah membumbung tinggi semakin tak bisa dikendalikan. Dengan kasar ia memakan beberapa strawberry itu, lalu memasukannya dengan paksa kedalam mulut Eden sambil melumat bibir kecil itu penuh amarah.
Sementara Eden, ia tampak memberontak sambil terbatuk-batuk karena tersedak strawberry yang dimasukan Aciel secara paksa kedalam mulutnya. Kini yang bisa ia lakukan hanyalah menerima itu semua sambil memukul-mukul punggung Aciel keras penuh amarah.
“Hahh brengsek!”
Eden memaki keras ketika akhirnya Aciel melepaskan tautan bibir mereka. Warna merah strawberry yang berhasil dijejalkan Aciel kedalam mulut Eden membuat seluruh bibir hingga dagu Eden berlumuran remah-remah strawberry yang telah bercampur dengan salliva mereka masing-masing. Namun Aciel tak peduli, karena bagaimanapun caranya Eden tetap harus memakan buah-buah itu hingga habis tak tersisa.
“Habiskan semua strawberry itu atau aku akan memaksamu makan dengan caraku.”
“Kenapa kau suka sekali menyiksaku? Apa tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan selain menyakitiku?” Teriak Eden marah sambil mengelap sisi wajahnya yang kotor oleh strawberry. Ia pun dengan gerakan kesal mulai memakan satu per satu buah strawberry itu sambil menggerutu kesal pada pria bermata coklat di depannya. Sedangkan Aciel, ia tetap bergeming di tempatnya sambil terus memperhatikan Eden yang mulai menghabiskan sekotak strawberry yang dimakannya.
“Aku tidak bisa menghabiskan semuanya.” Ucap Eden ketus sambil mendorong tiga kotak strawberry yang masih utuh. Namun Aciel tampaknya tak peduli dengan semua itu karena ia tetap memaksa Eden untuk menghabiskan semuanya.
“Habiskan. Apapun alasanmu, kau harus menghabiskan semuanya. Dan satu lagi, aku tidak suka kau kembali dekat dengan Zyan.”
“Kenapa? Zyan sahabatku. Dan kau tidak berhak untuk mengaturku.” Balas Eden sengit. Ia mengambil tiga strawberry sekaligus, lalu langsung mengunyahnya dengan gerakan kasar. Tetesan-tetesan merah yang berasal dari buah strawberry langsung mengalir turun dari bibir Eden, menuju dagu, hingga menetes di atas kaus putih Eden. Melihat hal itu, Aciel langsung memajukan wajahnya kearah Eden, dan kembali melumat bibir seksi itu untuk membersihkan sisa-sisa buah strawberry yang dikunyah Eden dengan brutal.
“Asam, tapi juga manis, sama sepertimu.” gumam Aciel di depan bibir Eden. Wanita itu langsung mendorong Aciel menjauh dari tubuhnya sambil memakan sisa buah strawberry yang masih cukup banyak di dalam kotak.
“Aku tidak mungkin bisa menghabiskannya semua.” Ucap Eden mulai lunak. Kali ini ia mengunyah strawberry itu pelan dengan gaya anggun sambil menatap nanar strawberry-strawberry yang tampak menggiurkan di depannya.
“Kau bisa menyimpan sisanya di kulkas. Jangan dipaksakan jika memang tidak mampu.” Jawab Aciel datar. Aciel lalu menyingkirkan strawberry itu dari meja dan meminta salah satu pelayan yang kebetulan lewat untuk memasukannya kedalam kulkas.
“Kapan aku boleh bekerja? Aku bosan di rumah terus menerus, seperti pengangguran yang tak berguna.” Sungut Eden kesal.
“Sampai kau benar-benar layak untuk pergi bekerja.”
“Pihak sponsor akan marah jika aku terlalu lama absen dari pemotretan.”
“Aku sudah membayar dendanya, kau tidak perlu khawatir.”
“Ck, kau selalu mengambil keputusan sepihak tanpa mendiskusikannya terlebih dulu padaku.” Decak Eden sebal. Kebiasaan Aciel yang penuh kuasa dan tak mau dibantah benar-benar menyusahkannya.
“Soal hama-hama pengganggu itu, kau sudah menghubungi mereka?”
“Siapa yang kau sebut hama? Aku tidak mengerti.” tanya Eden sambil mengernyitkan dahinya. Aciel berdecak kesal.
“Semua kekasihmu, kau sudah memberitahu mereka jika kau sedang hamil dan tidak bisa lagi bersenang-senang seperti dulu? Selama kau hamil, kegiatan pesta seperti apapun dilarang. Tiffany dan Summer tidak boleh mengajakmu pergi ke klub, dan semua kegiatanm harus selalu di bawah pengawasanku.”
“Apa! Peraturan macam apa itu. Tidak bisa, kau tidak bisa mengekangku seperti itu. Kau masih dalam tahap pembuktian untuk menjadi ayah yang baik, kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini.” Tolak Eden keras. Bahkan tiga hari di rumah sudah membuatnya merasa bosan setengah mati. Tak bisa ia bayangkan bagaimana jenuhnya ia jika harus terus menerus di rumah tanpa hiburan dan juga teman-teman yang selalu menghiburnya selama ini.
“Ini juga kulakukan untuk kebaikanmu. Kau wanita hamil. Kau seharusnya diam di rumah dan memperhatikan kehamilanmu dengan baik.”
“Tidak mau! Aku ingin tetap beraktivitas seperti biasa. Suka atau tidak suka, kau harus mengikuti keinginanku, atau aku akan melakukan hal-hal nekat yang tidak pernah kau duga sebelumnya.”
“Jangan mengancam!”
Aciel berteriak jengkel di depan Eden sambil menggeram marah. Wanita keras kepala di depannya ini sungguh memusingkan. Jika saja Eden tidak sedang hamil, ia pasti akan berbuat lebih untuk mendisiplinkan Eden yang pembangkang.
“Kau sudah makan?”
Eden menaikan alisnya heran melihat kearah Aciel sambil menggeleng pelan. Perubahan nada bicara dan juga mimik wajah yang terjadi pada Aciel benar-benar membuatnya bingung pada pria itu.
“Aku malas.”
“Ayo makan. Kim, siapkan makanan untuk Eden.” teriak Aciel keras. Beberapa pelayan yang mendengar hal itu langsung ribut kesana kemari untuk membawakan Eden makan siang. Sedangkan Eden, ia tampak bertopang dagu di atas meja sambil menatap Aciel malas.
“Aku tidak mau makan sendiri, kau juga harus makan.”
“Kau yang makan, aku tidak.”
“Kalau begitu aku juga tidak. Sampai jumpa.”
Dengan gaya angkuhnya, Eden segera turun dari kursi dan hendak berjalan pergi menuju kamarnya. Namun cekalan tangan Aciel berhasil menahannya dan membuatnya kembali duduk di tempat semula.
“Makan sekarang dan jangan banyak membantah.”
Eden tersenyum puas ketika melihat Aciel juga ikut menyendokan makanan ke mulutnya. Sepertinya rencana awal untuk memperbudak Aciel cukup berhasil. Dan perlahan tapi pasti pria itu akan segera masuk ke dalam perangkapnya. Ia akan membuat Aciel bertekuk lutut di bawah kakinya, dan setelah itu ia akan menghempaskan Aciel seperti pria itu menghempaskannya selama ini.
Nikmati saja keangkuhanmu tuan Lutherford, karena semua itu sebentar lagi akan berakhir....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Enysa
kereeeennn aq suka gayamu dan caramu edennn lanjut kannnnn
2020-06-06
0